Oleh Markus Makur
Mengangkat tema ini mungkin sudah terbiasa dijelaskan. Dituturkan. Didiskusikan. Dibahas secara lisan.
Membahas ini biasa dilakukan di lingkungan keluarga. Di lingkungan sosial masyarakat. Di kedai-kedai kopi. Disaat sedang arisan keluarga. Arisan komunitas. Bahkan, disaat melaksanakan ritual adat. Di pesta perkawinan dan lain-lainnya.
Di berbagai kesempatan saat dua tiga orang berkumpul pasti disuguhkan minuman kopi. Kecuali ada yang tidak minum kopi karena berbagai alasan dan pertimbangan kesehatan. Di saat kita minum kopi, pasti ada perbincangan lepas bebas, tentu bertanggungjawab.
Satu teguk minuman kopi pasti memunculkan diskusi. Interaksi sosial terjadi saat kita minum kopi. Minum kopi mampu mencerahkan. Bahkan memompa adrenalin untuk berpikir positif.
Minum kopi tidak membuat kita mabuk. Tidak ada cerita mabuk karena minum kopi. Melainkan minum kopi membuat seseorang semakin cerdas. Ini tak bisa dibantah.
Siapapun saat bekerja selalu disuguhkan dua macam minuman. Pertama air bening. Kedua minuman kopi.
Manusia adalah makhluk minum kopi. Tentu tidak semua. Manusia adalah makhluk politik.
Manusia adalah makhluk ekonomi. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia adalah makhluk peniru. Saat berinteraksi sosial terjadi ikatan persaudaran. Kekeluargaan. Kekerabatan. Persahabatan.
Boleh dibilang manusia adalah makhluk pemakan segala. Tentu bukan semuanya dimakan. Ada pilihan karena manusia pandai memilih dan memilah.
Manusia adalah makhluk yang pandai memilih dan memilah.
Apa kaitan antara kopi, politik, ekonomi dan persaudaraan
Tentu kita semua alami dalam kehidupan sehari-hari. Ada bicara politik, walaupun memahami setengah-tengah tentang politik. Yang terpenting bicara politik.
Bicara politik selalu menggiurkan. Tak akan habis selagi manusia bisa berpikir.
Bicara politik selalu menggairahkan sebab manusia itu makhluk berpolitik. Bahkan orang-orang menganggap diri hebat selalu berbicara politik. Menulis tentang politik. Bahkan bicara politik itu seperti darah yang mengalir dalam tubuh manusia. Jikalau darah tersumbat pasti membawa penyakit. Begitupun politik kalau tersumbat pasti membawa malapetaka.
Memang berbicara politik sangat asyik. Segala sesuatu di dunia ini selalu berkaitan dengan politik.
Misalnya bercinta juga sebuah politik. Namanya, politik cinta dan contoh lainnya.
Mengambil suatu keputusan juga berdasarkan politik. Menentukan sesuatu juga dengan politik.
Memberi dukungan juga berkaitan dengan politik balas budi. Jutaan buku yang ditulis orang-orang hebat sudah diterbitkan. Dibaca orang lain. Ditulis lagi sesuai dengan perkembangan sebuah sistem perpolitikan.
Berbicara politik tidak dengan secangkir kopi pasti diskusinya buntu. Berbeda dengan berdiskusi sambil minum kopi pasti diskusinya mengalir seperti air yang terus mengalir.
Pengalaman sehari-hari dalam Komunitas Cenggo Inung Kopi Online (CIKO) Manggarai Timur selalu minum kopi sambil membahas berbagai persoalan serta mencari dan menemukan solusi alternatif. Bukan hanya di komunitas ini, komunitas lain yang makin bertumbuh subur di wilayah ini tidak terlepas dari suguhan minuman kopi sambil bercerita apa adanya.
Berbicara macam-macam situasi yang berkembang. Bahkan dalam lingkungan keluarga, sebelum berdiskusi selalu disuguhkan segelas kopi diatas meja.
Senggo inung wae, (singgah minum air) termasuk inung wae kopi (minum air kopi) adalah kebijaksanaan orang Manggarai Raya khususnya dan Nusa Tenggara Timur umumnya.
Dari minum kopi ada nilai ekonomi-nya. Kopi dibeli dari petani. Kopi dibeli di pasar. Kopi beli di kios-kios. Bahkan kopi juga ada milik sendiri yang dipetik dari kebun. Minum kopi bagian dari politik ekonomi atau ekonomi politik. Kata seorang petani dari Kampung Lendo, Desa Gunung Baru, Kecamatan Kota Komba Utara, Kabupaten Manggarai Timur, Agustinus Adil saat diskusi lepas di Pastoran Paroki Mbata belum lama ini.
Siapa yang menguasai ekonomi, berarti bisa menguasai politik. Ekonomi politik dan politik ekonomi berjalan seiringan.
Negara mana yang menguasai perekonomian global maka kekuasaan politik dikuasainya.
