YAKOBUS Dumupa. Yakobus diambil dari nama santo, orang Kudus, dalam tradisi Gereja Katolik Roma. Sejak dibaptis dalam tradisi iman Katolik seorang akan mengantongi nama yang diadopsi dari oang Kudus. Maksud nama itu ialah kelak hidup si pemilik nama itu mengikuti teladan santo bersangkutan. Nama santo seperti Yakobus, Yohanes, Markus dalam komunikasi keseharian akan mengalami perubahan penyebutan dalam situasi yang akrab. Yakobus, bisa akrab dengan sapaan Kobus, Kobu, Jak atau Jakobus. Begitu juga kalau punya nama baptis Yohanes bisa dipanggil Anis, Yan, Yon, John, Johni dan lain-lain. Begitu pula bila namanya Markus maka akan lahir sapaan Kus, Kusi, Markus atau Marco. Itu di sebagian besar kampung di selatan Lembata, Nusa Tenggara Timur.

Nama di awal catatan di atas yang saya maksud ialah Yakobus Dumupa. Saya menyapanya akab ala kampung saya: Kobus (maaf mungkin tak layak bagi pemilik nama). Barangkali dalam keseharian, ia akan disapa Yakobus, Jak atau Jak Dumupa. Bahkan dalam relasi formal ia akan disapa Pak Yakobus atau Pak Bupati. Bupati? Ya, Yakobus Dumupa adalah Bupati Dogiyai, Provinsi Papua. Kobus adalah anak asli Dogiyai, anak honai dari pegunungan. Ia meninggalkan jabatan anggota Majelis Rakyat Papua (MRP), wadah kultural sesuai perintah UU Otonomi Khusus (Otsus) Papua. Ia kembali ke kampung halamannya, Dogiyai, bersama Oscar Makai, masuk dalam bursa Pilbup Dogiyai 2017.
Pilihan mayoritas masyarakat pemilik suara berkiblat ke Kobus dan Makai. Posisi anggota MRP segera tanggal. Kobus dan Makai segera menjadi Dogiyai 01 & 02. Gubernur Lukas Enembe, bekas Bupati Puncak, melantik “pengantin politik” baru Kobus dan Makai mengemban mandat rakyat Dogiyai. Sejak 18 Desember 2017, Kobus dan Makai mulai mengemban tugas sebagai Bupati-Wakil Bupati Dogiyai. Mengusung visi ‘Dogiyai Bahagia’ mereka berdua berniat memajukan masyarakat dan daerah merujuk ketersediaan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan kemampuan APBD II yang dimiliki. Keduanya mesti membuat Dogiyai bahagia dalam artian sebenarnya. Pemerintah dan masyarakat dorang harus terlibat dalam menyukseskan agenda pembangunan yang dibuat Bupati-Wakil Bupati bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Dogiyai. Penuh semangat, kerja keras, kerja cerdas, dan tentu pula dalam suasana bahagia. Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Paling kurang “nada dasar” itu ada dalam sanubari para pemimpin dan rakyat.

Rabu, 18 Desember 2019, kepemimpinan Dumupa dan Makai genap dua tahun. Pemerintah dan warga Dogiyai merayakan kegembiraan dan rasa syukur memperingati HUT ke-2 kepemimpinan Dumupa-Makai memimpin daerah itu. Namun, satu hal yang menarik terlihat dalam momen penuh syukur itu. Sang bupati meluncurkan dua buku karyanya yaitu Kata yang Menghidupkan dan Apa Itu Cinta? Sebuah cara cerdas seorang pemimpin daerah memajukan sumber daya manusia, terutama generasi muda jangka panjang. Bahwa membaca adalah pilihan rasional tatkala seorang pemimpin (baca: bupati) ingin memajukan kualitas manusia di daerah dengan membumikan kebiasaan membaca di kalangan warga masyarakat tatkala membaca menjadi kebutuhan.(Ansel Deri)