• Redaksi & Kontak
  • Tentang Kami
  • Privacy Policy
Minggu, Mei 25, 2025
  • Login
No Result
View All Result
Beranda Negeri
  • HOME
  • BERITA
  • JELAJAH
  • BUMI MANUSIA
  • BIOGRAFI
  • OPINI
  • KOLOM
  • SASTRA
  • Lainnya
    • TEROPONG
    • PUSTAKA
    • PAPALELE ONLINE
    • LENSA
    • JADWAL
  • HOME
  • BERITA
  • JELAJAH
  • BUMI MANUSIA
  • BIOGRAFI
  • OPINI
  • KOLOM
  • SASTRA
  • Lainnya
    • TEROPONG
    • PUSTAKA
    • PAPALELE ONLINE
    • LENSA
    • JADWAL
No Result
View All Result
Beranda Negeri
No Result
View All Result
Home OPINI

Samudra K a s i h S a y a n g

by Redaksi
Februari 14, 2020
in OPINI
0
Samudra  K a s i h  S a y a n g
0
SHARES
8
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

Oleh  G e d e   P r a m a

Rasa sakit tidak bisa dihindari karena tubuh manusia sifat alamiahnya membawa rasa sakit.  Ia mirip dengan air membawa basah. Tetapi penderitaan adalah pilihan. Manusia bisa memilih untuk tidak menderita, termasuk tidak menderita di tengah rasa sakit.

Es Batu Penderitaan

Rasa sakit manapun serupa panah yang ditembakkan ke seseorang. Tapi ada panah ke dua yang lebih menyakitkan yakni cara bereaksi seseorang secara amat negatif.

Itu sebabnya, meditasi mengelompokkan perasaan ke dalam senang, sedih dan netral. Dan tugas meditasi adalah menjadi yang ke empat yakni menyaksikan dengan penuh kasih sayang. Bila orang biasa di cengkram oeh emosinya sehingga mudah marah, batin yang disentuh meditasi bisa berjarak dengan emosi manapun.

Kehidupan serupa aliran air. Kedamaian terjadi tatkala orang mengalir sempurna bersama aliran kehidupan. Penderitaan terjadi karena batin membeku kaku seperti es – hidup mesti begini mesti begitu – sehingga gagal mengalir. Meditasi seperti matahari yang membuat es batu ini kemudian meleleh dan mengalir.

Aliran Sungai Kedamaian

Dalam setiap batin yang kaku beku serta belum tersentuh meditasi, terjadi pertempuran dualitas yang tidak mengenal henti. Saya yang benar-orang lain salah. Kelompok saya baik-yang berbeda dengan kelompok saya buruk. Bila batin sering duduk diposisi ke empat dengan menyaksikan penuh senyuman, maka pelan perlahan pertempuran ini melonggar. Sampai suatu hari pencerahan membuat batin jadi seluas ruang.

Akibatnya, api rasa sakit tidak menimbulkan ledakan penderitaan karena wadahnya sudah besar dan lebar. Cirinya, manusia menjadi semakin toleran, pemaaf, terbuka pada apa saja yang mungkin terjadi dalam kehidupan. Ini salah satu hasil penting meditasi yakni kemampuan untuk menderita secara tidak terbatas.

Dengan kemampuan terakhir, es batu penderitaan mencair. Kemudian mengalir sempurna seperti air di sungai. Pada waktunya ia pulang ke rumah samudra.

Samudra Tidak Berhingga

Di samudra, batin berjumpa kualitas-kualitas yang tidak berhingga. Terutama karena apa pun yang datang ke samudra akan dipeluk lembut tanpa membeda-bedakan. Ini yang kerap disebut dengan samudra kasih sayang.

Lumpur, kayu, batu, kotoran, emas, makanan, apa saja diterima oleh samudra. Ini alasan utama kenapa pengertian meditasi ditingkat kesempurnaan adalah istirahat di saat ini apa adanya. Sebagai akibatnya, tidak saja batin melebar, tapi juga memberikan ruang tidak berhingga ke apa saja dan siapa saja untuk bertumbuh.

Jika sebagian orang tua memberikan ruang pertumbuhan ke anak-anaknya secara terpaksa, di tingkatan ini tidak ada keterpaksaan. Kasih sayang menjadi sesuatu yang sangat alami. Ia sealami samudra yang luas tidak terbatas sekaligus menghidupi tanpa membeda-bedakan. Di tingkatan ini, manusia tidak saja bisa memilih untuk tidak menderita, tetapi juga menjadi wakil kasih sayang yang tidak berhingga. Termasuk mampu memancarkan kasih sayang pada rasa sakit, penyakit dan orang yang menyakiti. Bom teroris bisa meledak di mana saja. Oleh karena wadah batin sudah seluas samudra, ia tidak menimbulkan penderitaan. Sebaliknya, bom teroris menjadi sumber air kasih sayang. Terutama karena kekerasan tidak lahir untuk membakar, namun kekerasan lahir untuk membangunkan kasih sayang.

Gede Parma, Motivator

Sumber: dari buku Cahaya Kedamaian, Gede Parma, Penerbit Karaniya, 2014

ShareTweetSend
Next Post

Menkominfo Paparkan Proyeksi Ekonomi Digital Indonesia di Washington

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recommended

Prinsip-Prinsip Dasar Memahami Vonis Mati Ferdy Sambo

Prinsip-Prinsip Dasar Memahami Vonis Mati Ferdy Sambo

2 tahun ago
Belajar dari Perang Paragreg, sebuah Refleksi Sejarah Bangsa ke Depan

Belajar dari Perang Paragreg, sebuah Refleksi Sejarah Bangsa ke Depan

1 tahun ago

Popular News

  • “Leva”, “Knato” dan Harapan akan Belas Kasih Allah

    “Leva”, “Knato” dan Harapan akan Belas Kasih Allah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Newsletter

Beranda Negeri

Anda bisa berlangganan Artikel Kami di sini.
SUBSCRIBE

Category

  • BERITA
  • BIOGRAFI
  • BUMI MANUSIA
  • Featured
  • JADWAL
  • JELAJAH
  • KOLOM KHUSUS
  • LENSA
  • OPINI
  • PAPALELE ONLINE
  • PUISI
  • PUSTAKA
  • SASTRA
  • TEROPONG
  • UMUM

Site Links

  • Masuk
  • Feed entri
  • Feed komentar
  • WordPress.org

About Us

Beranda sebagai suatu tempat para penghuni rumah untuk duduk melepas lelah, bercerita dengan anggota keluarga ataupun tamu dan saudara. Karena itu pula media Baranda Negeri merupakan tempat bercerita kita dan siapa saja yang berkesempatan berkunjung ke website ini.

  • Redaksi & Kontak
  • Tentang Kami
  • Privacy Policy

© 2023 BerandaNegeri.com - Morris by Gendis.

No Result
View All Result
  • HOME
  • BERITA
  • JELAJAH
  • BUMI MANUSIA
  • BIOGRAFI
  • OPINI
  • KOLOM
  • SASTRA
  • Lainnya
    • TEROPONG
    • PUSTAKA
    • PAPALELE ONLINE
    • LENSA
    • JADWAL

© 2023 BerandaNegeri.com - Morris by Gendis.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In