Oleh Ignasius Sara
Udara di Kota Amora-Seixal, Portugal, terasa sejuk pada Jumat (13/8/2021) pagi. Sementara itu, seorang pastor asal Indonesia bernama Agustinus Kani bersama rekannya asyik menikmati sarapan di sebuah komunitas yang terletak di salah satu sudut kota tersebut.
Agustinus Kani atau yang sering dikenal dengan nama Gust Kn merupakan misionaris Kongregasi Scalabrinian yang betugas di tempat itu. Ia berasal dari Reo, Kabupaten Manggarai, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Setelah sarapan pagi, Gust dan rekannya berangkat menuju Fatima-Leiria yang berlokasi di sebelah utara Lisbon, ibu kota Portugal. Fatima adalah salah satu situs religi agama Katolik yang cukup terkenal di dunia.
Gust menceritakan, mereka menempuh jarak kurang lebih 142 kilometer selama 1 jam 30 menit dengan mobil menuju ke sana.
“Saya pergi dengan rekan pastor. Kami berangkat jam 07.00 Waktu Lisbon dan tiba jam 08.30 Waktu Lisbon,” kata Gust, Sabtu (14/8/2021).
Mereka menyaksikan areal pertanian, perkebunan anggur, zaitun, dan peternakan di pinggir jalan menuju ke Fatima.
“Sampai di Fatima baru kami merayakan misa, karena ada ziarah internasional setiap tanggal 13 Agustus,” ujar Gust. Ziarah tersebut didedikasikan untuk para migran dan perantau di seluruh dunia.
Fatima dalam ingatan Pastor Gust
Gust mengisahkan, ia mengenal tentang Fatima dari sebuah buku. Buku yang berukuran kecil tersebut mulai menyebar sejak kunjungan salah satu replika arca Bunda Maria dari Fatima di Pulau Flores, pada tahun 1996 silam.
Menurut Gust, buku itu mengulas tuntas tentang peristiwa luar biasa yang terjadi di Bukit Cova da Iria, Fatima-Portugal.
“Saya juga masih ingat, ketika itu ayah membeli buku tersebut bersama sebuah gambar Bunda Maria dari Fatima pada seorang pedagang benda religi, yang konon sering berjualan dari rumah ke rumah dan dari kampung ke kampung,” tutur Gust.
Setiap kali usai membaca, ayah Gust selalu menceritakan kembali isi tulisan dalam buku itu kepada anak-anaknya, termasuk Gust kecil.
“Hingga suatu saat, mungkin lima atau enam tahun kemudian, saya berhasil membaca buku tersebut sampai selesai. Senangnya bukan kepalang,” ungkap Gust.
Dilansir dari buku itu, kata Gust, terjadi sebuah keajaiban luar biasa di Bukit Cova da Iria pada 13 Mei 1917.
Saat itu, Bunda Maria menampakkan dirinya kepada tiga orang anak kecil yang sedang menggembalakan ternak domba milik keluarga mereka di bukit tersebut.
Ketiga gembala kecil itu masing-masing bernama Lucia dos Santos (10), Jacinta Marto (7), dan Francisco Marto (9).
“Seorang wanita mengenakan jubah putih berkilau, bahkan lebih berkilau dari matahari. Ia memperkenalkan dirinya kepada ketiga gembala cilik itu seraya berkata ‘jangan takut kepadaku, aku tidak akan menyusahkan kalian’. Dan, ketika ditanya asalnya dari mana, wanita itu menjawab, ‘Aku datang dari Surga’,” kenang Gust.
Dalam peristiwa penampakan pertama, Bunda Maria memberikan petunjuk kepada ketiga anak itu tentang pertobatan dan cara membina sikap iman yang baik terhadap Tuhan, terutama petunjuk untuk berdoa Rosario bagi pertobatan orang-orang berdosa.
Selanjutnya, Bunda Maria menampakkan dirinya sebanyak enam kali kepada ketiga gembala cilik itu pada periode Mei hingga Oktober 1917.
Bunda Maria mengajarkan kepada ketiganya tentang Doa Rosario serta rahasia tentang kehidupan dan alam kematian.
Penampakan Bunda Maria itu berpuncak pada saat terjadi mukjizat matahari pada 13 Oktober 1917.
