Belgrade, Yugoslavia. Lima puluh lima tahun yang lalu, tepatnya tanggal 31 Maret 1960, seorang Purwa Caraka dilahirkan. Piano memasuki dunianya pada usia tujuh tahun, dan Ia mempelajari piano selama 6 tahun. Hingga kini, tiap jari jemarinya menyentuh tuts piano, melodi indah menguar dengan sendirinya, dari dalam dirinya. Keahliannya di bidang teknik industri turut berpengaruh terhadap inspirasinya dalam bermusik. Berbagai ilustrasi musik dan aransemen lagu pun telah diciptakannya, cipta rasa yang diolah sedemikian elok lewat kecintaannya terhadap musik.
Tekad yang kuat dalam bermusik tidak semata hanya berhasrat untuk menghasilkan melodi, tetapi juga mendidik lewat musik. Purwa Caraka mendirikan sekolah musik PCMS (Purwa Caraka Music Studio) pada 1 Oktober 1988, yang berlokasi di Jalan Mangga No. 12 Bandung, Jawa Barat. Kini, sekolah musik PCMS telah tersebar di seluruh Indonesia sebanyak 93 cabang, dengan ribuan guru dan puluhan ribu murid, bersama-sama mendalami musik dalam alunan mimpi dan cita, menjadikan dunia lebih permai.
Program Belajar Bersama Maestro yang melibatkan sosok Purwacaraka sebagai pendidik dan figur inspiratif bagi sepuluh siswa-siswi SMA seluruh Indonesia yang terpilih, telah mengukir cerita sarat makna untuk bekal masa depan generasi Indonesia. Mereka mengemukakan opini masing-masing tentang sosok Purwacaraka yang akrab disapa ‘babeh’ ini.
“Sebuah bentuk yang tak dapat dijelaskan, karena musik ada di dalam diri saya. Dan sehari-hari saya adalah bagian dari musik itu sendiri. Musik adalah diri saya, bagian dari diri saya, sepanjang hidup saya. Kesan saya menjadi seseorang yang dianggap maestro, yang harus memberikan motivasi pendidikan dan arti bagi anak-anak, saya merasa bahwa kita sebagai orang tua diberi tanggung jawab untuk memberikan nilai, suatu arti, di dalam masyarakat. Saya merasa bahwa ini sebuah kepercayaan dan saya merasa tanggung jawab ini memang sangat berat. Saya ingin sepuluh anak ini kelak menjadi orang-orang hebat, orang yang punya arti dalam hidupnya, hidupnya juga berarti untuk orang lain, dan berpikir besar, menjadi orang hebat kelak,”.
Purwacaraka menyatukan sepuluh anak berbakat dengan beragam kemampuan bermusik dan ciri khasnya masing-masing. Melalui bakat memainkan instrumen musik dan olah vokal yang telah ditempa selama hari, Purwacaraka mampu mengiringi dan mengarahkan mereka dalam perjalanan meraih mimpi dan cita, menemukan diri dan arti hidupnya, menghasilkan sebuah album Medley Nusantara yang berisi 6 buah lagu daerah mewakili kebudayaan Indonesia dari Sabang hingga Merauke, antara lain lagu Bolelebo, Bubuy Bulan, Suwe Ora Jamu, Lir Ilir, Si Patokaan, dan Paris Barantai.
Integritas haruslah ditanam sejak dini di dalam diri generasi penerus. Tidak hanya sekedar integritas, tetapi juga dedikasi terhadap bangsa dan negara. Sumbangsih apa yang dapat diberikan pada negeri ini, merupakan manfaat dalam peran tiap insan muda Indonesia. Musik hanya salah satu dari sekian banyak jalan penghubung menuju cita-cita. Musik bukan segalanya, tapi segalanya berawal dari inspirasi bermusik.
Sumber : kebudayaan.kemdikbud.go.id