Oleh Markus Makur
Senin, 1 Maret 2021, saya pinjam motor tetangga bergegas ke Kota Borong, Ibukota Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Biasanya saya naik angkutan umum saat bepergian ke Kota Borong. Kebetulan bemo yang biasa langganan ke Borong tidak mengangkut penumpang Senin itu. Saya memutuskan pinjam motor tetangga. Keperluan saya sangat mendesak di Kota Borong. Saya sudah memutuskan untuk belanja kasur layak pakai dan seng, paku seng, paku untuk kayu untuk disumbangkan bagi satu keluarga yang menderita sakit lumpuh di Kampung Kotatunda, Desa Nanga Meje, Kecamatan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur. Ada uluran kasih dari satu keluarga di Jakarta untuk membantu keluarga ini. Bantuan kemanusiaan ini berkat jasa seorang imam Katolik. Namanya Romo Hironimus Jelahu, Pr yang kini menjadi misionaris di luar Negeri. Imam ini merupakan mantan Pastor Paroki Santo Arnoldus dan Josef Waelengga. Awalnya, Romo Roy, biasa disapa melihat dan membaca postingan berita di media online KOMPAS.com dan media Ekorantt.com tentang kisah bocah usia 12 tahun yang kini sedang duduk di kelas enam sekolah dasar Sopang Rajong setia merawat kedua orangtuanya yang menderita lumpuh. Selanjutnya Romo Roy membagikan kisah itu kepada relasinya di Kota Jakarta, Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia. Relasi memberikan tanggapan baik dan bersedia membantu keluarga ini. Tiba-tiba Romo Roy menelepon saya lewat saluran inbox di media sosial facebook. Romo ingin mendengarkan langsung kisah tentang bocah yang setia merawat kedua orang tuanya. Romo sangat terharu dengan kisah bocah tersebut. Selang beberapa hari berikutnya, Romo mengirimkan pesan lewat saluran aplikasi whatsapp. Isinya bahwa ada keluarga yang berbaik hati di Jakarta ingin membantu keluarga ini. Lalu Romo bertanya, kebutuhan yang mendesak bagi keluarga tersebut. Saya langsung menceritakan lewat whatsapp bahwa Sabtu, (20/2/2021) saya bersama Bapak Marselis Sarimin, istri dan beberapa rombongan mengunjungi keluarga ini untuk membawa bingkisan aksi puasa pembangunan (APP), apalagi saat ini umat Katolik di seluruh dunia sedang menjalankan masa puasa, masa prapaska. Secara detail, saya menceritakan bahwa kebutuhan yang sangat mendesak adalah kasur. Karena, saat saya berkunjung ke sana sabtu itu, saya melihat kedua orang tua itu tidur beralaskan papan. Istrinya tidur beralaskan papan lima lembar di ruang tamu sementara suaminya tidur di kamar sempit beralaskan papan dan pelupuh bambu ditambahkan dengan kain verlak diatasnya. Betapa menyedihkan dan penuh sengsara. Sementara anak sulungnya dan nenek perempuan tidur di rumah tetangga. Memang ada tempat tidur, tapi beralaskan pelupuh bambu dan tak ada kasur. Tak lama kemudian, satu keluarga itu untuk mengirim bantuannya. Bantuan itu segera disalurkan.
