Oleh Markus Makur
PENDERITA disabilitas mental ada di sekitar lingkungan keluarga kita. Bahkan mungkin salah satu anggota keluarga kita mengalami derita disabilitas mental. Disabilitas mental adalah satu satu dari sekian penyakit dalam tubuh manusia yang rapuh.
Penderita disabilitas mental ada yang dipasung di pondok reyot. Tak manusiawi. Tak bermartabat.
Penderita disabilitas mental atau sering disebut orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) merupakan masalah serius dan mengarahkan kepada darurat disabilitas mental di bumi Nusa Tenggara Timur.
Negara masih minim hadir untuk menangani dan mencegahnya. Bahkan, fasilitas untuk menangani mereka yang menderita itu masih minim. Kadang-kadang banyak alasan dalam penanganannya yang berkaitan regulasi. Dana terbatas untuk penanganannya. Belum ada komisi khusus untuk menangani mereka yang menderita.
Penanganan untuk memulihkan penderita disabilitas mental belumlah prioritas dalam program yang dibuat oleh pemerintah, baik pusat, Provinsi dan daerah. Tapi dibalik masalah tersebut, seorang imam dari ordo Serikat Sabda Allah (SVD), Pater Aventinus Saur, SVD memulai gerakan aksi kemanusiaan untuk peduli, bersuara lantang, dan menangani mereka yang derita disabilitas mental bermula di sebuah stasi di Keuskupan Agung Ende (Baca Buku Belum Kalah) 2014 lalu.
Kemudian Pater Avent terus merefleksi dan merenungkan dalam diri serta serius turun ke tengah-tengah masyarakat untuk advokasi, sosialisasi, beri perhatian. Beri makan nasi bungkus di jalan-jalan di Kota Ende dan mempublikasikan di media massa.
Kemudian Pater membentuk kelompok sukarelawan yang dinamakan Kelompok Kasih Insanis (KKI) Peduli Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Februari 2016.
Relawan KKI setia melayani, mengunjungi, mendata dan memberikan makanan seadanya. Terinspirasi oleh gerakan kemanusiaan Pater Avent, 6 orang di Manggarai Timur bertemu Pater di Rumah Makan Ayu di pinggir jalan Trans Flores di Kota Borong, Juli 2017. Sesudah makan bersama, kami sama-sama berkunjung ke rumah satu warga yang dipasung di sekitar Kota Borong. Kemudian, Pater melanjutkan perjalanan ke Ende. Sementara kami kembali dengan aktivitas harian dan secara sporadis melakukan kunjungan, mendata dan merawat. Saat itu kami tak dibekali oleh ilmu tentang apa itu sakit gangguan jiwa. Semangat saat itu adalah peduli bagi mereka yang disisihkan. Dipinggirkan. Dilupakan. Disingkirkan bertahun-tahun.
Tahun 2020, semakin gencar menangani penderita gangguan jiwa, walaupun di tengah pandemi Covid19, relawan KKI terus melakukan kunjungan sosial, aksi sosial.
Aksi kemanusiaan dengan mengajak berbagai pihak. Kepala Desa juga diajak untuk terlibat mendampingi, mengunjungi, memberikan perhatian. Bantuan sosial.
Kepala Desa Mbengan, Kecamatan Kota Komba, Yohanes Tobis merupakan yang pertama dalam pendampingan bersama relawan Kelompok Kasih Insanis (KKI) bagi rakyatnya yang menderita gangguan jiwa, baik di pasung maupun yang tinggal di dalam pondok-pondok saja.
Pemerintah Desa Mbengan mengunjungi warganya yang sedang sakit gangguan jiwa. Memberikan bantuan sosial bagi penderitanya.
Terpisah Kepala Desa Ngampang Mas, Kecamatan Borong, Orison Songgo sangat aktif dan peduli dengan warganya yang menderita gangguan jiwa yang sedang di pasung maupun yang tinggal di pondok-pondok di kebun.
Beberapa kali relawan KKI mengunjungi. Menyapa. Membawa bantuan Kasih di desanya, Kepala Desa mendampingi relawan KKI. Sungguh luar biasa.
Bulan Desember 2020 ditengah pandemi Covid19, Kepala Desa mendampingi Ketua DPRD Manggarai Timur, Heremias Dupa, Pastor rekan Paroki Santo Antonius Padua Mbeling, Pater Frumens Andi, SMM, relawan KKI dan wartawan, perawat dari Puskesmas Lebi Balus Permai membawa bantuan gitar bagi seorang penderita gangguan jiwa yang tinggal di pondok di pinggir sawahnya.
Mengunjungi beberapa penderita di desanya untuk membawa bantuan kemanusiaan di tengah pandemi Covid19 berupa beras dan makanan ringan.
Oktober 2020, Kepala Desa Golo Meni, Kecamatan Kota Komba Utara, Paulus Darman, mendampingi Ketua KKI, Pater Aventinus Saur, SVD bersama relawan KKI Manggarai Timur mengunjungi warga di desanya yang menderita gangguan jiwa dipasung.
Saat kunjungan itu sudah tengah malam karena Pater Avent keliling dari Rego, Kabupaten Manggarai Barat.
Menempuh Jarak 500 KM Ende-Pelosok Manggarai Barat
Ceritanya begini sampai mengunjungi penderita gangguan jiwa di pelosok Manggarai Barat. Pater Avent mendapatkan informasi dari Pater Alex Jebadu, SVD, Dosen STFK Ledalero bahwa ada beberapa penderita gangguan jiwa di Kampung Rego, Desa Rego, Kecamatan Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat.
Kemudian Pater mengagendakan kunjung Oktober 2020. Saya ikut mendampingi Pater Avent.
