• Redaksi & Kontak
  • Tentang Kami
  • Privacy Policy
Minggu, Mei 25, 2025
  • Login
No Result
View All Result
Beranda Negeri
  • HOME
  • BERITA
  • JELAJAH
  • BUMI MANUSIA
  • BIOGRAFI
  • OPINI
  • KOLOM
  • SASTRA
  • Lainnya
    • TEROPONG
    • PUSTAKA
    • PAPALELE ONLINE
    • LENSA
    • JADWAL
  • HOME
  • BERITA
  • JELAJAH
  • BUMI MANUSIA
  • BIOGRAFI
  • OPINI
  • KOLOM
  • SASTRA
  • Lainnya
    • TEROPONG
    • PUSTAKA
    • PAPALELE ONLINE
    • LENSA
    • JADWAL
No Result
View All Result
Beranda Negeri
No Result
View All Result
Home OPINI

Tahun Baru China dan Dongeng tentang Kerbau

by Redaksi
Februari 1, 2022
in OPINI
0
Tahun Baru China dan Dongeng tentang Kerbau
0
SHARES
10
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

Oleh  Frano Kleden

SETIAP TAHUN, warga keturunan etnis China di seluruh belahan dunia merayakan Tahun Baru China sebagai syukur atas berkat, rahmat dan makna kehidupan. Orang-orang etnis China (華人 baca: Huárén) dikenal punya semangat menjaga tradisi, ada konsistensi yang kuat untuk mempertahankan warisan budaya.

Dari situlah perayaan Tahun Baru China (orang Taiwan bilang 過年 guònián), orang Barat bilang “Chinese New Year”, orang Filipina dan Vietnam bilang “Lunar New Year”, orang Indonesia bilang “Imlek”) lalu menjadi momen menggembirakan sekali setahun untuk melihat nuansa alam warna merah cerah, pagelaran dan pertunjukan-pertunjukan seni a la China, hidangan-hidangan tradisional yang lezat, dan tentu saja kumpul-kumpul bersama keluarga.

Kegembiraan Tahun Baru China bersama keluarga

Seturut tradisi yang ada, pada hari-malam sebelum Tahun Baru (除夕 baca: chúxì), semua anak laki-laki akan kembali ke rumah orang tuanya untuk merayakan makan malam tahun baru bersama, serta melakukan aktivitas pembersihan rumah untuk menyapu bersih “kemalangan” tahun lalu dan menyambut “nasib baik” di tahun yang baru.

Anak laki-laki yang sudah menikah akan membawa serta istri dan anak-anaknya ke rumah. Baru pada hari kedua di tahun baru itu (初二 baca: chūèr), anak laki-laki akan mengikuti istrinya pergi ke rumah orang tua sang istri. Kebiasaan seperti ini diyakini akan membawa berkat tersendiri bagi anak-anak.

Satu menu yang unik disajikan pada makan malam tahun baru adalah ikan (魚 baca: yú) yang biasanya dimasak dengan cara dikukus. Konon katanya di malam tahun baru, ikan yang disajikan tidak boleh dimakan sampai selesai (sekalipun rasanya enak sekali dan ko sedang lapar bukan main). Ini dibuat sebagai harapan bahwa tahun baru akan dimulai dan diakhiri dengan surplus (pemasukan yang lebih besar dari pengeluaran).

Di samping itu, perayaan Tahun Baru China juga tidak lepas dengan pemberian angpao atau amplop merah berisi uang atau kartu ucapan tahun baru. Angpao biasanya diberikan oleh orang yang sudah tua (misalnya orang tua) kepada orang-orang yang lebih muda (misalnya anak-anak).

Tahun Baru China kali ini jatuh pada tanggal 12 Februari 2021. Oleh orang-orang China disebut sebagai “Tahun Kerbau” (牛年 baca: niú nián). Dalam penanggalan kalender China, selain kerbau masih ada sebelas hewan lain yang namanya dipakai untuk menyebut tahun-tahun dalam kalender China. Sebelas hewan tersebut ialah tikus, harimau, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam jantan, anjing dan babi. Kerbau menempati urutan kedua, setelah tikus, sebelum harimau (alasannya akan saya jabarkan kemudian). Dan yang pasti, urutan seperti ini sudah diatur demikian, dipaku mati dari sono, tidak bisa dibolak-balik sesuka hati.