“Mukjizat matahari terjadi pada siang hari pukul 12.00 Waktu Lisbon. Saat itu, hujan lebat tiba-tiba berhenti dan matahari pun bercahaya terang-benderang. Katanya, pada waktu itu matahari terlihat mendekat dan berputar. Fenomena itu dikenal sebagai Miracle of the Sun,” kata Gust.
Sebelum peristiwa penampakan tersebut, ketiga gembala cilik itu beberapa kali mendapatkan penglihatan pada tahun 1916.
Dalam penglihatan itu, ketiganya mendapat kunjungan seorang Malaikat yang mempersiapkan mereka untuk penampakan Bunda Maria di Bukit Cova da Iria.
Adapun pada masa itu, masyarakat setempat biasa menggembalakan kawanan ternak di bukit itu.
Fatima memang terkenal sebagai daerah pertanian dan peternakan pada saat itu. Bahkan hal tersebut masih bisa ditemukan sampai sekarang.
Pastor Gust mengunjungi Fatima
Sejauh ini, Gust sudah beberapa kali mengunjungi Fatima. Kunjungan terakhir terjadi pada 13 Agustus 2021.
“Di sana terdapat Basilika Nossa Senhora de Fátima dan Igreja da Santíssima Trindade yang begitu megah. Selain itu, di dalam kompleks santuario tersebut ada kapela kecil yang dikenal sebagai Capelinha das Aparições, tempat di mana Bunda Maria menampakan dirinya kepada Lucia, Francisco, dan Jacinta,” jelas Gust.
Selain Capelinha das Aparições, ada juga kapela adorasi abadi dan kapela rekonsiliasi di dalam kompleks santuario.
“Bagi setiap peziarah yang ingin menerima Sakramen Rekonsiliasi (pengakuan dosa), Santuário de Fátima menyediakan pelayanan sakramen tersebut dalam bahasa Portugis, Italia, Spanyol, Prancis, dan Inggris,” kata Gust.
“Saat ini, ada makam dari tiga orang gembala cilik di dalam Basilika Nossa Senhora de Fátima. Dua di antaranya, yaitu Jacinta dan Francisco sudah dikanonisasi menjadi orang kudus. Sementara Lucia yang dulu memilih menjadi suster masih dalam proses beatifikasi untuk menjadi beata,” ujar Gust menambahkan.
Ia menjelaskan, tempat yang juga ramai dikunjungi selama berziarah ke Fatima adalah hamparan ladang zaitun.
Selain itu ada perkampungan dan rumah dari ketiga gembala cilik yang sekarang dijadikan museum.
Peziarah juga bisa melihat perkebunan zaitun tua dan di dalam perkebunan yang luas itu didirikan sebuah kapela dan stasio untuk jalan salib.
Gust mengatakan, areal perkebunan itu diyakini sebagai salah satu tempat malaikat memberitahukan kepada ketiga gembala cilik tentang penampakan Bunda Maria.
Kemudian, ada juga beberapa pemandangan unik dan menakjubkan yang dapat dijumpai di Fatima.
Sejumlah keunikan tersebut yaitu, barisan pohon zaitun yang sudah tua dan tempat penginapan yang sangat riligius. “Misalnya Hotel Santa Maria dan lain sebagainya,” sebut Gust.
Pengalaman yang menggetarkan bagi Gust adalah ketika melihat para peziarah berjalan sambil berlutut. Mereka memegang rosario sembari berdoa menuju sebuah kapela kecil, tempat penampakan Bunda Maria.
Ia menceritakan, banyak kesaksian iman dari sejumlah orang yang pernah berziarah ke Fatima.
“Tentang bagaimana doa dan keluh-kesah mereka dikabulkan Tuhan. Memang, Santuário de Fátima menyimpan begitu banyak cinta dan kisah. Dan, telah memeluk beribu doa dan keluh-kesah umat beriman dari seluruh penjuru dunia,” tutur Gust.
Gust teringat akan keluarga dan semua orang yang meminta doa daripadanya setiap kali berkunjung ke Fatima.
Ia juga mengenang almarhum ayah yang pernah mengisahkan ihwal Fatima pada waktu dirinya masih berusia kanak-kanak.
Gust kemudian mempersembahkan mereka semua kepada Bunda Maria dalam Doa Rosario di Bukit Cova da Iria.
“Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu, terpujilah Engkau di antara wanita,dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus. Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati. Amin,” gumam Gust.
********************************
Ignasius Sara, Jurnalis, Pengagum Bunda Maria