Oleh Markus Makur
SANG surya sudah menyinari alam semesta. Cahaya menembus Kampung Mesi, Waekolong, Wojang dan kawasan hutan Pong Suka, Mbengan. Sinar matahari membangun manusia yang sedang tidur lelap dan seluruh makhluk hidup yang sedang memiliki nafas kehidupan. Saatnya sinar matahari membangunkan manusia untuk mulai beraktivitas lagi.
Ayam berkokok memberikan tanda-tanda bahwa sementara lagi jelang pagi dengan ditandai sinar matahari dari ufuk Timur. Bagian Timur sebagai sandaran matahari.
Bagian Barat sebagai tanda sang surya kembali kepada ribaannya. Itulah perputaran alam sementara. Berputar pada porosnya. Ada waktu beristirahat. Ada waktu bekerja. Semua itu dijumpai dalam realita situasi 1×24 jam.
Sekelompok anggota dari Kelompok Tani Suka Maju bangun pagi untuk mempersiapkan segala sesuatu, Selasa, (16/3/2021).
Hari itu sudah diagendakan untuk acara pencanangan Bulan Bakti Rimbawan ke-38 di kawasan hutan Manus Mbengan, tepatnya di kawasan Pong Suka. Mereka mempersiapkan periuk, kuali, sekop, alat-alat pertanian lainnya. Mereka berjalan kaki dari Kampung Mesi, Waekolong dan beberapa kampung tetangga di Desa Rana Kolong.
Mereka menyusuri jalan setapak di tengah hutan rimba Manus Mbengan. Kiri kanan jalan ada pohon ukuran besar. Sejuk. Udara segar. Mendengarkan merdunya suara burung yang bertengger di pohon-pohon. Burung menyambut kedatangan anggota kelompok tani tersebut. Kadang-kadang burung terbang dari satu pohon ke pohon lainnya sambil mengeluarkan suara. Betapa indah alam semesta ini.
Beraneka ragam flora dan fauna yang diperuntukkan manusia untuk saling melengkapi. Saling membutuhkan. Saling menjaga keunikan Sang Pencipta. Kurang lebih 10 menit menyusuri jalan setapak itu dari jalan raya lintas Waelengga-Mok. Suasana tenang. Sepi. Anggota kelompok tani tiba di lokasi yang dijadikan tempat menanam pohon kehidupan. Mereka menyiapkan tenda dari terpal berukuran sedang.
Menyiapkan tenda bagi tamu dari Kabupaten Manggarai Timur. Mereka menyiapkan tikar untuk tempat duduk bagi warga yang ikut dalam kegiatan tersebut. Sekitar delapan lubang digali dengan ukuran kecil untuk menaruh benih kehidupan.
Mereka menyiapkan bambu kecil untuk masak nasi. Mereka menyebut “tapa kolo,” masak nasi bambu. Semua persiapan sudah beres. Mereka bakar ikan dan masak kuah ikan untuk keperluan makan bersama. Sebagiannya memakai masker, sebagiannya belum memiliki masker. Alam sebagai ibu bumi. Menjaga. Merawat alam termasuk hutan didalamnya berarti menjaga keberlangsungan kehidupan ibu bumi bagi kehidupan manusia. Flora dan fauna.
Satu ekosistem yang saling membutuhkan bagi kelangsungan hidup makhluk di bumi ini. Menanam benih kehidupan berarti menjaga keberlanjutan ciptaan dari Sang Pencipta yang diperuntukkan bagi kehidupan makhluk yang mendiami bumi ini. Apa yang ditanam, itu juga akan kita tuai.
Sambut Rombongan di Tengah Hutan
Sejumlah tua adat di Desa Rana Kolong dengan pakaian adatnya sesuai adat istiadat setempat menyambut rombongan Wakil Bupati Manggarai Timur, Jaghur Stefanus, Ketua DPRD Manggarai Timur, Heremias Dupa, Anggota DPRD Manggarai Timur, Lucius Modo, Tarsan Talus, Kepala UPT KPH Kabupaten Manggarai Timur, Marselus Ndeu, staf Prokopim Setda Manggarai Timur. Tawu, tempat menyimpan tuak, moke sudah diisi dengan tuak raja khas Rana Kolong. Tua adat yang sudah ditunjuk memegang tawu sambil menyampaikan ucapan selamat datang dengan dialek lokal setempat. Namanya adalah tradisi “kepok”.
Setelah ritual kepok selesai, dilangsungkan acara pemakaian kalung songke kepada Wakil Bupati Manggarai Timur, Ketua DPRD Manggarai Timur, dan Kepala UPT KPH Kabupaten Manggarai Timur. Belasan handphone android dan kamera mengabadikan momen tersebut sebagai dokumen pribadi, pemerintah dan anggota kelompok.
Ritual adat selesai, rombongan di hantar di tempat tenda yang sudah dipersiapkan di dekat sebuah pohon.
Selanjutnya, acara seremial resmi. Berbagai sambutan secara bergiliran disampaikan.
