• Redaksi & Kontak
  • Tentang Kami
  • Privacy Policy
Minggu, Juni 15, 2025
  • Login
No Result
View All Result
Beranda Negeri
  • HOME
  • BERITA
  • JELAJAH
  • BUMI MANUSIA
  • BIOGRAFI
  • OPINI
  • KOLOM
  • SASTRA
  • Lainnya
    • TEROPONG
    • PUSTAKA
    • PAPALELE ONLINE
    • LENSA
    • JADWAL
  • HOME
  • BERITA
  • JELAJAH
  • BUMI MANUSIA
  • BIOGRAFI
  • OPINI
  • KOLOM
  • SASTRA
  • Lainnya
    • TEROPONG
    • PUSTAKA
    • PAPALELE ONLINE
    • LENSA
    • JADWAL
No Result
View All Result
Beranda Negeri
No Result
View All Result
Home PUISI

“Isyarat Pulang” – “Kepada Maria”, Sajak-sajak untuk Bunda Maria

by Redaksi
Januari 23, 2025
in PUISI
1
“Isyarat Pulang” – “Kepada Maria”,  Sajak-sajak untuk Bunda Maria

Ket. Foto: Paus Fransiskus Berdoa di Depan Patung Bunda Maria, Istora Senayan 2024

0
SHARES
91
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

Oleh Wilhelmina Mariana Ema, Spd., (Emil Bidomaking)

 

 

Isyarat Pulang

 

Gadis keras kepala ini adalah bukti bahwa hatiku tetap ringkih di hadapanmu
Aku hanyalah anomali yang sedang bertahan di tengah gempuran sejuta tuntutan hidup di zaman ini.

Bunda yang penuh welas asih, aku sungguh paham, Yang Mulia Anakmu sedang berjuang keras untuk memelukku sedapat mungkin.

Diberikan-Nya aku berbagai tanda dan isyarat agar segera pulang, tapi aku abai dan lalai penuh angkuh.
Semakin jauh aku dari hiruk-pikuk mencari keheningan, semakin riuh isi kepalaku. Semakin malam dan hening bumi ini semakin berisik juga ruang di dalam hatiku.
Ini adalah sia-sia paling sengaja yang kurancang
Berharap aku bisa berjalan tanpa tuntutan
Berpikir aku mampu melangkah tanpa diberi dian sebagai penerang
Berani bertekad seolah hanya restu manusia yang dibutuhkan
Jalan ini semakin jauh, semakin sunyi, semakin gelap dan kelam. Tapi kenapa riuh di hatiku semakin berisik beradu.

Bunda,
Jika nanti kita bertemu, maukah Engkau menggenggam tanganku yang dingin ini?
Kemarin, tanganmu yang kugenggam, ternyata genggamanku mudah lepas. Kali ini, genggamlah dengan erat. Aku ingin pulang dan dipeluk dengan hangat olehmu.

 

—————-

 

 

Kepada Maria

 

Maria yang kucintai,
Sengaja kutulis surat ini dengan tinta air mata. Sengaja kulamatkan langsung kepadamu agar isi hatiku dapat terbaca tanpa harus kuutarakan.

Maria,
Terakhir kali, aku datang kepadamu dengan hati membuncah penuh cinta. Tapi kali ini, Engkau tahu bukan? Hatiku sedang patah dan sedikit berdarah.

Beberapa mata menatap sinis kepadaku
Beberapa bibir manusia berbisik dengan suara lantang penuh penghakiman
Mereka bertindak bak hakim yang siap menjatuhkan vonis\

Maria,
Beberapa perempuan juga turut mencibir, tapi tidak semua. Masih ada beberapa yang merangkul memberi kekuatan kepadaku
Saya memang bersalah, tapi apakah lantas saya pantas dihakimi oleh sesama manusia yang bahkan tidak mengetahui perjuanganku? Saya memang bersalah, tapi apakah saya layak dihukum dengan penghakiman seperti ini.

Maria, saya hampir menyerah.
Segeralah datang untuk menolongku. Engkau satu-satunya harapan terakhir yang kupercaya akan mengulurkan tangan untuk merangkulku. Segera Maria, retak di hatiku semakin menganga, sakitnya mulai menjalar hingga ke akal sehatku.
Di akhir kalimat kutorehkan noktah merah sebagai isyarat; ini darurat, MARIA.

 

—————————–

 

 

*Wilhelmina Mariana Ema, Spd., (Emil Bidomaking), adalahGuru Bahasa Indonesia SMK Strada Daan Mogot, Tangerang. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dari FKIP, Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah pada Universitas Tadulako, SulawesiTengah.

ShareTweetSend
Next Post
“Sekuntum Mawar di Makam Ina Essy” – Sebuah Cerpen Yoseph Yapi Taum

"Sekuntum Mawar di Makam Ina Essy" - Sebuah Cerpen Yoseph Yapi Taum

Comments 1

  1. edra says:
    5 bulan ago

    Ahhh sedih sekali.
    Seperti ditampar oleh bacaan ini 🥹

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recommended

Peperangan di Padang Kurusetra dalam Epos “Mahabarata” dan Relevansinya dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Honocoroko dalam Aksara Jawa sebagai Filosofi dan Konsep Ketuhanan Orang Jawa

3 bulan ago
Habis Kelam Terbitlah Kebaikan  

NTT dan Kunjungan Sri Paus

9 bulan ago

Popular News

    Newsletter

    Beranda Negeri

    Anda bisa berlangganan Artikel Kami di sini.
    SUBSCRIBE

    Category

    • BERITA
    • BIOGRAFI
    • BUMI MANUSIA
    • Featured
    • JADWAL
    • JELAJAH
    • KOLOM KHUSUS
    • LENSA
    • OPINI
    • PAPALELE ONLINE
    • PUISI
    • PUSTAKA
    • SASTRA
    • TEROPONG
    • UMUM

    Site Links

    • Masuk
    • Feed entri
    • Feed komentar
    • WordPress.org

    About Us

    Beranda sebagai suatu tempat para penghuni rumah untuk duduk melepas lelah, bercerita dengan anggota keluarga ataupun tamu dan saudara. Karena itu pula media Baranda Negeri merupakan tempat bercerita kita dan siapa saja yang berkesempatan berkunjung ke website ini.

    • Redaksi & Kontak
    • Tentang Kami
    • Privacy Policy

    © 2023 BerandaNegeri.com - Morris by Gendis.

    No Result
    View All Result
    • HOME
    • BERITA
    • JELAJAH
    • BUMI MANUSIA
    • BIOGRAFI
    • OPINI
    • KOLOM
    • SASTRA
    • Lainnya
      • TEROPONG
      • PUSTAKA
      • PAPALELE ONLINE
      • LENSA
      • JADWAL

    © 2023 BerandaNegeri.com - Morris by Gendis.

    Welcome Back!

    Login to your account below

    Forgotten Password?

    Retrieve your password

    Please enter your username or email address to reset your password.

    Log In