Bersama salah seorang adik angkat

Menulis tentang hewan-hewan ini, saya dibawa kembali pada hari-hari awal belajar bahasa Mandarin. Pagi itu saya memasuki ruang kelas. Bagi saya, belajar bahasa memang tidak sesulit belajar ilmu filsafat yang dengan tertatih-tatih sudah saya lewati beberapa tahun lalu.

Ketika berkutat dengan ide-ide filsafat tertentu misalnya, ko harus banyak baca lebih dahulu buku sumber utama dan buku-buku sumber lain sebagai pembanding, baru ko bisa mulai mendalami, menganalisis dan mengerti satu gagasan filsafat besar, yang rumit, yang abstrak, yang wah itu. Bayangkan saja saat ko sedang geluti ide filsafatnya Hegel atau mukut baca Sein und Zeit nya Heidegger yang tetap saja sulit walaupun sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
Belajar bahasa memang tidak serumit itu. Yang buat rumit adalah diri sendiri. Di saat usia semakin hari semakin bertambah, kemampuan untuk menyerap pengetahuan akan bahasa baru juga semakin melemah. Di situ ko harus sadar. Sadar bahwa ko harus lebih dari sekadar tekun. Sadar bahwa ko harus bisa lebih dari sekadar setia. Sadar bahwa di usia dua puluhan tahun, ko mau tidak mau harus  menjadi seperti seorang anak TK yang mulai belajar bahasa. Tapi jangan dulu terlalu pesimis. Percayalah, ada juga banyak nikmat yang beriringan bersama beberapa kerumitan yang telah saya sebutkan sebelumnya.

Baru saya sendiri. Di kelas. Sedang di atas meja guru tergeletak dua belas gambar hewan yang langsung menyita perhatian saya. Ketika kelas mulai, guru  mulai mendongeng tentang kedua belas hewan itu. Pertanyaannya: mengapa hanya ada dua belas ekor hewan? Saya tidak tahu, guru juga tidak tahu. Setelah itu baru saya tahu bahwa ini hanyalah “fabel” – sebuah cerita dongeng tentang binatang yang dikemas semata-mata sebagai hiburan yang menyenangkan bagi anak-anak, bagi kami waktu itu. Tapi jangan tangkis, beberapa dongeng ternyata menyisipkan pesan moral dan edukasinya juga loh.

Satu halaman buku yang memuat tentang dongeng singkat 12 zodiak China

“Pada zaman dahulu,” guru mulai membuka cerita, ada dua belas hewan yang sepakat mengadakan lomba menyeberangi sungai. Siapa yang paling cepat sampai ke tempat tujuan, dialah yang menjadi pemenangnya. Perlombaan mulai. Semua hewan mengeluarkan kemampuan renang terbaiknya untuk menyeberangi sungai tersebut. 

 Setelah bersakit-sakit dahulu, tikus kemudian bersenang-senang karena selamat sampai duluan di tempat tujuan, diikuti kerbau di urutan kedua, harimau, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam jantan, anjing, sedang babi ada di urutan terakhir. Nah, sekarang sudah jelas kenapa kerbau harus menempati urutan kedua dalam penanggalan kalender China.
Setelah kompetisi tersebut, orang-orang China mulai menggunakan nama-nama hewan tersebut berturut-turut seturut hasil perlombaan mereka untuk mewakili penanggalan tahun-tahun kalender mereka (jadi, setelah tahun kerbau, berdasarkan urutan jawara perlombaan, tahun depan kita akan memasuki tahun harimau).
Dari dongeng itulah orang-orang pun mulai menyebut dua belas hewan ini dengan “zodiak China” (生肖 baca: shēngxiào). Selain di negeri China sendiri, hingga saat ini, zodiak China masih tetap eksis dan populer di beberapa negara Asia lain seperti Vietnam, Brunei, Korea, Malaysia, Mauritius, Singapura, Filipina, Jepang, Thailand, Mongolia dan negeri tercinta Indonesia.
Sebuah harapan ditulis di awal tahun baru: semoga rejeki semakin berlimpah (財源廣進)

Kembali ke Tahun Kerbau. Bahasa China 牛 (niú) selain merujuk pada kerbau, juga dipakai untuk menyebut hewan sapi, dua hewan yang mana masyarakat Indonesia sendiri sudah membuat pembedaan nama yang sangat jelas dan tegas sejak menerima santapan ilmu pengetahuan alam ditambah pengalaman bertemu “mereka” langsung di alam.

Hal yang sama juga muncul saat menyebut kata domba dan kambing sama-sama sebagai 羊 (baca: yáng). Ini penting karena misalnya ketika ko mau pi makan 羊肉 (baca: yángròu), itu bisa berarti ko mau makan entahkah “daging domba” atau “daging kambing”.

