• Redaksi & Kontak
  • Tentang Kami
  • Privacy Policy
Senin, Desember 29, 2025
  • Login
No Result
View All Result
Beranda Negeri
  • HOME
  • BERITA
  • JELAJAH
  • BUMI MANUSIA
  • BIOGRAFI
  • OPINI
  • KOLOM
  • SASTRA
  • Lainnya
    • TEROPONG
    • PUSTAKA
    • PAPALELE ONLINE
    • LENSA
    • JADWAL
  • HOME
  • BERITA
  • JELAJAH
  • BUMI MANUSIA
  • BIOGRAFI
  • OPINI
  • KOLOM
  • SASTRA
  • Lainnya
    • TEROPONG
    • PUSTAKA
    • PAPALELE ONLINE
    • LENSA
    • JADWAL
No Result
View All Result
Beranda Negeri
No Result
View All Result
Home OPINI

Optimisme Natal

by Redaksi
Desember 29, 2025
in OPINI
0
Optimisme Natal
0
SHARES
9
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

Oleh Prof. Dr. F.X.  Armada Riyanto CM

 

 

Jika kita mendengarkan Sabda Tuhan dan menyimaknya termasuk di dalamnya Mazmur tanggapan maupun bait pengantar Injil sejak Natal dan hari hari ini, kata kuncinya selalu ada dalam bentuk “imperatif” atau perintah. Contohnya, “Datanglah …”, “Lihatlah …”, “Bangunlah …”, “Pergilah …”, “Bersukacitalah …”, “Bersembahsujudlah …”, dan seterusnya. Atau, kalimat yang umum diungkapkan juga berupa ajakan, seperti “Mari kita pergi ke kota Daud …”, “Marilah bergembira …”, “Marilah menyembah …”, dan seterusnya. Ungkapan selanjutnya juga berupa ajakan “Jangan takut, pergilah, bersukacitalah …”, dan seterusnya.

Lagu-lagu Natal yang membahana juga ada di sekitar kata kata kunci itu. Syahdu. Penuh semangat. Penuh sukacita. Tak terkira.

Kalimat-kalimat Sabda Allah ini menandakan dua hal sekurang-kurangnya. Yaitu: Pertama (1) Kita diajak untuk berubah, beranjak, bergeser dari hidup lama ke hidup baru. Dalam kata “Pergilah” jelas kita diminta untuk tidak tetap ada di situasi yang sama, kita diminta beranjak pergi ke Betlehem. Dalam ungkapan “Bersukacitalah” hati kita diminta untuk terbuka agar Tuhan dapat masuk; agar Dia mengubah hati kita. Dalam kata, “Mari bersujud menyembah” kita diajak untuk tidak beku di dalam diri sendiri, mengagumi diri, dan memandang diri sendiri sudah selesai. Tidak. Mata hati kita diminta untuk terarah kepada Tuhan yang menjelma menjadi manusia dan tinggal bersama kita. “Mari kita pergi ke Bethlehem …” adalah ajakan nyata bahwa kandang “Betlehem” adalah ukuran dan kriteria kemanusiaan yang sesungguhnya, yaitu kemiskinan yang dimasuki oleh Allah, penderitaan dan kesendirian yang juga dialami oleh Allah. Seperti kata filosof Derrida, nama “kota/desa” bukanlah nama melainkan makna. Jadi, bila kita diajak untuk pergi ke Bethlehem, kita diajak untuk memaknai hidup secara baru, seperti Allah (seakan akan begitu) yang memaknai Keallahan-Nya tidak di langit di atas sana, melainkan turun ke dunia di dalam kesederhanaan dan kemiskinan hidup manusia.

Tanda yang kedua (2), merayakan Natal itu sebuah optimisme manusia. Disebut “optimis”, karena manusia diminta untuk “memandangi Allah” yang kali ini dalam hari hari ini menjadi mungkin karena Ia hadir di Bethlehem. Tidak di istana raja, melainkan di kandang hina (sebagian memaknainya di gua sederhana yang dingin). “Betlehem”  hidup kita tidak gelap lagi, sebab Sang Terang sejati telah lahir dan tinggal bersama kita. Hari ini dan selanjutnya. Betlehem bukan tanda kemenangan, melainkan tanda terbitnya kehidupan baru.