Beli Tiga Kasur, Seng, Paku dan Beras
Bantuan berupa uang itu saya beli kasur, Seng dan paku sesuai dengan apa yang disampaikan dari satu keluarga tersebut. Selanjutnya, saya mengontak relawan Kelompok Kasih Insanis (KKI) Kabupaten Manggarai Timur di Kota Borong untuk mencari tahu harga kasur spon layak pakai di toko-toko di kota tersebut. Nama relawan itu, biasa disapa, Om Lois. Tak lama kemudian, relawan itu mengontak saya tentang harga kasur spon tersebut. Senin sore kami belanja kasur bersama-sama di sebuah toko di pinggir jalan trans flores di Kota Borong. Sambil mengendarai motor, saya terus berpikir bagaimana cara mengirim barang bantuan tersebut. Karena saya tahu topografi ke Kecamatan Elar Selatan yang sangat berat. Menempuh jarak jauh. Saya selalu menginformasikan kepada Yorit Poni, warga Kecamatan Elar Selatan dan Ambrosius Adir, wartawan Ekorantt.com dan terpanggil menjadi relawan KKI. Hari itu saya memutuskan mampir di rumah rekan wartawan Radio Elshinta, Yos Syukur di Kampung Tanggo, Kelurahan Kota Ndora, Kecamatan Borong. Setiba di rumahnya, sebagaimana biasa keramahan orang Manggarai Raya selalu menyuguhkan minuman kopi. Sambil minum kopi, saya menceritakan kisah bocah di pedalaman Manggarai Timur yang setia merawat orang tuanya yang derita sakit lumpuh. Rupanya cerita saya itu tertarik baginya, apalagi insting seorang wartawan. Biasa disapa Om Yos menyampaikan niatnya untuk ikut ke pedalaman Manggarai Timur. Saya ucapkan terima kasih. Lalu, dia sarankan, coba kontak Ketua DPRD Kabupaten Manggarai Timur, Heremias Dupa, barangkali bisa bantu untuk sama-sama menghantar bantuan kemanusiaan itu. Sarannya saya terima. Saya mengontak Ketua DPRD. Saya menyampaikan isi hati. Kemudian ditanggapinya untuk langsung bertemu di kediamannya di Kampung Warat. Saya ajak Om Yos untuk sama-sama bertemu. Om Yos memiliki kepentingan untuk wawancara tentang tanggapan DPRD terkait keluarga yang menderita tersebut. Kami masing-masing membawa motor. Kami singgah sementara waktu di Kios Legori Peot, Kelurahan Peot. Saya kontak Om Rosis, Om Lois dan Om Yorit Poni. Kami bertemu untuk membahas tentang bantuan yang dibawa ke Kampung Kotatunda, Desa Nanga Meje, Kecamatan Elar Selatan. Saat itu kami bagi tugas, om Yorit Poni pergi ambil kartu BPJS di Kantor BPJS untuk keluarga itu yang diurus Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Timur, sementara kami berempat bertemu Ketua DPRD.
Bertemu Ketua DPRD di Kediamannya
Sekitar jam 12.30 wita, kami bertemu Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Manggarai Timur, NTT, Heremias Dupa. Kami duduk di ruang tamu. Tak lama kemudian disuguhkan minuman kopi. Ini budaya orang Manggarai Raya. Tamu selalu disuguhkan minuman kopi Manggarai Timur. Sebagaimana biasa, kami biasa bercerita apa saja. Cerita tentang Covid19 dan cerita lain seputar Manggarai Timur. Selain obrolan ringan, saya utarakan maksud bertemu.
Saya bilang, kami wartawan dan relawan Kelompok Kasih Insanis (KKI) mau membawa bantuan kasur, seng, dan kasih bagi keluarga Benediktus Poseng yang menderita lumpuh. Istrinya juga lumpuh dan bisu. Saat ini kedua orangtua ini dirawat anak sulung mereka, Risalianus Aja yang kini duduk di kelas VI sekolah dasar. Mendengar cerita dan ditambahkan oleh Om Rosis menggugah hati nuraninya. Saya bilang kami kesulitan kendaraan untuk menghantar bantuan itu, apalagi saat ini lagi musim hujan. Jikalau dimuat dengan oto colt membutuhkan waktu satu hari satu malam karena rute oto colt ke Kampung Kotatunda-Sopang Rajong, yakni Ruteng-Borong-Bajawa dan masuk ke Kecamatan Elar Selatan dengan kondisi jalan yang masih rusak di wilayah Kecamatan Elar Selatan. Saat itu juga kami bilang, kedatangan kami ini sekalian mengajak Pak Ketua untuk sama-sama mengunjungi keluarga ini sambil melihat langsung jalan yang rusak. Menanggapi permintaan kami, Heremias Dupa, Ketua DPRD mengatakan Rabu kita berangkat dan saya hubung mobil Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Kabupaten Manggarai Timur, Yosef Durahi. Intinya Rabu kita menghantar bantuan kemanusiaan tersebut. Saat berlangsung diskusi, hujan lebat turun di kawasan Kampung Warat. Tuan rumah sudah menghidangkan makan siang. Hujan berhenti, kami pulang.
Belanja Barang Bantuan Kemanusiaan
Saya, Rosis, Lois belanja tiga kasur, seng dan paku di toko di Kota Borong karena kami sudah mendapatkan kepastian kendaraan untuk memuat barang-barang bantuan kemanusiaan itu ke Elar Selatan.
