Merawat Kenangan
Di matanya yang lelah, ada cinta berbinar
Semburat cahaya membias penuh harap
Tangannya terkatup, khusyuk merapal doa bagai mantera
Tatapnya lekat seolah mampu membelah langit
Disimpannya baik-baik segala harap
Tepat kepada Sang Empunya Hidup
Dihujamnya doa bertubi-tubi, berkali-kali lipat
Merayu Tuhan sebaik-baiknya
Jika tumbuh sekuntum mawar di pusaramu
Mungkin akan dirawat layaknya ia merawat rasa pada yang telah berpulang
Jika harus berkalam duka hingga kelak ia pun dipanggil pulang
Akan kupastikan, engkau abadi dalam ingatannya yang kekal
————————-
Petuah Bapak
Di hari ketiga puluh satu
Aku mengeja aksara yang sajaknya patah dan latah
Dari nasihat Bapak di sela obrolan seusai makan malam
Tentang hikmat alam semesta dan hukum tabur tuainya
Di belahan dunia manapun, segala hal baik maupun buruk yang dilakukan, akan menemukan tempatnya untuk kembali
Berbuat baiklah seolah ini adalah hari terakhir engkau hidup
Berbaktilah selagi ada waktu dan kesempatan
Ingatlah baik-baik, bahwa syarat mati tidak harus menunggu usia senja
Kebaikan apapun yang engkau lakukan kepada seseorang, akan dilipatgandakan dan akan kembali kepadamu dalam bentuk kebaikan lainnya
Menolong tidak harus menunggu kaya, siapapun bisa melakukan hal baik dengan memulai dari hal-hal kecil yang ada di sekitar kita
Malam semakin larut dan hening
Bapak menyudahi nasihatnya
“Tidurlah, istirahat. Obrolan kita bisa mengganggu ibumu yang baru terlelap.”
—————————-
Tentang Penyair
Wilhelmina Mariana Ema atau sering disapa Emil Bidomaking, lahir di Malaysia, 01 September 1991. Berasal dari Lembata NTT, saat ini berdomisili di Tangerang sebagai seorang pengajar di SMK Strada Daan Mogot.