Pergilah, perempuan
la tak berada di sini
la merepotkan kami belaka –
Para serdadu itu berkata
Dengan laras bedil terarah
Tepat pada dada kiriku –
Pastilah ia bukan juru selamat
Sebab sejumlah pengikutnya
Mencuri senjata dan mesiu
Dari barak-barak kami –
Tapi aku telah melihatnya
Berdarah-darah menyeret tiang
Palang ke puncak bukit ini –
Janganlah buta, perempuan
Kami tak menjajah negerimu
Kami hendak melindungi kaummu
Dan segala kaum di sekitarmu
Dari rajamu yang mahaganas
Dan membela puaknya sendiri –
Ia pasti bukan lawan kalian
la pengaji kitab-kitab belaka
Ia kadang merakit meja-kursi
Ia menebar jala di Laut Galilea
Ia menempel poster di mana saja
la mengampuniku meski aku
Tidur dengan sejumlah lelaki –
Kalau kau bertahan di sini
Kami akan menembakmu –
Barangkali ada di antara 12
Muridnya menggalang gerilya
Melawan Roma, Roma milikmu —
Di Roma kami menjunjung tinggi
Hak asasi, sehingga siapa belaka
Boleh beriman atau tak beriman –
Jadi kenapa kalian menangkapnya
Jika ia hanya rajin menjadi guru
Di berbagai madrasah dan asrama
Jalanan dan plaza dan kebun zaitun
Jika ia hanya berhujah tentang
Kerajaan damai untuk para jelata
Kenapa ia dianggap berbahaya? –
Rajamu sendiri yang membencinya
Sebab ia tak berasal dari puaknya
Rajamu mengira ia merancang kudeta
Sambil menampik para brahmana
Percayalah, kami hanya mencegah
Perang saudara di tanah airmu –
Tapi aku telah melihat kalian
Begitu ganas melecut tubuhnya
Dan memasang mahkota duri
dalam-dalam pada kepalanya –
Puan, sungguh kau terlalu kerap
Membaca isyarat dan nubuat
Sehingga matamu rabun sungguh
Tak sanggup melihat kerumun
Lebah di tampuk kembang kurma –
Lalu aku mendengar gemuruh
Regu tank merobohkan kampungku
Dan mendekat cepat ke arahku
Sehingga aku pun melepaskan
Gelung rambut dan gaun panjangku
Menyurungkan jasad murniku –
Janganlah mubazir, perempuan
Bacalah kitab undang-undang
Supaya kau tau supaya rakytamu
Jangan lagi dikelabui kaum brahmana
Jelajahi museum supaya negerimu
Jangan lagi dikendalikan kitab wahyu –
Jadi kalian telah memindahkan
Jenazahnya ke mausoleum nun di kota? –
Jasadmu sungguh menyilaukan
Dan kami terlalu haus melihatmu
Maka izinkan kami pergi segera
Menuju Kandahar atau Karbala
Demi mencegah perang saudara
Berikutnya, dan berikutnya –
Musim semi terlalu cepat tiba
Dan betapa aku lupa di mana
Kampung halamanku saat pasukan itu
Masuk ke lambung helikopter biru –
Selamat datang, perempuan
Percayalah, kami sangat bangga
Pada lelaki yang kaucari itu
Lelaki yang membuat kami
Mampu mencintaimu juga –
Dan menjelang badai senjakala
Hanya seorang pelukis di sisiku
Mengubah tiga tiang palang
Kosong, kosong menjulang
Bagimu belaka
Bagi-Mu belaka
(2009)
**********************