Setelah belanja barang-barang itu, saya dan Rosis kembali ke kosnya di Kampung Peot, Kelurahan Peot. sementara Lois kembali ke rumahnya di kawasan Golo Karot, Kelurahanam Rana Loba. Senin malam, saya tidur di Rosis punya kos. Selasa pagi, 2 Maret 2021 saya kembali ke Kompleks Mabako, Kota Waelengga, Ibukota Kecamatan Kota Komba.
Rabu Berangkat ke Elar Selatan
Tibalah hari yang sudah ditentukan, Rabu, 3 Maret 2021. Ketua DPRD Manggarai Timur, Kepala Dinas PMD Manggarai Timur berangkat dari Kota Borong jam 07.30 wita. Saya menunggu di rumah Waelengga. Ada dua kendaraan. Mobil dinas Ketua DPRD dan mobil dinas Kepala Dinas PMD. Rute yang kami pilih Borong-Waelengga-Marokima-Lete-Kote-Ritapada. Dari Waelengga sampai di sebelah jembatan wae Mokel Atas, jalan raya sudah beraspal. Sementara menuju Kampung Kota Tunda-Sopang Rajong masih jalan bebatuan. Kurang lebih 5 kilometer belum diaspal. Di tengah jalan bebatuan itu tumbuh ilalang dan juga kiri kanan jalan hingga tiba di jembatan Wae Kembe. Memasuki jalan mendaki Lada, sebagian batunya sudah terbongkar karena terbawa air. Bahkan ada titik longsor. Bersyukur pengemudi, Primus dan Stanis sangat tangguh dan memiliki pengalaman berhadapan jalan yang rusak parah. Semua penumpang turun dan jalan kaki di jalan mendaki tersebut. Beberapa kali kendaraan double gardan itu selet. Upaya keras dari pengemudi itu mampu melewati jalan rusak parah hingga akhir kami tiba. Saat itu rombongan dijemput Kepala Desa Nanga Meje, Arnoldus Soro Leko dan stafnya dan Kepala Puskesmas Runus, Maria Susana dan stafnya dengan mobil ambulance dan satu mobil lainnya. Di ujung jalan rusak di wilayah Sopang Rajong sudah diaspal dengan dana APBD Kabupaten Manggarai Timur yang dikerjakan 2019 lalu. Kami tiba di Kantor Desa Nanga Meje. Kami disuguhkan dengan minuman kopi sebagaimana budaya orang Manggarai Timur. Kami melanjutkan perjalanan ke rumah Bapak Benediktus Poseng didampingi Kepala Desa dan Kepala Puskesmas Runus. Mobil parkir di pinggir jalan. Kami jalan kaki menuju rumah keluarga tersebut. Semua rombongan masuk dan melihat kondisi suami istri serta anak sulungnya. Ketua DPRD dan Kepala Dinas PMD masuk ke kamar untuk menyerahkan kartu BPJS serta memberikan semangat serta pengharapan.
Heremias Dupa mengungkapkan, Bapak Benediktus Poseng tetap sabar dan berdoa. Kami datang untuk melihat kondisi bapak sekeluarga. “Saya siap bersuara kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Timur serius memperhatikan bapak dan membangun rumah yang layak huni,” ungkapnya.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Manggarai Timur, Yosef Durahi kepada Bapak Benediktus dan anak sulungnya mengatakan, Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Timur siap membangun rumah yang layak melalui dana Pemerintah Desa Nanga Meje di tahun 2021 ini.
“Saya sudah bilang Kepala Desa Nanga Meje, Arnoldus Soro Leko, tolong Bapak Kepala Desa Nanga Meje bangun rumah yang layak bagi keluarga ini,” jelasnya.
Ungkapan Keprihatinan Berhadapan dengan jalan Rusak di Elar Selatan
Ketua DPRD Kabupaten Manggarai Timur, Heremias Dupa mengungkapkan medan jalan rusak parah di Kecamatan Elar Selatan, menantang, asyik dan uji nyali.
“Dengan melihat langsung kondisi jalan ini maka akan diprioritaskan di aspal. Ini kedua kali saya melewati jalan ini. 2018 lalu saya pernah lewati jalan ini,” ungkapnya.
Kepala Dinas PMD, Yosef Durahi mengungkapkan ada kebahagian tersendiri melewati jalan yang rusak parah di Kecamatan Elar Selatan.