Tanam Benih Pohon Kehidupan
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Kabupaten Manggarai Timur, Selasa (16/03/2021), menanam benih kehidupan di Pong Suka, kawasan hutan Manus Mbengan RTK 110, Desa Rana Kolong.
Pohon kelengkeng dan pohon kehidupan lainnya ditanam di kebun anggota Kelompok Tani Suka Maju yang sudah menggarap kawasan hutan sosial.
Pencanangan Bulan Bakti Rimbawan 2021 dicanangkan oleh Wakil Bupati Manggarai Timur, Jaghur Stefanus dengan menanam benih pohon kelengkeng. Diikuti Ketua DPRD Manggarai Timur, Heremias Dupa, didampingi anggota, Luko Modo, Tarsan Talus, Camat Kota Komba, Regina Malon, Kepala UPT KPH Manggarai Timur, Marselus Ndeu, Ketua Kelompok Tani Suka Maju, Erasmus Turus, Perwakilan Lembaga Swadaya Masyarakat Ayo Indonesia.
Pencanangan Bulan Bakti Rimbawan Tingkat Kabupaten Manggarai Timur mengusung tema” Hutan Untuk Kesejahteraan Rakyat”
Jaghur Stefanus menegaskan bahwa prinsip yang yang kita pegang bahwa semua kita adalah rimbawan, karena menjaga hutan adalah tugas dan tanggung jawab kita bersama.
Apabila hutan tidak ada maka segala kehidupan akan perlahan-lahan mengikuti dampaknya. Manusia dan makhluk lain yang mendiami bumi ini sangat membutuhkan hutan.
“Hutan itu menjaga kehidupan kita, ekosistem hutan menjaga keberlangsungan kehidupan kita dan karena itu maka menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menjaga hutan kita tetap lestari dengan ekosistem yang terjaga.”
Stefanus mengatakan, menjaga hutan dengan terus giat menanam pohon kehidupan berarti menjaga paru-paru dunia. Setiap saat kita menghirup udara. Apabila tidak ada hutan maka kehidupan kita akan mengalami kekurangan oksigen.
” Saat ini kita menghirup udara segar di tengah hutan. Untuk itu kita sama-sama memiliki tanggung jawab dengan kesadaran dalam diri kita masing-masing untuk menjaga keberlanjutan dan kelangsungan hutan yang lestari,” jelasnya.
Jangan Semprot Rumput dengan Zat Kimia
Heremias Dupa menjelaskan, zat kimia yang digunakan untuk membersihkan lahan dengan cara semprot dapat mematikan seluruh makhluk yang berada di bawah tanah. Cacing tanah mati kalau kena zat kimia.
Kita tahu bahwa cacing tanah dan makhluk lainnya mampu memberikan kesuburan tanah. Jikalau humus tanah tidak terjaga dengan baik maka air hujan mudah mengikis tanah tersebut hingga dampak besarnya longsor. Erosi bisa mengikis tanah. Lama kelamaan bisa terjadi tanah longsor.
“Petani harus kembali memakai pupuk organik. Petani harus memulai membiasakan diri tidak menggunakan pupuk kimia. Saatnya kembali memakai pupuk alamiah. Saya berharap anggota Kelompok Tani Suka Maju tidak membersihkan lahan pertanian dengan zat-zat kimia. Makhluk lain mampu mengembalikan kesuburan tanah. Manusia tidak bisa secara alamiah bisa mengembalikan kesuburan tanah. Masyarakat tidak membakar hutan,” jelasnya.
Kepala UPT KPH Kabupaten Manggarai Timur, Marselus Ndeu mengajak anggota kelompok tani Suka Maju bahwa hutan untuk kesejahteraan rakyat sejalan dengan semangat dan misi keberadaan serta jati diri rimbawan, dalam perjuangan pembangunan kehutanan dan lingkungan.
Kegiatan pencanangan Bulan Bakti Rimbawan dilaksanakan pada sasaran kelompok penerima perhutanan sosial dengan pola hutan kemasyarakatan (HKM) sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI SK nomor: SK.7600/Menlhk-pskl/pkps/psl.0/9/2019 tentang pemberian izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan kepada kelompok tani Suka Maju kurang lebih 44 hektar.
“Saya tegaskan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sudah memberikan izin untuk mengelola perhutanan sosial seluas ini. Jangan lagi merambah hutan yang lain lagi di dalam kawasan ini. Kawasan hutan sosial bukan milik anggota kelompok, melainkan diberi izin untuk mengelola dengan menanam pohon-pohon yang memiliki manfaat bagi kesejahteraan anggota kelompok,” tegasnya.
Camat Kota Komba, Regina Malon menegaskan, apabila kita menjaga hutan sebagai penyangga kehidupan flora dan fauna dan manusia dengan baik maka sumber mata air untuk kehidupan manusia tetap terjaga demi anak dan cucu, cece kita.
“Seorang peziarah, pendaki gunung, atau kita menjelajahi hutan selalu membawa air minum, makanan bagian kedua. Jika kita haus di tengah hutan selalu mencari air.
Air minum merupakan kebutuhan yang utama dalam kehidupan makhluk di dunia ini dan juga manusia,” jelasnya.
