Oleh Frano Kleden
SETIAP TAHUN, warga keturunan etnis China di seluruh belahan dunia merayakan Tahun Baru China sebagai syukur atas berkat, rahmat dan makna kehidupan. Orang-orang etnis China (華人 baca: Huárén) dikenal punya semangat menjaga tradisi, ada konsistensi yang kuat untuk mempertahankan warisan budaya.
Dari situlah perayaan Tahun Baru China (orang Taiwan bilang 過年 guònián), orang Barat bilang “Chinese New Year”, orang Filipina dan Vietnam bilang “Lunar New Year”, orang Indonesia bilang “Imlek”) lalu menjadi momen menggembirakan sekali setahun untuk melihat nuansa alam warna merah cerah, pagelaran dan pertunjukan-pertunjukan seni a la China, hidangan-hidangan tradisional yang lezat, dan tentu saja kumpul-kumpul bersama keluarga.
Kegembiraan Tahun Baru China bersama keluarga |
Seturut tradisi yang ada, pada hari-malam sebelum Tahun Baru (除夕 baca: chúxì), semua anak laki-laki akan kembali ke rumah orang tuanya untuk merayakan makan malam tahun baru bersama, serta melakukan aktivitas pembersihan rumah untuk menyapu bersih “kemalangan” tahun lalu dan menyambut “nasib baik” di tahun yang baru.
Anak laki-laki yang sudah menikah akan membawa serta istri dan anak-anaknya ke rumah. Baru pada hari kedua di tahun baru itu (初二 baca: chūèr), anak laki-laki akan mengikuti istrinya pergi ke rumah orang tua sang istri. Kebiasaan seperti ini diyakini akan membawa berkat tersendiri bagi anak-anak.
Satu menu yang unik disajikan pada makan malam tahun baru adalah ikan (魚 baca: yú) yang biasanya dimasak dengan cara dikukus. Konon katanya di malam tahun baru, ikan yang disajikan tidak boleh dimakan sampai selesai (sekalipun rasanya enak sekali dan ko sedang lapar bukan main). Ini dibuat sebagai harapan bahwa tahun baru akan dimulai dan diakhiri dengan surplus (pemasukan yang lebih besar dari pengeluaran).
Di samping itu, perayaan Tahun Baru China juga tidak lepas dengan pemberian angpao atau amplop merah berisi uang atau kartu ucapan tahun baru. Angpao biasanya diberikan oleh orang yang sudah tua (misalnya orang tua) kepada orang-orang yang lebih muda (misalnya anak-anak).
Tahun Baru China kali ini jatuh pada tanggal 12 Februari 2021. Oleh orang-orang China disebut sebagai “Tahun Kerbau” (牛年 baca: niú nián). Dalam penanggalan kalender China, selain kerbau masih ada sebelas hewan lain yang namanya dipakai untuk menyebut tahun-tahun dalam kalender China. Sebelas hewan tersebut ialah tikus, harimau, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam jantan, anjing dan babi. Kerbau menempati urutan kedua, setelah tikus, sebelum harimau (alasannya akan saya jabarkan kemudian). Dan yang pasti, urutan seperti ini sudah diatur demikian, dipaku mati dari sono, tidak bisa dibolak-balik sesuka hati.
Bersama salah seorang adik angkat |
Menulis tentang hewan-hewan ini, saya dibawa kembali pada hari-hari awal belajar bahasa Mandarin. Pagi itu saya memasuki ruang kelas. Bagi saya, belajar bahasa memang tidak sesulit belajar ilmu filsafat yang dengan tertatih-tatih sudah saya lewati beberapa tahun lalu.
