Mencari
Laut milikku dan ombak milikmu menjauh dari pantai
angin kehilangan debar dan perahu kehilangan sauh
pagi membela sepi, air membiarkan kapal berjalan tak ada tuju
terasa Ende seperti mimpi menjulurkan tangannya
yang hangat
aku laut tak ada tempat berlabuh,
ombak menghitung camar dan ikan-ikan berlomba merapat
laut milikku, langit menyatu menyegerakan rindu,
ombak milikmu, kau kemas dalam irama makin jauh
Rinca, NTT 2015
————————————————————————————

Doa Pagi
aku rindu pada laut
walau tiap hari kutuju pantai
aku mengangeni abu di puncak gunung
walau tiap hari kuhirup semerbak hawa pagi
aku ingin mendengar nyanyian indahmu
walau sebuah sajak pun tak pernah bisa kurangkum
aku mau
aku ingin
aku menadahkan cinta dari cawanmu yang luas
mengharap belaian dari sepasang tanganmu yang basah
peluh dan cinta serta amarah karena aku ragu-ragu
jangan kau abaikan doaku walau aku tak miliki bibir
yang fasih dan ciuman membara seperti mereka
aku hanya seorang pejalan malam,
tanpa lampu, tanpa jubah,
hanya kumiliki sebuah nokhta darimu, samar, jauh dan
timbul tenggelam, tapi jangan ragukan aku,
beri aku lampu itu
Jakarta, 170114
*Nana Ernawati, Penyair, Pendiri dan Ketua Lembaga Seni Sastra “Reboeng”. Puisi-puisinya dimuat dalam buku antologi Penyair Yogya 3 Generasi (1981), Tugu (1986), Tonggak 4 (1987), Parangtritis, 55 Penyair Membaca Bantul (2014), Puan-Puan (2014), Perempuan Langit I (2014), Perempuan Langit II (2015).
*Sumber: buku puisi Perempuan yang Melukis di Atas Air, Nana Ernawati, Elmatera, 2015
