H a r a p a n
Bila badai telah berlalu
dan jalanan menjinak
dan kitalah penyintas
dari karam kapal massal.
Dengan hati penuh tangis
dan berkat atas takdir kita
kita akan rasakan sukacita
sekadar atas hidup.
Dan kita akan beri peluk
untuk orang asing pertama
dan syukur atas kemujuran
bahwa kita masih punya kawan.
Lantas kita akan mengenang
segala yang telah hilang
dan akhirnya belajar
segala yang tak pernah kita pelajari.
Kita takkan merasa iri
sebab kita semua telah menderita
dan kita tak akan berpangku tangan
berbalik jadi bela rasa.
Akan kita hargai milik semua
lebih dari capaian orang per orang.
Kita akan jadi makin murah hati
dan jauh lebih berkomitmen.
Kita akan mengerti betapa rapuhnya hidup.
Kita akan kerahkan segenap empati
buat mereka yang masih bersama kita dan mereka
yang telah pergi.
Kita akan rindukan si orang tua yang
minta-minta di pasar
yang namanya tak pernah kita tahu
yang selalu ada di sampingmu.
Dan mungkin si tua miskin itu
adalah Allahmu yang tersamar.
Tapi kau tak pernah bertanya siapa namanya
sebab kau tak pernah punya waktu.
Dan segalanya akan jadi mukjizat.
Dan segalanya akan jadi warisan.
Dan kita akan hargai hidup,
hidup yang telah kita peroleh.
Bila badai ini berlalu
kumohon kepadamu Tuhan, dengan hati yang remuk
supaya kaukembalikan kami jadi lebih baik,
seperti dulu kauimpikan atas kami.
—————————
*Sajak ini dipersembahkan untuk Paus Fransiskus oleh Penulis Puisinya, Alexis Valdes
*Sumber Puisi dari Buku Mari Bermimpi – Jalan Menuju Masa Depan yang Lebih Baik, Gramedia 2020