Oleh Josef Bataona
“Loyal employees uphold your brand and ensure the sustainability of your business. They go the extra mile. They make it possible for you to win.” (Brigette Hyacinth)
KARYAWAN LOYAL. Apakah ini berkaitan
dengan lamanya seseorang bekerja? Apakah dia loyal kepada atasan atau
Perusahaan? Apakah dia justru loyal kepada profesi?
Saya tergugah untuk mengangkat tema loyalitas karyawan karena munculnya
pertanyaan dari seorang peserta sharing sessionku tentang loyalitas ini.
Pertanyaan persisnya, bapak pernah bekerja sampai 31.5 tahun di satu
perusahaan, bahkan sampai pensiun. Apa makna Loyalitas menurut bapak?
Pertanyaan itu sangat masuk akal terutama karena datangnya dari seorang
milenial, yang belum bisa membayangkan bekerja selama itu di perusahaan yang
sama. Berikut foto Bersama peserta sharing session.
Perlakuan Yang dialami Karyawan
Sering sekali kita bicara tentang cara Perusahaan memperlakukan karyawan, atau tentang budaya kerja perusahaan. Tapi sebetulnya yang dimaksud dengan perusahaan adalah atasan karyawan. Karena atasan kita adalah orang yang paling dekat dengan kita, yang karena tugasnya mewakili perusahaan dalam keseharian kita. Jadi kalau hubungan dengan atasan baik, akan dianggap bahwa hubungan dengan perusahaan juga baik. Tapi kalau sebaliknya terjadi maka karyawan tidak akan tinggal lama. Sementara itu, riset juga menunjukan bahwa karyawan yang loyal memiliki produktivitas 12% lebih tinggi. Mereka akan menjadi brand ambassador, akan go extra mile, menjamin keberlangsungan bisnis dan berjuang demi keberhasilan perusahaan.
Perlu juga disadari, bahwa competitor sedang mengincar talent perusahaan kita. Bahkan hasil survey yang dipaparkan oleh Brigette Hyacinth di LinkedIn 5 April 2018, (https://www.linkedin.com/pulse/why-managers-should-care-employee-loyalty-brigette-hyacinth) bahwa dari 30 case study yang diambil dari 11 survey memperlihatkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk menggantikan karyawan yang berhenti kurang lebih 20% dari total penghasilan karyawan tersebut. Angka itu dihitung dari hilangnya produktivitas karena karyawan keluar, biaya untuk mencari pengganti dan belum maksimalnya produktivitas karyawan baru. Belum lagi kerugian karena karyawan lain boleh jadi berpikir-pikir untuk pergi, atau rusaknya citra perusahaan di mata karyawan sendiri dan pencari Kerja.
Tips untuk mempertahankan Karyawan terbaikmu
Bila karyawan merasa disconnected, undervalues, unappreciated, mereka akan segera mencari pekerjaan lain dimana kontribusi mereka lebih dihargai. Karena itu cara mencegahnya adalah memberikan kepada karyawan alasan untuk mereka mau tinggal. Beberapa saran Brigette Hyacinth, diantaranya:
- Perlakukan karyawan sebagai manusia, bukan mesin. Karyawan ini punya kebutuhan akan balanced life, punya personal time, family time, social time dll
- Beri kesempatan untuk pengembangan karyawan. Buatlah karyawan melihat makna dibalik setiap tugas yang dikerjakan.
- Berikan pengakuan dan penghargaan pada hasil kerja karyawan. Jadikan itu sebagai bagian dari budaya perusahaan.
- Jangan micromanage karyawan. Percaya pada mereka, berikan otonomy dan keleluasaan untuk bekerja.
- Berikan training dan support, yang akan dilihat karyawan sebagai komitmen perusahaan untuk pengembangan pribadi karyawan.
- Perlihatkan empathy. Dampaknya moral dan kinerja karyawan akan meningkat
- Akhirnya, ciptakan budaya dimana ada komunikasi terbuka, ada fairness, teamwork dan suasana kekeluargaan.
Hal tersebut diatas perlu mendapat perhatian, karena sering kita berpendapat, seakan-akan karyawan keluar karena ada tawaran lebih besar di luar. Memang kenyataannya bahwa karyawan keluar akan meminta tawaran lebih tinggi di perusahaan baru. Tapi alasan utama kenapa dia mulai berpikir untuk keluar adalah karena perlakukan atasan terhadapnya. Apalagi atasan yang tidak dekat dengan karyawannya senantiasa gagal paham akan apa yang menjadi motivasi seseorang dalam bekerja.
Loyal Sepenuh Hati
Kembali ke pertanyaan awal, apa sebetulnya loyalitas itu? Saya diterima di sebuah perusahaan karena kompetensi yang saya miliki. Secara professional saya berkembang dan bisa berkontribusi bagi perusahaan. Saya akan bekerja dengan sepenuh hati karena saya percaya bahwa perusahaan juga menghargai kontribusiku, para pemimpin memberikan kesempatan untuk berkembang, dan disana saya diperlakukan sebagai manusia seutuhnya.
Dan di postingan IG peserta lain, Cordelia, explisit dia menyebutkan bahwa kisah perjalanan hidupku menginspirasinya. Namun ada tersirat harapan sekaligus doa, semoga di perusahaan manapun dia bekerja dia bisa sukses “from ZERO to HERO, dan from NOTHING to SOMETHING.” Ini adalah harapan lumrah mewakili karyawan-karyawan lain. Mereka ingin menambah MAKNA (Meaning) kehidupan mereka, karena bisa memberi manfaat bagi orang lain.
Ini berarti loyalitas itu tidak satu arah (karyawan loyal kepada perusahaan), tapi timbal balik. Dan saya berpendapat, loyalitas saya adalah kepada profesi Human Resource. Saya akan terus berkarya dimanapun tempatnya dan siapapun atasannya, bilamana para pimpinan (yang juga mewakili perusahaan) memberikan kesempatan untuk profesi Human Resources berkipra.
“Train people well enough so they can leave, treat them well enough so they don’t want to.” (Richard Branson)
Sumber Tulisan: http//www.josefbataona.com, 11 Oktober 2019