Oleh Markus Makur
DUA minggu lalu, saat saya sedang minum kopi sore, inung kopi mane, dalam dialek Manggarai handphone berdering. Biasanya saya duduk disamping dapur rumah yang berdindingkan pelupuh bambu. Tertera nama yang kontak saya, Yorit Poni, seorang pengurus PDI Perjuangan Kabupaten Manggarai Timur. Saya tekan tombol jawab, dari seberang menyapa saya, selamat sore Kakak. Apa kabar. Reme ape pande (lagi buat apa), lagi-lagi dengan dialek bahasa Manggarai. Memakai bahasa ibu sebagai bagian dari kecintaan kami sebagai orang yang dilahirkan dan dilatih dari kecil dengan didikan untuk berbicara dalam bahasa Manggarai. Sapaan dari Yorit Poni, saya jawab satu per satu, kabar baik, reme inung kopi mane (lagi minum kopi sore). Saya balik bertanya, apa kabar. Nia e? (Dimana ?) Yorit Poni, kabar baik, saya lagi di Kota Ruteng. Sui perlu e? Apa perlunya. Ini komunikasi awal sebagai sesama orang Manggarai Raya. Yorit Poni menyampaikan lewat saluran kabel lunak di handphone, begini Kakak, Ketua PKK Kabupaten Manggarai ( Bupati terpilih Kabupaten Manggarai) ingin bertemu relawan Kelompok Kasih Insanis (KKI) peduli orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Mendengar kabar ini, hati saya bergembira dan bersyukur. Dalam hati saya bertanya, siapakah saya ini sampai Ketua PKK Kab. Manggarai mau bertemu? Saat itu saya langsung menanggapi dengan kesanggupan, tapi lagi-lagi terhalang oleh meningkatnya kasus Covid19 di Kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur. Sebagai manusia rapuh dan tak berdaya, ada semacam kekuatiran dan kepanikan dengan serangan covid19 yang tidak mengenal orang baik dan orang kurang baik, orang berstatus sosial. Penularan Covid19 sangat membingungkan dan meresahkan. Saya sampaikan kepada Yorit, saya siap beri kabar lagi kalau kondisi Covid19 menurun kasusnya. Kemudian saya berpesan, tolong diatur waktu yang baik sebab kita tahu kesibukan Ketua PKK dengan agenda yang padat.
Tibalah Waktu Yang Tepat di Tengah Pandemi Covid19
Selasa, (23/2/2021), saya berangkat dari tempat tinggal di Kompleks Mabako, Kota Waelengga, Ibukota Kec. Kota Komba jam 09.00 wita dengan angkutan umum. Nama angkutan umum itu Bemo Cahaya Surya Rute Waelengga-Borong yang dikemudi oleh Om Nobi. Dengan menempuh jarak kurang lebih 40 KM dengan waktu tempuh satu setengah jam. Saya tiba di rumah Om Rosis, seorang wartawan dan relawan KKI Manggarai Timur jam 10.30 wita. Saya disambut dengan gembira karena om Rosis sudah anggap saya sebagai keluarga. Sewaktu ada di Borong, saya tidur di kos mereka di Kampung Peot, Kelurahan Peot, Kec. Borong. Selain itu saya biasa tidur di rumah keluarga atau rekan jurnalis yang tinggal di Borong.
Bicara Saat Makan Malam
Saat hidangan makan malam sudah diatas meja, saya membuka pembicaraan dengan Om Rosis dengan menyampaikan informasi dari Om Yorit Poni bahwa Ketua PKK Kabupaten Manggarai ingin bertemu relawan KKI Manggarai Timur untuk sharing (berbagi) pengalaman tentang penanganan dan pencegahan penderita disabilitas mental yang dilakukan secara sukarela oleh sekelompok relawan KKI di Manggarai Timur.
Ambrosius Adir yang sering disapa om Rosis, menjawabnya, kita atur waktu besok, Rabu, (24/2/2021). Saya memberikan tanggapan, kalau ke Ruteng, kita butuh kendaraan roda empat karena saat ini lagi musim hujan. Dan juga kita tetap waspada dengan Covid19 karena di Ruteng, Ibukota Kabupaten Manggarai terus meningkat kasus Covid19. Kemudian Om Rosis bilang coba Kae (Kakak) kontak Kae Mensi Anam (Ketua Partai Hanura Manggarai Timur), barangkali kae Mensi Anam ada waktu agar kita sama-sama dengan mobilnya. Saat pembicaraan itu sudah pukul 21.00 wita. Setelah selesai makan malam, saya setuju dengan saran Om Rosis dan langsung mengontak Kae Mensi. Saya lihat nomor kontak kae Mensi Anam di handphone dan mengontaknya. Saya kontak dan diangkatnya. Saya sapa, selamat malam Kae, apa kabar? Dijawabnya, kabar baik. Selanjutnya saya utarakan maksud telepon tersebut, begini Kae, saya dan Om Rosis ada rencana ke Kota Ruteng. Kami diajak oleh Ketua PKK Kab. Manggarai untuk sharing pengalaman tentang penanganan ODGJ di Manggarai. Kae tahu bahwa kalau ke Kota Ruteng di musim hujan begini membutuhkan mobil dan kami ajak kae (Kakak) juga ikut berbagi pengalaman bersama-sama. Kae Mensi jawab, bisa dengan saya besok ke Kota Ruteng karena saya bersama keluarga ke Kota Ruteng. Tapi, tepat jam 06.00 wita kita berangkat dari Borong. Saya dan Om Rosis jawab, siap Kae (kakak).
