• Redaksi & Kontak
  • Tentang Kami
  • Privacy Policy
Rabu, September 17, 2025
  • Login
No Result
View All Result
Beranda Negeri
  • HOME
  • BERITA
  • JELAJAH
  • BUMI MANUSIA
  • BIOGRAFI
  • OPINI
  • KOLOM
  • SASTRA
  • Lainnya
    • TEROPONG
    • PUSTAKA
    • PAPALELE ONLINE
    • LENSA
    • JADWAL
  • HOME
  • BERITA
  • JELAJAH
  • BUMI MANUSIA
  • BIOGRAFI
  • OPINI
  • KOLOM
  • SASTRA
  • Lainnya
    • TEROPONG
    • PUSTAKA
    • PAPALELE ONLINE
    • LENSA
    • JADWAL
No Result
View All Result
Beranda Negeri
No Result
View All Result
Home OPINI

Butir-butir Mutiara Perjuangan Mempertahankan Indonesia Merdeka

by Redaksi
Juli 15, 2025
in OPINI
0
Merayakan Indonesia

Foto Agus Widjajanto

0
SHARES
9
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

 

Oleh Agus Widjajanto

 

 

Dalam sejarah perjuangan bersenjata, melalui perjuangan fisik dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, baik pada saat terbentuknya sebuah  negara kesatuan pada saat taggal 18 Agustus, maupun pra kemerdekaan hingga menjelang merdekanya sebuah bangsa pada saat proklamasi kemerdekaan bangsa pada saat tanggl 17 Agustus 1945, hingga agresi Belanda pertama pada 21 juli tahun 1947 hingga agresi Belanda kedua pada Desember  tahun 1948, dipenuhi peristiwa-peristiwa yang kadang luput dari sejarah bangsa.

Banyak sukarelawan dan pejuang yang mendukung cita-cita Indonesia merdeka, bukan hanya orang dan atau penduduk pribumi Asli Indonesia saja, akan tetapi banyak sekali para pahlawan pahlawan Kusuma Bangsa yang bukan orang Indonesia, seperti pada pertempuran 10 Nopember 1945 yang dikenal sebagai hari pahlawan banyak tentara Inggris yang berasal dari Nepal, India, membantu berjuang turut serta mempertahankan kemerdekaan, bahkan ada beberapa tokoh perempuan-perempuan luar biasa yang berjasa bagi cikal bakal berdirinya  Palang Merah Indonesia yang merupakan orang berkebangsaan  Belanda itu sendiri.

Berikut beberapa tokoh berkebangsaan Belanda yang membantu kemerdekaan Indonesia:

– Ernest Eugene Francois Douwes Dekker (Dr. Danudirja Setiabudi): Salah satu pendiri Indische Partij, organisasi pergerakan nasional yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ia dikenal karena semangat nasionalismenya dan kritiknya terhadap pemerintah kolonial Belanda.

– Henk Sneevliet: Pendiri Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV), organisasi yang berhaluan marxisme dan memperjuangkan hak-hak buruh di Indonesia. ISDV kemudian berubah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).

– Van der Plas: Meskipun tidak banyak informasi tentang kontribusi spesifik Van der Plas dalam konteks kemerdekaan Indonesia, terdapat beberapa tokoh Belanda dengan nama tersebut yang memiliki peran dalam sejarah Indonesia.

Selain itu, beberapa organisasi yang didirikan oleh orang Belanda juga berperan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, seperti:

– Indische Vereeniging: Didirikan di Leiden, Belanda, organisasi ini awalnya bertujuan untuk mewadahi para mahasiswa Indonesia di Belanda, tetapi kemudian berkembang menjadi Perhimpunan Indonesia yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Perlu diingat bahwa peran dan kontribusi tokoh-tokoh Belanda dalam kemerdekaan Indonesia dapat berbeda-beda, dan beberapa mungkin memiliki motivasi yang kompleks dalam keterlibatan mereka.

Disamping itu ada kisah sangat inspiratif yang tertulis dalam literatur bagian dari cuplikan sejarah Bangsa, yakni kisah empat Perempuan Belanda yang Mengkhianati Bangsanya demi Indonesia.