Saat itu Pater berangkat dari Ende, Ibukota Kabupaten Ende, singgah di rumah di Kompleks Mabako, Waelengga. Selanjutnya menempuh perjalanan ke arah Barat. Ende-Waelengga-Ruteng, Lembor-Pacar-Rego. Kurang lebih 9 hari mengelilingi Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai dan Manggarai Timur
Kurang lebih jarak yang ditempuh dari Ende ke Desa Rego pergi pulang 500 kilometer. Sebelum Pater Avent balik ke Ende, dia diundang seorang relawan KKI Manggarai Timur di kampung Taga, Desa Golo Nderu, Kecamatan Kota Komba Utara.
Saat itu Pater Avent dan beberapa relawan berangkat dari Kampung Weto, Orong, Kecamatan Welak. Bermalam di kampung Urang, lalu keesokan hari berangkat menuju ke bagian timur dengan rute, Urang-Ketang-Cancar-Ruteng-Bealaing-Mukun dan tiba pukul 22.00 Wita. Selanjutnya mengunjungi penderita gangguan jiwa yang di pasung di Desa Golo Meni. Makan malam di rumah kepala Desa. Selanjutnya kami tidur di rumah keluarganya Pater di Manus. Keesokan harinya mengunjungi penderita gangguan di Kampung Rana Mbeling dan melanjutkan perjalanan ke Kampung Taga.
Saat pulang dari Kampung Taga, Pater mengunjungi penderita di Desa Golo Tolang, Desa Mbengan, Desa Rana Kolong hingga kembali ke Ende.
Pemerintah Kecamatan Lamba Leda Utara bersama Petugas Medis Peduli ODGJ
Pemerintah Kecamatan Lamba Leda Utara, Kabupaten Manggarai Timur melakukan kunjungan rumah Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di wilayah itu. Kunjungan itu dilakukan setiap 10 hari. Ini bagian dari kepedulian untuk menangani warganya yang derita gangguan jiwa.
Pelaksana Tugas (Plt) Camat Lamba Leda Utara, Agustinus Supratman mengatakan, saat mengunjungi rumah ODGJ, pihaknya menggandeng petugas medis pengelola program kesehatan jiwa dari Puskesmas di wilayah kecamatan tersebut.
“Selain kegiatan bimbingan konseling pada keluarga ODGJ, pihak Kecamatan Lamba Leda Utara dan pengelola ODGJ juga melakukan perawatan untuk memelihara kesehatan fisik dan psikis ODGJ. Kami juga memandikan dan mengganti pakaian ODGJ, seperti yang kami lakukan hari ini, saat melayani salah satu ODGJ di Kampung Ronting,” tutur Supratman kepada wartawan, Jumat (9/4/2021).
Menurutnya, kegiatan perawatan kesehatan fisik dan psikis hanya dilakukan bagi ODGJ kategori halusinasi. Sedangkan untuk pasien skizofrenia belum dilakukan.
Ia menuturkan, sesuai data sementara, ada 57 ODGJ di wilayah Kecamatan Lamba Leda Utara yang tersebar di beberapa desa seperti Desa Satar Padut 14 orang, Desa Satar Kampas 9 orang, Desa Satar Punda 8 orang dan Desa Satar Punda Barat 5 orang.
Kemudian, Desa Nampar Tabang 4 orang, Desa Golo Munga Barat 4 orang, Desa Golo Mangung 10 orang, Desa Golo Wontong 1 orang, dan Desa Haju Wangi 2 orang.
Dari sejumlah ODGJ tersebut, kata Supratman, hanya satu orang yang dipasung di Kampung Wae Rambung, Desa Golo Munga Barat. Pasien itu dipasung karena sering melakukan tindakan kekerasan bagi warga lain menggunakan benda tajam.
“Yang paling rutin kami kunjungi selama ini di pusat kecamatan yaitu di Dampek, Desa Satar Padut. Untuk di desa-desa lain, kami belum terlibat, tetapi teman-teman dari Puskesmas rutin kunjung,” ujarnya.
“Sejauh ini, kami bersama pengelola ODGJ di setiap Puskesmas di Lamba Leda Utara terus berupaya melakukan pendekatan kemanusiaan untuk memuluskan rencana perawatan dan penyaluran obat-obatan khusus bagi ODGJ, sebab sebagian besar pasien tidak mau dikunjungi serta tidak terima dikunjungi, apalagi diberi obat,” tambahnya.
Menurut Supratman, Pemerintah Kecamatan Lamba Leda Utara bersama seluruh pemerintah desa di kecamatan itu akan terus mendata ODGJ yang belum terdata agar mendapat perhatian dari berbagai pihak serta mendapat bantuan pengobatan.
“Pemerintah Kecamatan Lamba Leda Utara mengimbau seluruh masyarakat Lamba Leda Utara untuk bersikap ramah dengan ODGJ dan meminta semua pemangku kebijakan lokal untuk bijak dalam bersikap agar sebisa mungkin kebijakan yang diambil sarat keberpihakan kepada ODGJ,” pungkasnya.
Data yang dikumpulkan relawan KKI Manggarai Timur bahwa Pemerintah tingkat kecamatan, yakni Kecamatan Lamba Leda Utara yang pertama kali bersinergi dengan pihak Puskesmas setempat dengan melakukan kunjungan rutin untuk mendata dan menggali penyebab warga menderita disabilitas mental. Kiranya inisiatif dan kepedulian dari Pemerintah Kecamatan Lamba Leda Utara menginspirasi 11 Kecamatan lainnya di Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur.
**********
*Penulis adalah Wartawan dan koordinator relawan Kelompok Kasih Insanis Kabupaten Manggarai Timur