Apa tanda utama dari bersikap “optimis”? Pergi ke Betlehem! Betlehem zaman itu, dua ribu dua puluh lima tahun yang silam, adalah desa kecil, sederhana, miskin. Maka, kalau hari ini kita diajak pergi ke Betlehem, kita diminta pergi ke tempat tempat yang sunyi, dingin, di mana kemiskinan dan penderitaan menjadi yang dipilih oleh Tuhan sendiri. Di mana itu? Di mana ada saudara saudari kita yang membutuhkan bantuan karena dirundung kemalangan dan bencana Allah ulah kesombongan dosa para Herodes dan punggawanya. Di sana lah Bethlehem saat ini.

“Optimisme” itu selalu dirupakan dengan perbuatan, bukan kata kata motivasi belaka. Bukan urusan hati atau perasaan, melainkan tekad tekad bareng untuk pergi menjumpai saudara saudari kita yang sendirian.

“Optimisme” selalu berlanjut kepada perubahan cara hidup lama ke baru. Optimisme selalu membuat orang tidak pernah selesai, tak tuntas, dan tidak tetap sama saja dalam pilihan pilihan lama, cara bicara lama, cara berpikir lama.

Indonesia lama adalah Indonesia yang tidak berani beranjak dari keterjajahan oleh mentalitas lama. Indonesia lama membabat  hutan sendiri untuk beberapa rupiah saja. Indonesia lama bangga dengan kepalsuan rezim lama, sebelumnya, dan sekarang ini. Indonesia lama membanggakan kekacauan korupsi sebagai strategi rasional untuk meneguk keuntungan diri sendiri dan kelompok. Indonesia lama membutakan diri sendiri saat ditawari proyek, lahan tambang dan kekayaan alam … Tanpa berani melek bahwa setiap pengerukannya menyingkirkan sesamanya dalam cara yang sangat kejam, sekejam banjir bandang yang menenggelamkan sesama kita. Kala mata dibutakan oleh nafsu serakah, akal budi tidak berani lagi mengkritik kebijakan yang tidak manusiawi.

Optimisme kita adalah, sesudah ini, semoga terbit Indonesia baru. Indonesia baru adalah Indonesia yang memandang hutan, alam sebagai sahabat yang harus dipelihara. Indonesia baru memikirkan generasi masa depan. Indonesia baru terbuka akan kritik, mengelola kritik, mendengarkannya, dan serius mempelajari perbaikan dan kemajuannya. Indonesia baru adalah Indonesia yang mengelola harta keindahan alam sendiri dan membela kekokohan Akal Budi yang  terus mencari kebenaran kebenaran baru tentang hidup bersama ini.

 

Selamat jelang Tahun Baru 2026, kawan. Mari optimis. Selalu optimis.

 

ShareTweetSend

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recommended

Pemimpin Panutan atau Pemimpin Demokratis?

Pilpers 2014 dan Kita

2 tahun ago

Badan Penghubung NTT Jakarta Gelar “Senam dan Rapat” bersama Forum Komunikasi Badan Penghubung Provinsi Seluruh Indonesia (FORKAPPSI)

5 tahun ago

Popular News

    Newsletter

    Beranda Negeri

    Anda bisa berlangganan Artikel Kami di sini.
    SUBSCRIBE

    Category

    • BERITA
    • BIOGRAFI
    • BUMI MANUSIA
    • Featured
    • JADWAL
    • JELAJAH
    • KOLOM KHUSUS
    • LENSA
    • OPINI
    • PAPALELE ONLINE
    • PUISI
    • PUSTAKA
    • SASTRA
    • TEROPONG
    • UMUM

    Site Links

    • Masuk
    • Feed entri
    • Feed komentar
    • WordPress.org

    About Us

    Beranda sebagai suatu tempat para penghuni rumah untuk duduk melepas lelah, bercerita dengan anggota keluarga ataupun tamu dan saudara. Karena itu pula media Baranda Negeri merupakan tempat bercerita kita dan siapa saja yang berkesempatan berkunjung ke website ini.

    • Redaksi & Kontak
    • Tentang Kami
    • Privacy Policy

    © 2023 BerandaNegeri.com - Morris by Gendis.

    No Result
    View All Result
    • HOME
    • BERITA
    • JELAJAH
    • BUMI MANUSIA
    • BIOGRAFI
    • OPINI
    • KOLOM
    • SASTRA
    • Lainnya
      • TEROPONG
      • PUSTAKA
      • PAPALELE ONLINE
      • LENSA
      • JADWAL

    © 2023 BerandaNegeri.com - Morris by Gendis.

    Welcome Back!

    Login to your account below

    Forgotten Password?

    Retrieve your password

    Please enter your username or email address to reset your password.

    Log In