Oleh Markus Makur
BENEDIKTUS POSENG (49), warga Kampung Kota Tunda, Desa Nanga Meje, Kecamatan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Rabu, (3/3/2021) sejak 2019 lalu menderita lumpuh. Selama derita lumpuh, putra sulungnya, Risalianus Aja (12) tulus hati, setia merawat orang tuanya. Saat ini Risal, biasa disapa orang tuanya sedang duduk di kelas VI sekolah dasar di SDI Sopang Rajong. Sebentar lagi tamat dari sekolah dasar. Sopang Rajong merupakan daerah pedalaman dari Kabupaten Manggarai Timur. Masih terisolir. Masih belum maju dari sisi infrastruktur dasar.
Jam di handphone sudah menunjukkan pukul 14.15 wita. Saat itu hanya kami bertiga di kamar yang sempit, pengap. Saya, Bapak Benediktus Poseng dan disampingnya putra sulung. Saat itu Bapak Bene, biasa disapa warga setempat hanya duduk diatas papan, diapit pelupuh bambu serta dialas kain verlak. Kondisinya sangat sengsara dan menyedihkan. Saat itu saya duduk agak jongkok. Berkali-kali diucapkan Bapak Bene, terima kasih, terima kasih atas kunjungan dari orang-orang yang peduli. Tak lama kemudian Bapak Bene meneteskan air mata di wajahnya sambil memohon, tolong sembuhkan saya pak. Tolong berdoa kepada Tuhan agar saya sembuh. Saya tak bisa buat kopi untuk pak yang datang ke sini (baca rumahnya). Dengan air mata ini saya mengucapkan terima kasih, terima kasih kebaikan Bapak-bapak yang datang dari tempat jauh. Hanya dengan air mata ini, saya ucapkan terima kasih. Sementara putra sulungnya, Risal duduk disampingnya dengan diam. Saat itu Risal memakai baju kaos berkerah warna merah dan memakai celana panjang levis warna hitam. Waktu perjumpaan pertama, Sabtu, (20/2/2021) lalu, Risal memakai baju kaos sekolahnya serta memakai celana pendek. Bapak Bene terus berbicara dengan kesedihannya, sementara saya hanya bisa mendengarkan. Sekali-kali saya berbicara ala kadarnya untuk memberikan peneguhan dan semangat agar tetap tabah dan sabar dan terus berdoa. Saya ingat perkataan saya waktu itu, derita yang bapak alami juga bagian dari derita saya dan kami yang hadir mengunjungi Bapak saat ini. Saya dan kami yang kunjung ini juga merasakan penderitaan yang bapak alami. Kita sama-sama berusaha. Berupaya dan berjuang agar bapak lekas pulih. Kita sama-sama berdoa agar bapak lekas pulih. Kemudian Bapak Bene menyampaikan, bukan hanya saya yang sakit, istri saya juga sakit lumpuh dan tak bisa bicara. Kami sangat menderita dan sengsara dengan sakit yang kami alami. Yang merawat kami selama ini adalah anak Risal. Masak untuk makan pagi, masak pulang sekolah dan masak untuk makan malam. Di sela-sela merawat kami, Risal masih pergi kebun untuk memungut kemiri. Hasil kemiri itu dijualnya untuk kebutuhan makan minum dalam keluarga. Berapa berat beban yang dipikulnya sejak usia sekolah dasar ini. Sejak kecil, Risal sudah menanggung beban untuk merawat kami orangtuanya.
Benediktus mengisahkan kunjungan Ketua DPRD Kabupaten Manggarai Timur, Heremias Dupa, Kepala Dinas Pemberdayaaan Masyarakat Desa (PMD), Yosef Durahi dan stafnya serta wartawan yang ketiga kali. Pertama, kami sekeluarga dikunjungi Bapak Marselis Sarimin, Sabtu (20/2/2021), satu minggu kemudian dikunjungi seorang anggota polisi dan wartawan.
“Saya mengucapkan terima kasih dengan air mata atas kebaikan semua orang yang datang membawa bingkisan kasih,” ucapnya.
Mendengarkan Permintaan Keluarga
Saat saya mendengarkan permintaan kepala keluarga, Benediktus Poseng yang sedang derita lumpuh. Permintaannya, tolong sembuhkan saya, Pak. Saya terkejut. Tertegun dan bertanya dalam hati. Mengapa permintaan bapak ini disampaikan ke saya sebab saya tahu saya tidak memiliki kemampuan dan wartawan biasa-biasa saja. Saya juga menyadari bahwa saya juga manusia rapuh. Namun, saat itu saya memberikan jawaban peneguhan dengan menyampaikan kita sama-sama berdoa. Hanya Tuhan yang memiliki kuasa untuk memulihkan dan menyembuhkan kita yang menderita sakit. Hanya itu yang bisa saya ungkapkan. Saat itu berlinang air mata saat mendengarkan kisah dan permintaan kepala keluarga ini.