Jangan Lagi Tembak Burung
Staf Balai Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah II NTT, Paulus Pambut menegaskan, burung-burung juga memberikan kehidupan bagi bumi.
Burung-burung juga menyebarkan benih kehidupan untuk keberlanjutan dan keberlangsungan hutan. Jangan lagi menembak burung. Apalagi burung-burung endemik Flores.
“Kami akan menegakkan aturan apabila masyarakat menembak burung. Belum lama ini kami menangkap orang yang menembak burung Elang Flores. Semua burung tidak boleh ditembak,” tegasnya.
Pambut menjelaskan maraknya penembakan burung di kawasan hutan konservasi dan hutan lindung. Belum lama ini ada warga Berburu burung elang di kawasan hutan konservasi.
BKSDA NTT melakukan pendekatan tiga pilar yakni, Pemerintah, lembaga agama dan masyarakat adat.
Erasmus Turus, Ketua Kelompok Tani Suka Maju, siap memberikan arahan kepada anggota kelompok agar memahami Flora dan Fauna di kawasan hutan Manus Mbengan. Anggota kelompok juga berkomitmen tidak tembak burung, tidak tebang pohon.
“Segala yang disampaikan oleh pemerintah untuk kebaikan anggota kelompok. Saya siap bicara dengan anggota kelompok untuk tidak menangkap, menembak burung dan tidak menebang pohon didalam kawasan hutan,” jelasnya.
Yosef Sudarso, Perwakilan LSM Ayo Indonesia Kabupaten Manggarai memberikan pengalaman tanam jahe, advokat di kawasan hutan sosial di Golo Worok.
“Tidak boleh semprot dengan bahan-bahan kimia. Tidak boleh bakar hutan. Hutan sosial ditanam dengan tanaman jangka pendek. Hutan lestari, masyarakat sejahtera. HKM Golo Worok,” ajaknya.
Ketua Pelaksana Pencanangan Bulan Bakti Rimbawan dari UPT KPH Kabupaten Manggarai Timur, Doni Nggaro menjelaskan, pencanangan ini bertujuan memberi ruang nurani yang lebih baik bagi setiap orang untuk secara sadar berupaya menghargai hutan dan menjadikan hutan sebagai “rumah kehidupan kita” yang menyentuh semua aspek kebutuhan manusia seperti ketersediaan air minum bersih, kebutuhan air di bidang pertanian dan perkebunan, kebutuhan air di bidang peternakan, mengurangi terjadinya erosi tanah, dan terutama hutan juga berfungsi khusus bagi ekosistem hutan (flora dan fauna) juga sebagai penyumbang terbesar kontribusi karbon untuk dunia. Kedua, memberikan edukasi kepada masyarakat dan generasi muda untuk mewariskan kesadaran dan perilaku yang berempati pada lingkungan sekitar dan peduli pada keberlanjutan hutan demi kepentingannya bagi kehidupan manusia dimasa mendatang.
Dalam sambutan yang dibaca Wakil Bupati Manggarai Timur, Jaghur Stefanus menjelaskan, salah satu ekosistem yang sangat penting bagi kelestarian lingkungan adalah ekosistem hutan.
Catatan menunjukkan bahwa dalam kurun waktu yang panjang sejak sistem hutan register dan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) hingga hutan menurut konsep tata ruang, telah terjadi evolusi kawasan hutan. Secara Nasional kawasan hutan dari 147 juta hektar luas kawasan hutan tahun 1999 menjadi 125 juta hektar sampai dengan sekarang.
Tahun 2021 alokasi areal berizin 22 juta hektar mengalami penurunan luasan sekitar 85,03 persen, yang diperuntukkan bagi izin perhutanan sosial, tata ruang bagi review kawasan dan tanah obyek reforma agraria (TORA).
Luas kawasan hutan di Kabupaten Manggarai Timur 48.334,34 hektar, menyebar pada kawasan hutan Manus Mbengan, Manus Wae Rana, hutan Ndeki-Komba, kawasan hutan Riwu, kawasan hutan puntu II, kawasan hutan Pota, kawasan hutan Sawe Sangge, kawasan hutan Wue Wolomere.
Penataan ruang di kawasan hutan Manggarai Timur sampai dengan 2021, sebagai berikut, pertama, perijinan perhutanan sosial dengan hutan kemasyarakatan Desa Rana Kolong oleh Kelompok Tani hutan Suka Maju seluas 44 hektar. Kedua, review tata ruang 4 kawasan hutan yaitu, kawasan hutan Puntu II, kawasan hutan Pota, kawasan hutan Manus Mbengan dan kawasan hutan Ndeki Komba dengan total luas 4.000 hektar. Ketiga, tanah obyek reforma agraria (TORA) di Kecamatan Lamba Leda, Kecamatan Sambi Rampas dan Kecamatan Kota Komba dengan total luas 494 hektar.
Di kawasan hutan sosial yang sudah di kelola anggota kelompok tani hutan Suka Maju sudah ditanami tanaman porang dan jenis-jenis tanaman perkebunan.***
———————————————————————————————
Penulis adalah wartawan tinggal di Manggarai Timur, NTT