 

* 6 Desember 1946

Dingin musim dingin Rotterdam menusuk tulang. Di pelabuhan, sebuah kapal bernama Weltevreden bersiap bertolak menuju Hindia Belanda sebuah negeri yang baru saja berani memproklamasikan kemerdekaan, meski kekuatan kolonial Belanda belum rela melepaskan cengkeramannya.

Di antara kerumunan serdadu berseragam KNIL dan awak kapal, berdiri empat perempuan kulit putih: Dolly Zegerius, serta tiga bersaudara Betsy, Annie, dan Miny Kobus. Mereka bukan hendak pergi menaklukkan negeri jajahan, melainkan sebaliknya memihak republik muda yang sedang berdarah mempertahankan kemerdekaan. Di mata Belanda, mereka adalah pengkhianat. Tapi di hati Indonesia, merekalah pejuang.

foto dari google

* Perempuan Kulit Putih di Kapal Pembawa Tentara

Kapal itu seolah gambaran dunia yang terpecah dua. Satu sisi, para tentara Belanda yang hendak ‘menertibkan’ republik yang dianggap membangkang. Di sisi lain, sekelompok kecil orang Belanda yang justru mendukung Indonesia dan mereka tahu risikonya: kehilangan kewarganegaraan, diasingkan, bahkan dicap pengkhianat.

“Orang tua saya menangis saat mengantar. Bukan karena saya membela Indonesia, tapi karena saya pergi jauh,” kenang Dolly puluhan tahun kemudian.

 

* Cinta, Keroncong, dan Perlawanan di Amsterdam

Semua berawal dari perkenalan keluarga Kobus, keluarga sosialis di Amsterdam yang sejak lama menentang penjajahan. Rumah mereka jadi tempat singgah para pelaut Indonesia yang bekerja di kapal Belanda. Dari situ, ketiga bersaudara Kobus jatuh hati pada pria-pria Nusantara. Pada 9 Mei 1946, mereka menggelar nikah massal di Belanda: Betsy dengan Djumiran, Annie dengan Djabir, Miny dengan Amarie. Dan sejak saat itu, pilihan mereka jelas: Indonesia adalah tanah air mereka.

 

foto dari google

 

* Tiba di Indonesia, Disambut Garis Demarkasi

Tanggal 1 Januari 1947, kapal mereka merapat di Tanjung Priok. Jakarta masih dalam cengkeraman Belanda. Mereka dijemput kereta menuju Yogyakarta ibu kota republik saat itu. Di sepanjang perjalanan, ketiga Kobus muda berkali-kali menjulurkan kepala ke luar jendela kereta, berteriak: “Merdeka! Merdeka!”. Di Stasiun Kranji, seorang serdadu KNIL memandang mereka heran. “Kalian ke sana?” tanyanya sambil membuat gerakan lingkaran di pelipis. Di mata tentara Belanda itu, mereka gila empat perempuan kulit putih yang membelot ke pihak republik.

Foto dari google

 

* Bertemu Soekarno, Diserahkan untuk Indonesia

Sesampainya di Yogyakarta, mereka diundang bertemu Presiden Soekarno. Sang ibu, Mien Kobus, menyerahkan ketiga anak perempuannya kepada Bung Karno. “Ketiga anak saya ini satu-satunya harta milik saya,” kata Mien. Soekarno menepuk bahunya, “Jangan khawatir, Ibu. Kami akan menjaga mereka.”

 

* Ketika Peluru dan Ledakan Menjadi Kehidupan Sehari-hari

Saat Agresi Militer Belanda pertama meletus pada 21 Juli 1947, mereka tak punya waktu untuk takut. Annie dan Miny bergabung dengan Palang Merah Indonesia di Jember, membantu ribuan pengungsi Surabaya. Dolly menetap di Solo, menjadi istri bangsawan Mangkunegaran, Raden Mas Soetarjo Soerjosoemarno.

Ledakan mortir dan tembakan jadi suara sehari-hari. Hingga suatu pagi di Malang, tiga serdadu KNIL datang menenteng senapan ke depan pintu. “Apa kalian tak bisa dapat lelaki Belanda sampai harus menikah dengan orang Indonesia?” ejek mereka. Dolly, Annie, dan Miny berdiri tegak. Mereka tahu, keberpihakan mereka tak bisa dibatalkan.