Pengamatan sehari-hari, apalagi saat pelaksanaan hayatan demokrasi tidak terlepas dari suguhan minuman kopi. Artinya minuman kopi memiliki nilai politik dan ekonomi dan persaudaraan.
Dimana dua tiga orang berkumpul sambil minum kopi pasti disana ada persaudaraan, persahabatan dan kekeluargaan.
Minuman kopi mampu merangkul lintas etnis. Minuman kopi bisa mempersatukan manusia dari berbagai latar belakang kehidupan.
Belum lama ini saat diskusi lepas, seorang dosen Fisipol UGM Yogyakarta, Agustinus V Jalong menceritakan bahwa di Negara Amerika Latin minuman kopi di kedai-kedai selalu berhubungan dengan diskusi politik, ekonomi dan persaudaraan. Kopi bisa dipahami dari mitologi ke metafisika. Minuman kopi mampu memacu adrenalin serta memompa jantung yang berujung kepada otak untuk terus berpikir dan menulis.
Penulis berpikir, mungkin para filsuf terkenal dari zaman dulu hingga sekarang ini memiliki kebiasaan minum kopi sehingga mengalir seperti air cara berpikir dan menuangkan ide. Ide yang dituangkan dalam sebuah gagasan dan dinarasikan sesuai dengan perkembangan zaman dibaca ulang oleh pemikir-pemikir berikutnya. Membaca, memahami dan mengutip ulang gagasan itu membuat gagasan dibahas ulang, dikaji sesuai dengan konteks dimana seorang pembaca itu berada.
Minuman kopi tentu ada persaingan ekonomi. Persaingan politik, tapi tetap penuh persaudaraan. Minum kopi juga terjadi transaksi ekonomi antara peminum kopi dan pemilik kedai-kedai kopi.
Belum lama ini Maret 2021, komunitas CIKO menggelar virtual webinar dengan topik, “Kopi dan Kesejahteraan Petani Kopi di Manggarai Timur”. Banyak hal dibahas oleh beberapa narasumber terkait sejarah tanaman kopi, pemasaran dan kendala-kendala yang dihadapi selama ini.
Untuk diketahui bahwa untuk daratan Flores, tanaman pertama yang ditanam oleh petani adalah tanaman kopi. Tanaman kopi dibawa oleh para misionaris yang bermisi di wilayah Pulau Flores.
Tentu para misionaris memiliki alasan dan pertimbangan. Salah satu pertimbangan yang diamati oleh penulis adalah tanaman kopi dengan suguhan minuman kopi ada persaudaraan, mempersatukan semua orang.
Minum kopi mampu merangkul semua kepentingan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
Saat ini kita amati di berbagai kedai-kedai, banyak generasi lintas usia memadati kedai itu sambil minum kopi serta membahas berbagai perkembangan zaman. Sambil minum kopi berselancar di dunia maya dengan gadget canggih. Kita bisa data jumlah penikmat minuman kopi dan minuman teh. Yang lebih dominan adalah penikmat minuman kopi.
Minuman kopi tidak membeda-bedakan kelas sosial. Merata. Setara. Sederajat
Kita bisa bedakan dalam keseharian saat berkumpul sambil minum air bening dan minum kopi. Saat kita minum air bening hanya untuk menghilangkan rasa haus. Sedangkan minum kopi ada kenikmatan tersendiri bahkan bisa menghilangkan rasa ngantuk dan mengalir diskusi-diskusi secara spontan dan betah duduk berjam-jam. Ujung dari diskusi spontan akan merembet ke diskusi politik, ekonomi yang bernuansa persaudaraan.
Saat menikmati minuman kopi kita membahas berbagai persoalan, baik masalah kemanusiaan, lingkungan hidup, budaya, demokrasi dan strategi politik dan berbagai ilmu bisnis.
Penulis merasakan pengalaman harian saat berkumpul dengan rekan sejawat profesi, relasi, anggota komunitas.
Leonardus Santosa dan Frumensius Fredrik Anam, dua pengagum minum kopi Manggarai Timur berpendapat bahwa minuman kopi berhubungan dengan budaya lokal. Misalnya saat ritual adat atau ritual perkawinan, pertama-tama disuguhkan minuman kopi sebelum dilangsungkan ritual adat.
Keduanya berangkat dari pengalaman harian di rumah, saat bekerja selalu ada minuman kopi. Bahkan saat membuat sebuah kajian-kajian sosial, politik, ekonomi ada minuman kopi. Analisis pasti mengalir seperti air mengalir.
Keduanya berpendapat bahwa saat minum kopi, itu berarti kita sangat mencintai petani kopi yang tersebar di kampung-kampung di seluruh wilayah Manggarai Timur.
Keduanya berpendapat bahwa cikal bakal tanaman kopi bermula dari Kampung Colol di Kabupaten Manggarai Timur. Itu berarti Manggarai Timur memiliki ikon yang mendunia yakni kopi. Untuk itu pemerintah harus mengarahkan kebijakan politik, ekonomi di sektor pertanian.
***************
Penulis adalah wartawan yang berkarya di Manggarai Timur