Maumere Berandanegeri.com – Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia melalui staf khusus Menkominfo didampingi Deputi Bidang Kewirausahaan Kementerian KUKM dan Synergy Project Leader Telkom Indonesia melakukan kunjungan ke Sanggar “Bliran Sina” Watublapi, Desa Kajowair, Kecamatan Hewokloang, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT, Jumad (30/4/2021). Kunjungan itu bertujuan mendorong produk untuk masuk ke pasar digitalisasi.
Staf Khusus Menkominfo, Philip Gobang dalam kunjungan mengatakan Sanggar “Bliran Sina” yang diwariskan para leluhur dan mengembangkan diri dengan mempertahankan warisan budaya leluhur yang kemudian menjadikan daerah wisata boleh dikatakan menjadi satu titik budaya untuk memperkenalkan diri dengan karya budaya yang sangat besar.
Ini juga menjadi bagian dari kampanye Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia yang dicanangkan presiden RI Joko Widodo beberapa waktu lalu.
Philip Gobang lebih jauh menegaskan bahwa Khusus di NTT tema kali ini dengan nama “Kilau Digital Permata Flobamora” yang artinya mau mendorong seluruh karya yang dihasilkan mama-mama di kampung untuk beradaptasi dengan situasi yang kita alami saat ini. Dengan adanya pandemi, kita beradaptasi dan bertransformasi masuk ke pasar konektivitas internet.

Dengan kehadiran kami disini, kami mendukung semua karya dari Sanggar “Bliran Sina” Watublapi, Desa Kajowair, Kecamatan Hewokloang, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT menjadi salah satu bagian dari apa yang disebut produk lokal UMKM. Karena kami ingin memperkenalkan kreasi budaya secara lebih luas ke masyarakat melalui akses untuk kemudahan konektivitas internet dalam mendorong produk masuk ke pasar digital.
“Saya dengan pihak Keminfo tentu melihat hal ini sangat penting karena transformasi digital sekaligus memperkenakkan produk budaya kemasyarakat,” terangnya.
Untuk mengembangkan plafon digital Kemenkominfo juga bekerjasama dengan Telkom Indonesia.
Synergy Project Leader Telkom Indonesi, Kuncoro Wastuwibowo pada kesempatan itu juga mengatakan pihaknya mendapat amanah dari pemerintah melalui Kemenkominfo, Kementrian UMKM dan BUMN untuk mengembangkan plafon digital yang akan menjembatani bagaimana ekosistem ini digabungkan.

“Bagaimana program ini bisa menyambungkan komersialisasi dengan UKM dalam bidang digitalisasi untuk bisa dipasarkan ke dunia,”ungkapnya.
Sementara itu Deputi Bidang Kewirausahaan Kementerian KUKM, Viktoria Simanungkalit menyebutkan kementerian UKM berupaya mendukung kegiatan usaha kecil menengah di semua daerah dan saat ini sedang didorong bagaiaman kewirausahaan UMKM.
Menurutnya saat ini semakin banyak usaha mikro dan hanya sebatas usaha. Tetapi tidak memikirkan bisnisnya. Apakah bisnis ini menguntungkan dalam skala yang cukup atau tidak. Oleh karena itu Pemerintah dalam hal ini Kementerian Koperasi mendorong para usaha mikro supaya bisa bekerja dengan skala yang cukup, efesiensi dan harga bisa bersaing.

“Saat ini banyak usaha mikro tetapi hanya sebatas usaha. Tidak memikirkan bisnisnya untung atau tidak Oleh karena itu kita mau dorong para pelaku mikro untuk bisa bekerja skala besar dan bisa bersaing,”ujar Victoria
Kementerian KUMK perlu melakukan pendekatan ekosistem karena tidak bisa berdiri sendiri tetapi tetap dilatih dan didukung dengan pembiayaan. Karena itu kata Victoria pemerintah melakukan pendekatan holistik dan ekosistem terhubung.
Presiden RI Menginginkan Kita Berkolaborasi
Victoria juga menegaskan bahwa tugas dari Kemenkominfo membuat ekosistem supaya internet jalan, Kementerian Koperasi dari segi bisnis, Kementerian Perindustrian dari segi desain atau pengembangan produknya. Ini perlu kita berkolaborasi sehingga produk yang dihasilkan meningkat.
Kita berharap Pemerintah Kabupaten Sikka kreatif dan saling bekerjasama dan berkomunikasi supaya bisa melihat apa yang dibutuhkan di Kabupaten ini, sehingga dari pusat memberikan pelatihan sesuai dengan kebutuhan kabupaten ini.
Bukan kemauan pusat tetapi memang kami mau masyarakat daerah ini butuh apa karena yang paling tau adalah bapak ibu yang ada di sini. Kami dari pusat akan bekerja sama denga Pemda dalam melayani usaha kecil masyarakat perlu ditingkatkan,,”tegas Victoria.
Sekilas Sanggar “Bliran Sina“
Sanggar “Bliran Sina” diketuai Yosef Gervasius beranggotakan 50 orang. “Bliran Sina” yang artinya Sejuk Bagaikan Negeri Cina dan berdiri sejak 7 September 1988 kini menjadi pusat perhatian semua lapisan masyarakat.
Tujuan berdirinya sanggar “Bliran Sina” adalah meningkatkan pendapatan masyarakat melalui penjualan produk seni tradisional, meningkatkan kesejahteraan dan kenyamanan hidup bermasyarakat dengan mempertahankan kearifan sosial budaya dan lingkungan hidup, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan menghargai hak asasi manusia dan kesetaraan gender.
Kegiatan pokok dari Sanggar “Bliran Sina” yaitu ikat tenun pewarna alam, musik dan tarian tradisional, kerajianan tangan.

Produksi yang dihasilkan yakni kain tenun asli pewarna alam dengan berbagai motif sesuai ukuran pria dan wanita. Musik tradisional dan tarian tradisional.
Produk kerajianan tangan berupa perabot dapur dari tempurung, bambu, anyaman-anyaman, bahkan baju tas, dompet, topi, perhiasan aksesoris, dan alat-alat musik serta alat tenun mini.
Pemasaran langsung kepada wisatawan yang datang ke lokasi sanggar. Selain itu penjualan melalui mitra lokal dan regional. Harga bervariasi sesuai jenis produk dan mutu produk. (Atik)