Baru saya sendiri. Di kelas. Sedang di atas meja guru tergeletak dua belas gambar hewan yang langsung menyita perhatian saya. Ketika kelas mulai, guru mulai mendongeng tentang kedua belas hewan itu. Pertanyaannya: mengapa hanya ada dua belas ekor hewan? Saya tidak tahu, guru juga tidak tahu. Setelah itu baru saya tahu bahwa ini hanyalah “fabel” – sebuah cerita dongeng tentang binatang yang dikemas semata-mata sebagai hiburan yang menyenangkan bagi anak-anak, bagi kami waktu itu. Tapi jangan tangkis, beberapa dongeng ternyata menyisipkan pesan moral dan edukasinya juga loh.
Satu halaman buku yang memuat tentang dongeng singkat 12 zodiak China |
“Pada zaman dahulu,” guru mulai membuka cerita, ada dua belas hewan yang sepakat mengadakan lomba menyeberangi sungai. Siapa yang paling cepat sampai ke tempat tujuan, dialah yang menjadi pemenangnya. Perlombaan mulai. Semua hewan mengeluarkan kemampuan renang terbaiknya untuk menyeberangi sungai tersebut.
Sebuah harapan ditulis di awal tahun baru: semoga rejeki semakin berlimpah (財源廣進) |
Kembali ke Tahun Kerbau. Bahasa China 牛 (niú) selain merujuk pada kerbau, juga dipakai untuk menyebut hewan sapi, dua hewan yang mana masyarakat Indonesia sendiri sudah membuat pembedaan nama yang sangat jelas dan tegas sejak menerima santapan ilmu pengetahuan alam ditambah pengalaman bertemu “mereka” langsung di alam.
Hal yang sama juga muncul saat menyebut kata domba dan kambing sama-sama sebagai 羊 (baca: yáng). Ini penting karena misalnya ketika ko mau pi makan 羊肉 (baca: yángròu), itu bisa berarti ko mau makan entahkah “daging domba” atau “daging kambing”.
Maka di sini jelas, ketika ko sampe di warung, tidak cukup kalo ko hanya andalkan kemampuan mata untuk melihat “dari luar” (ingat: mengandaikan ko ada di luar) sebuah warung yang bertuliskan 羊肉. Ko, lebih dari itu, harus bisa gunakan indera penciuman untuk bisa membaui secara tajam apakah ini aroma 羊肉 yang adalah daging kambing yang khas itu, ataukah 羊肉 yang adalah daging domba.
Sampai di sini, selain ko harus pastikan kalo ko punya hidung sedang baik-baik saja, ko juga harus tahu baik-baik dan be more familiar lebih dulu dengan aroma dua daging yang berbeda ini.
By the way, yang mau saya tonjolkan di sini sebetulnya bukan semata-mata soal mengenali menu makan yah. Bukan. Sampai di tahap ini, saya akhirnya sadar akan betapa kayanya perbendaharaan bahasa Indonesia itu sendiri (walaupun toh banyak juga kata bahasa Indonesia yang diserap dari kata-kata bahasa asing). Di sini saya merasa bangga. Bangga sekali!
Menurut kepercayaan orang-orang etnis China, tahun kerbau disinyalir membawa keberuntungan bagi mereka melalui kerja keras dan ketabahan. Mereka yang lahir di tahun ini diyakini akan memiliki karakter-karakter baik kerbau seperti sabar, tak kenal lelah, dan menyukai rutinitas.
Selain itu, mereka juga bisa jadi pendengar yang baik meski agak keras kepala dalam arti pemikirannya yang susah diubah. Namun, terlepas dari itu, meneladani peri hidup kerbau, seluruh warga etnis China, juga kita semua diajak untuk menjadi “kerbau-kerbau” yang baik dan cerdik, yang bisa selalu membawa keberuntungan, bukannya petaka, dalam perjalanan hidup seluruh hari di tahun ini.
Selamat merayakan Tahun Baru China (2572) 新年快樂
Selamat datang Tahun Kerbau! 歡迎牛年
Frano Kleden, Menyelesaikan Studi Filsafat pada Sekolah Tinggi Filsatat dan Teologi Ledalero, Maumere – Flores.