Proklamator RI Mohammad Hatta tidak saja dikenal sebagai seorang pejuang kemerdekaan tapi juga seorang intelektual yang sejak usia 16 tahun (1918), sudah menuliskan pikirannya dalam dalam bahasa Indonesia, Belanda maupun Inggris dalam berbagai bentuk buku, artikel, ceramah, pidato, esei, makalah, kata sambutan, dan surat-surat.
Dari tahun 1918 hingga tahun 1979 yakni saat usianya 77 tahun, ia telah menghasilkan 800 lebih artikel yang.saat ini dibukukan dalam 10 Buku dan diterbitkan LP3ES. 10 Buku ‘Karya Lengkap Bung Hatta (KLBH)’ ini resmi diluncurkan di Kemendikbud, Selasa, 13 November 2018.
Peluncuran buku tersebut dihadiri Menteri Pendidikan dan Kebudayaan(Mendikbud) Muhadjir Effendy. Cendikiawan Indonesia yang juga Ketua Dewan Redaksi KLBH Emil Salim, Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, Wakil KPK Laode M Syarief, Sejarawan Taufik Abudulla, Sosiolog Imam Prasodjo, Cendikiawan Beeti Alisjabana, CEO Kitabisa.com Alfatih Timur, Pendiri dan Ketua Bineksos Ismit Hadad Founder BINEKSOS Ismid Hadad dan keluarga Bung Hatta.
Mendikbud Muhadjir Effendy dalam sambutannya menilai karya Bung Hatta yang dibukukan belum merangkum semua gagasan besar yang berasal dari pemikiran Bung Hatta. Menurutnya, tidak hanya karya Moh Hatta yang menjadi perhatian, tapi juga karya disertasi, buku dan artikel yang khusus membahas dan merujuk pada pemikiran Hatta. Hal ini perlu juga disertakan agar dapat menjadi inspirasi generasi ke depannya.
“Saya sangat merekomendasi kalau nanti dilanjutkan dengan melakukan kompilasi karya-karya disertasi, tesis yang bersumber dari gagasan Bung Hatta,” ujar Muhadjir Effendy.
Muhadjir Effendy pun menilai Bung Hatta adalah sosok yang memiliki perspektif ilmu pengetahuan sangat luas. “Saat ini sebagian besar orang hanya mengenal Bung Hatta sebagai ekonom, negarawan dan bapak Koperasi. Padahal, Bung Hatta merupakan seseorang yang memiliki perspektif ilmu pengetahuan yang sangat luas tidak sebatas ihwal ekonomi saja,” katanya.
Muhadjir mengatakan ketika dirinya menyusun disertasi yang mengambil topik soal militer, ternyata peletak dasar gagasan utama mengenai profesionalitas militer merupakan buah pemikiran Bung Hatta.
“Saya punya pengalaman intelektual sendiri dengan Bung Hatta, yaitu dalam disertasi saya kebetulan saya tulis tentang militer ternyata letak dasar profesional militer Indonesia yaitu dengan kebijakan rasionalisasi militer tahun 1949 itu lah yang sebetulnya mendasari perkembangan TNI yang pada akhirnya harus membantu menjadi TNI profesional itu. Ini yang mungkin tidak banyak yang mengetahui,” papar Muhadjir.
Muhadjir ingin tradisi intelektual tokoh bangsa seperti Bung Hatta terus berlanjut hingga generasi mendatang. Salah satu upayanya melalui buku. Menurutnya, hal tersebut sangat penting untuk menjadi bagian dari konten atau materi pendidikan untuk anak-anak Indonesia, anak-anak generasi milineal agar praktisi intelek ilmiahnya atau benang merah pemikiran para pendiri, para perintis, bapak bangsa ini akan tersambung, terwariskan ke generasi muda Indonesia mendatang.
Putri sulung Bung Hatta yakni Meutia Farida Hatta Swasono dalam sambutannya mengatakan peluncuran 10 seri buku ‘Karya Lengkap Bung Hatta’ dapat memberikan gambaran bagaimana Bung Hatta telah mendesain dan meletakkan doktrin kebangsaan dan kerakyatan.
Menurut Meutia sebagai ilmuwan dan akademisi dirinya selalu mengingat tugas berat yang dilimpahkan ayahnya mengenai doktrin kerakyatan itu pada kaum intelegensia Indonesia. “Setiap kali saya sebagai ilmuwan dan akademisi harus selalu mengingat tugas berat yang dilimpahkan bung Hatta mengenai doktrin kerakyatan itu pada kaum inteligensia Indonesia,” kata Meutia.
“Bung Hatta mengatakan sebagai berikut, bagi kita rakyat itu yang utama, rakyat yang mempunyai kedaulatan dan kekuasaan karena rakyat itu jantung hati bangsa dan rakyat itulah yang menjadi ukuran tinggi rendahnya derajat kita. Dengan rakyat itu kita akan naik dengan rakyat kita akan turun. Hidup atau matinya indonesia merdeka semua itu bergantung pada semangat rakyat,” kenang Meutia. (Ben)
Berikut 10 judul dari Seri Buku Karya Lengkap Bung Hatta:
1. Kebangsaan dan Kerakyatan (655 halaman).
2. Kemerdekaan dan Demokrasi (500 halaman).
3. Perdamaian Dunia dan Keadilan Sosial (678 halaman).
4. Keadilan Sosial dan Kamakmuran (517 halaman).
5. Sumber Daya Ekonomi dan Kebutuhan Pokok Masyarakat (335 halaman).
6. Gerakan Koperasi dan Perekonomian Rakyat (304 halaman).
7. Filsafat, Ilmu dan Pengetahuan (700 halaman).
8. Agama, Pendidikan dan Pemuda (300 halaman).
9. Renungan dan Kenangan (350 halaman).
10. Surat-surat (400 halaman).