Kemudian saya dan rombongan pamit pulang. Sebelum pulang, kami singgah di salah satu rumah warga Sopang Rajong. Mereka sangat baik menyuguhkan makan siang. Sebelum makan siang, sebagaimana adat istiadat warga setempat, tamu, dalam hal ini Ketua DPRD dan Kepala Dinas PMD disambut dengan ritual adat “Kepok”
Pulang ke Waelengga dan Borong
Rombongan pulang dengan rute yang sama, Sopang Rajong-Ritapada-Kote-Lete-Marokima-Waelengga-Borong. Ini adalah rute terpendek ke Kecamatan Elar Selatan.
Dalam perjalanan Ketua DPRD menyampaikan tahun 2021, rute ini akan dilanjutkan pengerjaan dengan dana APBD yang sudah disahkan tahun lalu. Rombongan tiba di Waelengga sekitar pukul 17.30 Wita. Singgah sebentar di tempat saya tinggal untuk minum kopi. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan ke rumah masing-masing di Kota Borong, Ibukota Kabupaten Manggarai Timur.
Krispinus Lois Gonzales, Relawan KKI dan penggiat Komunitas Pungut Sampah Manggarai Timur menuturkan, ” Saya tak bisa bicara apa-apa saat melihat kondisi keluarga ini. Saya ikut sedih dengan kondisi keluarga ini. Yang membuat saya tertegun dan kagum adalah ketegaran hati Risalianus Aja yang setia dan tulus merawat kedua orang tuanya. Dia tak bisa bermain-main dengan anak-anak di kampung itu yang se-usia dengannya. Semoga banyak orang membantu keluarga ini.
Terpisah Damianus Hambur, penggiat Literasi Kabupaten Manggarai Timur mengungkapkan semoga Tuhan memulihkan dan menyembuhkan kedua orang tua ini lewat bantuan sesama.
Ambrosius Adir dan Yos Syukur, wartawan yang bekerja di Kabupaten Manggarai Timur mengungkapkan, melihat langsung kondisi keluarga Bapak Benediktus Poseng yang menderita lumpuh memberikan makna tersendiri untuk dipublikasikan demi menggugah pihak-pihak lain untuk membantu keluarga ini.
“Sebagai wartawan, tugas utamanya meliput, melihat fakta yang sedetail-detailnya, mendengarkan, lalu mempublikasikan di media masing-masing. Tentu berharap ada orang-orang yang tergugah hati untuk membantu keluarga serta pemerintah memperhatikan rakyat yang menderita,” tutur keduanya.
Merenungkan Permintaan Benediktus Poseng
Setelah berada di rumah dari perjalanan jauh Borong-Waelengga-Sopang dan sebaliknya, merenungkan permintaan Benediktus Poseng. Sebagai manusia yang rapuh dan lemah, saya hanya bisa merenungkan dalam hati serta membawa dalam doa. Saya ingat pesan Pater Avent Saur, SVD, Pendiri Relawan Kelompok Kasih Insanis (KKI) Nusa Tenggara Timur dalam beberapa visitasinya di bagian Flores Barat ” tugas mengunjungi, melayani, untuk kesembuhan dan pemulihan orang-orang menderita, itu urusan Tuhan Allah.”
Kemudian saya menulis sedikit kisah perjalanan itu di status whatsapp, “Saya bersyukur atas penyelenggaraan ilahi atas kisah Kasih hari ini di pelosok Manggarai Timur. Seorang bapak yang menderita lumpuh meneteskan air matanya sambil meminta kepada saya, tolong sembuhkan saya, Pak. Mendengarkan permohonan itu, berlinang air mataku. Saat itu kami bertiga dikamar itu, Bapak yang sakit, anak sulung dan saya. Saya hanya bisa mendengarkan karena saya juga manusia rapuh yang penuh dosa dan kesalahan.” Kisah Rabu, 3 Maret 2021. Sebatas ungkapan itu yang bisa saya lakukan sambil memikirkan jalan keluar untuk membantu keluarga ini untuk pemulihan dan kesembuhan di hari-hari yang akan datang. Ungkapan ini saya kirim ke beberapa relasi serta imam untuk sama-sama mendoakan keluarga ini.
Bagi pembaca yang ingin membantu keluarga ini. Silahkan kontak penulis kisah ini di no WA 0812 3837 1195
Penulis adalah wartawan dan koordinator relawan Kelompok Kasih Insanis Kabupaten Manggarai Timur, NTT