PUISI-PUISI AGATHA ABON TAUM (NANDA TAUM)
Kali ini Redaksi menampilkan tiga puisi karya Agatha Abon Taum atau yang akrab disapa Nanda Taum. Ketiga puisi itu adalah: “Selasar Kapale St. Rafael”, “Seroja”, dan “Keajaiban di Puncak Bukit”.
Puisi “Selasar Kapela St. Rafael” menggambarkan suasana alam yang indah dan menyentuh di sekitar kapela, dengan langit biru, air yang mengalir dengan gemericik, dan pohon hijau yang tersenyum. Penyair merenungkan tentang berlalunya waktu yang cepat, meninggalkan kenangan yang terpatri dalam ingatan, serta perasaan sedih dan syahdu yang bercampur menjadi satu. Puisi ini juga mencerminkan perubahan yang terjadi seiring berjalannya waktu, dengan menyadari bahwa tiga puluh enam tahun telah berlalu dan menandakan perjalanan menuju senja. Di tengah refleksi ini, penyair juga mempertanyakan apakah sesuatu atau seseorang masih sama seperti dulu, menggambarkan kerinduan dan nostalgia terhadap masa lalu.
Puisi “Seroja” menggambarkan suasana tragedi alam di suatu desa saat hujan deras dan angin kencang melanda, menyebabkan banjir dan kerusakan yang parah. Penyair menyampaikan perasaan keputusasaan dan duka cita atas kerugian yang ditimbulkan oleh bencana tersebut, dengan menyebutkan nama “Seroja” yang menyisakan luka dalam hati. Meskipun demikian, puisi ini juga menyoroti kekuatan dan ketegaran manusia dalam menghadapi tragedi, serta empati terhadap makhluk lain seperti camar yang tak memiliki tempat berteduh. Puing-puing dan luka yang mendalam dihadapi bersama-sama, mencerminkan semangat kebersamaan dalam mengatasi cobaan.
Puisi “Keajaiban di Puncak Bukit” menggambarkan pemandangan yang menakjubkan di puncak bukit, dengan fatamorgana yang mempesona, pegunungan yang menjulang, dan sungai yang mengalir. Penyair merenungkan keindahan alam yang tak tergantikan dan menggoda, menyebutnya sebagai gambaran keindahan yang tak tercapai. Namun, di tengah keindahan tersebut, penyair juga menyadari bahwa pemandangan itu hanyalah cermin dari impian dan cita-cita, mencerminkan kedalaman makna di balik keindahan visualnya. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan keajaiban alam dan makna yang tersembunyi di baliknya.
SELASAR KAPELA ST. RAFAEL
Langit membentang biru menderu…
Air jernih mengalir gemericik…..
Pohon hijau membelai tersenyum….
Sang fajar perlahan cumbui senja…..
Waktu berlalu begitu cepat….
Meninggalkan kenangan tersapu oleh ingatan…..
Sedih dan syahdu bercampur jadi satu …..
Tapak – tapak kebisingan mulai sirna…..
Tiga puluh enam tahun sudah berlalu …….
Menandakan kita semakin menuju senja……
Di sepanjang selasar kapela kudengungkan…….
Masihkah kau seperti yang dulu?
Masihkah kau seperti yang dulu?
Masihkah kau seperti yang dulu?
Oepoi, September 2021
—————————————-
SEROJA
Sore itu, langit tampak gelap.
Hanya segerombolan camar
membuat formasi menghiasi langit…..
Perlahan, dari langit turun rintik gerimis
kemudian menjadi lebat….
Angin kencang, air surut
dan gelombang yang mengamuk,
desa terendam…
Tanah-tanah hilang ditelan sungai,
berjuang, dalam keputusasaan…
Berharap akan cahaya di ufuk yang gelap…
Seroja, nama yang menyisakan luka dalam hati…
Dalam tragedi ini,
kita menemukan kekuatan,
bersama berdiri kokoh dan tegar…
Ah. Kasihan si camar
tak ada tempat berteduh
seraya mengeringkan tubuhnya yang kuyub…
Puing-puing dan
kehilangan luka yang mendalam…
Oekalipi, 6 April 2021
—————————————————-
KEAJAIBAN DI PUNCAK BUKIT
Di puncak bukit yang mengintai langit biru…
Fatamorgana menari dengan indahnya…
Pegunungan menjulang, sungai mengalir…
Kau membawa kami ke dunia yang tak tergantikan…
Kau adalah gambaran keindahan yang tak tercapai…
Keajaiban yang menggoda dan mempesona…
Namun, di antara bunga-bunga liar dan rumput hijau,
kau hanya cermin dari impian dan cita…
Jogja, Desember 2017
———————————————–
BIONARASI
Agatha Abon Taum atau yang akrab disapa Nanda Taum adalah gadis Lembata kelahiran Bajawa. Nanda Taum merupakan alumni Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan saat ini menjadi guru di SMA Seminari St Rafael, di Jl. Thamrin No 15 Oepoi, Kota Kupang.
Luar biasa nona.. kami bangga sekali punya sastrawan muda
Puisi yang sangat bagus dan teruslah menginspirasi.
Nb: mohon diedit penulisan kata “KAPALE” Atau ‘KAPELA” .
Terimakasih
Profisiat.. karya monumental.