 

* Harga Pengkhianatan dan Setia Sampai Akhir

Betsy sempat ditangkap di Jember, disangka mata-mata. Dua hari diinterogasi sebelum akhirnya dibebaskan. Surat-surat dari keluarga di Amsterdam tak lagi datang. Beberapa kerabat menyebut mereka “verrader” (pengkhianat). Namun, mereka tetap tinggal. Membantu di kamp pengungsian, merawat korban perang, menjadi saksi detik-detik berdarah revolusi Indonesia.

 

* Tanah Air Baru di Bawah Merah Putih

Setelah Indonesia merdeka penuh di akhir 1949, keempat perempuan itu tak pernah kembali ke Belanda. Dolly menetap di Solo, aktif dalam sosial budaya. Annie dan Miny tetap di Palang Merah Indonesia. Betsy hidup di Banyuwangi bersama suaminya. Meski pernah dipandang aneh sebagai kulit putih di tengah republik muda, mereka tak pernah menyesali keputusan yang mereka buat di atas kapal Weltevreden. “Indonesia tanah air kami. Di sini kami lahir kembali,” kata Dolly di usia senja.

Kisah diatas merupakan butir-butir mutiara perjuangan bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, yang mana para generasi milenial harus bisa belajar dari sejarah bangsanya, bahwa banyak darah, air mata, dan keringat dari berbagai bangsa yang melebur turut serta dalam andil mempertahankan kemerdekaan negara ini. Maka isilah kemerdekaan ini yang telah dicapai dengan nyawa, darah, dan airmata para pejuang kusuma bangsa , dengan pengabdian dan karya terbaik demi bangsamu, apapun profesimu . MERDEKA.

——————————

 

Penulis adalah praktisi hukum, pemerhati sosial budaya dan sejarah bangsanya. Tinggal di Jakarta.

 

Sumber Bacaan:

– Janssen, Hilde. Enkele Reis Indonesië (Marjin Kiri, 2017)

– Wawancara BBC Indonesia dengan Dolly Zegerius, 2016

– Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI)

– Sejarah Palang Merah Indonesia

ShareTweetSend
Next Post
Perilaku “Blind Obedience”  dalam Berbagai Dimensi Sosial

Melawan Penjajahan Gaya Baru, untuk Mencapai Kedaulatan Bangsa menuju Indonesia Merdeka

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recommended

Kisah Karier Menjadi Jurnalis: Dari tidak Tahu Menjadi Tahu

5 tahun ago

Presiden Jokowi Tinjau Lokasi Longsor di Desa Amakaka-Kabupaten Lembata

4 tahun ago

Popular News

  • Membedah “Hidup Itu Anugerah” – Merawat Puisi

    Membedah “Hidup Itu Anugerah” – Merawat Puisi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Newsletter

Beranda Negeri

Anda bisa berlangganan Artikel Kami di sini.
SUBSCRIBE

Category

  • BERITA
  • BIOGRAFI
  • BUMI MANUSIA
  • Featured
  • JADWAL
  • JELAJAH
  • KOLOM KHUSUS
  • LENSA
  • OPINI
  • PAPALELE ONLINE
  • PUISI
  • PUSTAKA
  • SASTRA
  • TEROPONG
  • UMUM

Site Links

  • Masuk
  • Feed entri
  • Feed komentar
  • WordPress.org

About Us

Beranda sebagai suatu tempat para penghuni rumah untuk duduk melepas lelah, bercerita dengan anggota keluarga ataupun tamu dan saudara. Karena itu pula media Baranda Negeri merupakan tempat bercerita kita dan siapa saja yang berkesempatan berkunjung ke website ini.

  • Redaksi & Kontak
  • Tentang Kami
  • Privacy Policy

© 2023 BerandaNegeri.com - Morris by Gendis.

No Result
View All Result
  • HOME
  • BERITA
  • JELAJAH
  • BUMI MANUSIA
  • BIOGRAFI
  • OPINI
  • KOLOM
  • SASTRA
  • Lainnya
    • TEROPONG
    • PUSTAKA
    • PAPALELE ONLINE
    • LENSA
    • JADWAL

© 2023 BerandaNegeri.com - Morris by Gendis.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In