Adimas Immanuel
Masihkah kita harus berbantah ketika waktu menipis dan tak bisa mengiris kesedihan-kesedihan kita lagi? Kusembunyikan diriku dari sihir matamu ketika nasib memendarkan warna-warni seperti bianglala, ketika wangi hutan bersiap menyergap dan menyerapmu seperti sumur-sumur resapan yang merindukan air dari tanah-tanah tak tertempuh.
Masihkah kita harus bersengketa ketika hari hampir habis dan doa hanya menjadi ritus ala kadarnya, sementara daun-daun tak sekalipun menebak ke mana angin akan meniupnya. Seperti kita manusia, yang amat kecil di hadapan rahasia, yang tak sepenuhnya berkuasa atas jatuh-bangun kita.
———— Sumber Puisi, Di Hadapan Rahasia, Adimas Immanuel, Gramedia 2020—————-