“Jalan ini saya rintis dulu saat menjadi Camat Elar Selatan. Saat itu bersama rakyat Desa Nanga Meje menggali jalan tersebut. Berminggu-minggu tidur di Sopang Rajong untuk mengawasi pengerjaan jalan yang digali dengan skop oleh warga Desa Nanga Meje. Ini rute singkat menuju ke Waelengga dan Borong. Saya bersyukur datang bersama ketua DPRD Manggarai Timur. Saya berharap dilanjutkan pembangunan aspal hingga tembus Desa Nanga Meje dan tembus Wukir, Runus,” harapannya.
Penggiat Literasi Kabupaten Manggarai Timur, Damianus Hambur mengungkapkan perjalanan hari ini, Rabu, (3/3/2021) bagi saya pribadi sangat menyenangkan karena bisa berbagi senyuman kepada mereka yang membutuhkan sentuhan kasih dari kita sesama.
Perjalanan dari Peot, Waelengga sampai ke Sopang rajong, disamping jalannya rusak, terus di suguhi pemandangan alam dengan bentangan bukit yang luas, membuat saya lega dari kesibukan aktivitas saya sehari-hari. Perjalanan yang sedikit menantang karena jalan yang kurang bagus, tapi ada sesuatu yang menyentuh hati saya, yaitu sentuhan Kasih dan panggilan hati dari relawan Kelompok Kasih Insanis (KKI) Kabupaten Manggarai Timur dan wartawan yang bergerak dengan spontan yang tulus dan Ikhlas untuk menulis orang-orang kecil.
“Saya baru pertama kali mengunjungi orang-orang seperti om Bene yang sakit dengan relawan KKI betul-betul tergugah nurani, bahwa hidup itu bukan hanya tentang, saya dan keluarga, tapi juga tentang mereka yang membutuhkan sentuhan Kasih. Harapannya semoga semakin banyak yang memperhatikan orang-orang yang membutuhkan sentuhan kasih,” ujarnya.
Relawan KKI dan Penggiat Komunitas Pungut Sampah Kabupaten Manggarai Timur, Krispinus Lois Gonzales mengungkapkan ” saya sangat terpanggil untuk aksi kemanusiaan. Kasihlah yang menggerakkan hati saya untuk bergabung menjadi relawan KKI dan penggiat Komunitas Pungut Sampah (KPS) Kabupaten Manggarai Timur. Saya berkunjung ke keluarga Benediktus Poseng karena saya baca di media KOMPAS.com dan Ekorantt.com tentang kisah bocah yang rawat kedua orang tuanya yang lumpuh. Sejak baca berita itu saya telepon koordinator KKI dan wartawan agar sama-sama kunjung lagi ke sana. Walaupun jalan rusak parah, saya hadapi dengan senyuman karena tujuan saya melihat langsung kondisi keluarga ini.”
Lois biasa disapa rekan-rekannya, mengungkapkan, saat melihat langsung kondisi keluarga yang lumpuh serta rumahnya yang kurang layak, saya berlinang air mata.
“Ini kunjungan kesekian kali bersama relawan KKI Manggarai Timur bersama Ketua DPRD Kabupaten Manggarai Timur untuk pelayanan Kasih bagi orang-orang yang menderita di seluruh Manggarai Timur. Saya bersyukur kepada Tuhan atas sentuhan kasihNya dalam diri saya untuk saling mengunjungi,” ungkapnya.
Sementara Yos Syukur, Wartawan Radio Elshinta mengungkapkan, sebagai seorang wartawan, medan jalan parah seperti ke Kecamatan Elar Selatan sudah terbiasa dihadapi di seluruh wilayah Manggarai Raya.
“Saya tidak kaget dengan kondisi jalan yang rusak parah seperti di Kecamatan Elar Selatan. Tugas saya sebagai wartawan mempublikasikan fakta langsung di lapangan. Hasil publikasi itu menggugah orang lain dan pemerintah agar tahap demi tahap memperbaiki jalan yang rusak parah. Di situ inti menjadi wartawan menggugah kepedulian orang lain serta Pemerintah,” ungkapnya.
***************************
Bagi siapa saja yang ingin membantu keluarga Risalianus Aja. Silahkan kontak penulis ini.
Penulis adalah wartawan dan Koordinator Relawan Kelompok Kasih Insanis di Manggarai Timur.