Berangkat Tepat Waktu
Rabu, (24/2/2021), tepat jam 06.00 wita, mobil Kae Mensi Anam bersama keluarganya parkir di pinggir jalan di Jalan Raya Peot-Borong. Dia kontak saya. Saya jawab, kami siap ke jalan Kae. Sebelumnya kami sarapan pagi. Minum air hangat, minum kopi dan makan pagi. Kami siapkan segala sesuatu seperti masker, minyak kayu putih, pembersih tangan, (handsanitizer). Akhirnya kami berangkat. Laju kendaraan dari Peot menuju ke jalan Trans Flores, Borong-Ruteng. Waktu lenggang karena belum ada kendaraan yang lalulalang. Paling satu dua kendaraan yang berpapasan. Tibalah kami di Kompleks Waso Ruteng sekitar jam 08.00 wita. Tak lama kemudian, kami disuguhkan minuman kopi dan kue kompiang oleh tuan rumah. Selanjutnya tuan rumah hidangkan sarapan pagi. Terima kasih banyak kae Mensi. Tuhan memberkati kae sekeluarga. Ungkapan saya kepadanya.
Kontak Yorit Poni Sewaktu di Ruteng
Saya kontak Yorit Poni untuk mengabarkan bahwa kami sudah tiba di Ruteng. Yorit Poni menjawab jam 10.00 wita waktu sharingnya. Saya bilang ke dia bahwa kami tak ada kendaraan. Lalu dia bilang ada dua motor. Kemudian, sekitar 09.30 wita, dia dan saudaranya jemput kami di Kompleks Waso, Kelurahan Waso, Kecamatan Langke Rembong.
Kota Ruteng, Kota Terdingin di Flores Barat
Hujan gerimis ditambah dengan cuaca dingin di Kota Ruteng tidak mematahkan semangat kami untuk bertemu Ketua PKK Kab. Manggarai. Hati kami penuh semangat dan gembira karena ini hal baru yang kami alami. Seorang Ketua PKK dengan rendah hati mengajak kami untuk berbagi pengalaman tentang penangan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Saya dan Om Rosis lupa bawa jaket. Laju kendaraan roda dua dari arah Kompleks Waso menuju Kota Ruteng, selanjutnya menuju jalan trans flores Ruteng-Labuan Bajo. Udara dingin sangat terasa dalam tubuh kami yang hanya ditutupi baju dan celana. Kaki ditutupi sepatu. Kita ke Kompleks Perumnas Mena. Disana Ketua PKK Kab. Manggarai menunggu kita. Kami tiba di Kediaman Ketua PKK Kab. Manggarai sekeluarga.
Sharing Pengalaman Selama 4 Jam
Saat itu, saya, Om Rosis dan Yorit Poni menunggu beberapa menit di depan rumah. Kami dipersilahkan masuk di salah satu ruangan tamu. Tak lama kemudian, Ketua PKK Kab. Manggarai tiba.
Ia menyapa kami dengan penuh persaudaraan. Ketua PKK menyapa kami dengan baik sekali. Kesan awal kami, Ketua PKK, Meldiyanti Hagur, sederhana, ceria, penuh semangat menyambut kami. Ramah. Sangat berbeda. Ketua PKK orang kerja. Bukan tas yang ditentengnya melainkan laptop notebook. Sapaan pertama saat menyambut kami dengan goet, dialek Manggarai, Nana bao meu ko (Nana sudah dari tadi). Selanjutnya, Ketua PKK persilahkan kami masuk di ruangan yang sudah disiapkan. Tertata rapi, bersih, atur jarak kursi, ada meja kerja. Kemudian Ketua PKK duduk dan langsung membuka laptopnya. Selanjutnya Yorit Poni memperkenalkan kami. Setelah perkenalan, Ketua PKK memulai pembicaraan. Saya bawa dengan laptop untuk mencatat semua sharing kita pagi ini. Saya kerja dengan menggunakan data yang akurat. Belum lama ini saya diajak berkunjung ke Panti Renceng Mose Ruteng. Saya mengumpulkan data tentang penanganan orang dengan gangguan jiwa. Setelah pulang dari sana, saya merefleksikan bahwa penderita disabilitas mental juga bisa pulih. Dengan temuan itu, merubah cara pandang saya tentang penderita disabilitas mental. Yah, kita tahu bahwa pandangan secara luas penderita disabilitas mental tidak bisa pulih. Ternyata, pandangan itu keliru, dimana penderita disabilitas mental bisa pulih dan kembali beraktivitas seperti biasa. Untuk itu, program prioritas dalam PKK untuk lima tahun kedepan dengan berpihak pada pemulihan mereka serta penanganan pasca pemulihan dari tempat rehabilitas. Peran itu akan ditangani oleh PKK Kab. Manggarai. Ketua PKK mengatakan pembangunan manusia di Kabupaten Manggarai akan dilakukan secara bertahap. Penanganan dan pencegahan penderita disabilitas mental siap dilakukan dengan berbagai pihak.
Kemudian saya dan Om Rosis menceritakan pengalaman penanganan penderita disabilitas mental di Manggarai Timur sejak Juli 2017 lalu. Semua kami sharingkan. Cerita apa adanya walaupun bermodalkan panggilan hati nurani dan nekat. Semua yang sharingkan dicatat dalam laptop Ketua PKK. Kita memiliki keprihatinan yang sama bagi pemulihan penderita disabilitas mental karena mereka juga memiliki martabat yang sama. Penderita disabilitas mental juga manusia bermartabat dan memiliki hak yang sama untuk memperoleh perawatan medis. Terakhir saya ungkapkan penderita disabilitas mental pulih. Kita sehat. Negara hadir.
***********
Penulis adalah wartawan dan koordinator relawan KKI Kab. Manggarai Timur, NTT.