Maka di sini jelas, ketika ko sampe di warung, tidak cukup kalo ko hanya andalkan kemampuan mata untuk melihat “dari luar” (ingat: mengandaikan ko ada di luar) sebuah warung yang bertuliskan 羊肉. Ko, lebih dari itu, harus bisa gunakan indera penciuman untuk bisa membaui secara tajam apakah ini aroma 羊肉 yang adalah daging kambing yang khas itu, ataukah 羊肉 yang adalah daging domba.

Sampai di sini, selain ko harus pastikan kalo ko punya hidung sedang baik-baik saja, ko juga harus tahu baik-baik dan be more familiar lebih dulu dengan aroma dua daging yang berbeda ini.

By the way, yang mau saya tonjolkan di sini sebetulnya bukan semata-mata soal mengenali menu makan yah. Bukan. Sampai di tahap ini, saya akhirnya sadar akan betapa kayanya perbendaharaan bahasa Indonesia itu sendiri (walaupun toh banyak juga kata bahasa Indonesia yang diserap dari kata-kata bahasa asing). Di sini saya merasa bangga. Bangga sekali!

Menurut kepercayaan orang-orang etnis China, tahun kerbau disinyalir membawa keberuntungan bagi mereka melalui kerja keras dan ketabahan. Mereka yang lahir di tahun ini diyakini akan memiliki karakter-karakter baik kerbau seperti sabar, tak kenal lelah, dan menyukai rutinitas.

Selain itu, mereka juga bisa jadi pendengar yang baik meski agak keras kepala dalam arti pemikirannya yang susah diubah. Namun, terlepas dari itu, meneladani peri hidup kerbau, seluruh warga etnis China, juga kita semua diajak untuk menjadi “kerbau-kerbau” yang baik dan cerdik, yang bisa selalu membawa keberuntungan, bukannya petaka, dalam perjalanan hidup seluruh hari di tahun ini.

Selamat merayakan Tahun Baru China (2572) 新年快樂

Selamat datang Tahun Kerbau! 歡迎牛年


 

Frano Kleden, Menyelesaikan Studi Filsafat pada Sekolah Tinggi Filsatat dan Teologi Ledalero, Maumere – Flores.

ShareTweetSend
Next Post

Pancasila bagi Gen - Z

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recommended

Puisi-puisi Astryanthi Korebyma: – Damai dari Kota Seribu Kapela – Mei, Maria dan Epifani – Senja di Taman Kota 1 –

Puisi-puisi Astryanthi Korebyma: – Damai dari Kota Seribu Kapela – Mei, Maria dan Epifani – Senja di Taman Kota 1 –

1 tahun ago
Jalan Kaki bersama Rousseau

Blaise Pascal dan Kebahagiaan

4 tahun ago

Popular News

  • “Leva”, “Knato” dan Harapan akan Belas Kasih Allah

    “Leva”, “Knato” dan Harapan akan Belas Kasih Allah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Newsletter

Beranda Negeri

Anda bisa berlangganan Artikel Kami di sini.
SUBSCRIBE

Category

  • BERITA
  • BIOGRAFI
  • BUMI MANUSIA
  • Featured
  • JADWAL
  • JELAJAH
  • KOLOM KHUSUS
  • LENSA
  • OPINI
  • PAPALELE ONLINE
  • PUISI
  • PUSTAKA
  • SASTRA
  • TEROPONG
  • UMUM

Site Links

  • Masuk
  • Feed entri
  • Feed komentar
  • WordPress.org

About Us

Beranda sebagai suatu tempat para penghuni rumah untuk duduk melepas lelah, bercerita dengan anggota keluarga ataupun tamu dan saudara. Karena itu pula media Baranda Negeri merupakan tempat bercerita kita dan siapa saja yang berkesempatan berkunjung ke website ini.

  • Redaksi & Kontak
  • Tentang Kami
  • Privacy Policy

© 2023 BerandaNegeri.com - Morris by Gendis.

No Result
View All Result
  • HOME
  • BERITA
  • JELAJAH
  • BUMI MANUSIA
  • BIOGRAFI
  • OPINI
  • KOLOM
  • SASTRA
  • Lainnya
    • TEROPONG
    • PUSTAKA
    • PAPALELE ONLINE
    • LENSA
    • JADWAL

© 2023 BerandaNegeri.com - Morris by Gendis.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In