• Redaksi & Kontak
  • Tentang Kami
  • Privacy Policy
Rabu, November 19, 2025
  • Login
No Result
View All Result
Beranda Negeri
  • HOME
  • BERITA
  • JELAJAH
  • BUMI MANUSIA
  • BIOGRAFI
  • OPINI
  • KOLOM
  • SASTRA
  • Lainnya
    • TEROPONG
    • PUSTAKA
    • PAPALELE ONLINE
    • LENSA
    • JADWAL
  • HOME
  • BERITA
  • JELAJAH
  • BUMI MANUSIA
  • BIOGRAFI
  • OPINI
  • KOLOM
  • SASTRA
  • Lainnya
    • TEROPONG
    • PUSTAKA
    • PAPALELE ONLINE
    • LENSA
    • JADWAL
No Result
View All Result
Beranda Negeri
No Result
View All Result
Home OPINI

Hari Pendidikan Nasional dan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa? ( “In Memoriam”  Rosalia Rerek Sogen )

by Redaksi
Mei 3, 2025
in OPINI
2
Hari Pendidikan Nasional dan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa? ( “In Memoriam”  Rosalia Rerek Sogen )
0
SHARES
100
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp
Oleh  Rofinus Pati

 

 

Kita baru merayakan Hari Pendidikan Nasional 2025 dengan beragam busana tradisional dan lintasan seremoni rutin dari kota sampai ke  pelosok. Namun, masih segar dalam ingatan kita pada  sebuah tragedi yang menimpa seorang ibu bersahaja asal Kabupaten Flores Timur di tanah Yakuhimo, Papua. 

Ibu guru Rosalia  Rerek Sogen telah direnggut nyawanya dari medan bakti dengan cara amat barbar. Kecurigaan akan perannya sebagai mata-mata TNI hanya karena pernah memakai baju kaos loreng merupakan generalisasi yang sulit dicerna akal sehat.

Bagaimana mungkin bahwa Rosalia, seorang perempuan kampung, yang rela meninggalkan tanah kelahirannya, pergi menerobos ke pedalaman Papua, hanya untuk menjadi mata-mata? Ini terlalu riskan bagi seorang perempuan kampung. Dia bukan TNI, melainkan seorang guru yang mendidik  anak-anak Papua untuk kelak menjadi bintang-bintang dari timur Indonesia.

Nasi sudah menjadi bubur untuk riwayat  pahlawan tanpa tanda jasa. Kecurigaan, penyesalan karena  salah membunuh ibu Rosalia, siapapun tidak sanggup memanggil almarhumah untuk  kembali ke bumi ini secara fisik, bahkan oleh manusia level dewa. Barangkali, hanya alam semesta yang menyimpan narasi tersendiri tentang tragedi ini.

 

Air Mata Penuh Daya

Hati yang ikut merasakan akan miris, ketika menyaksikan tayangan video di media sosial. Anak-anak Sekolah Dasar dan warga di kampung itu menangisi  kepergian ibu Rosalia dan para pendidik lainnya di saat hendak dijemput pesawat evakuasi ke tempat aman. Dengan ‘likers’ mencapai lebih dari tiga ribu orang, beberapa waktu lalu dan belum tahu sekarang, menunjukkan bahwa tragedi ini sudah menjadi berita nasional, bahkan dunia karena sudah sampai di PBB.

Pengurus PGRI kabupaten asal almarhumah yakni Kabupaten Flores Timur tidak ragu-ragu memberikan gelar Pahlawan Pendidikan bagi ibu  Rosalia Rerek Sogen. Sebuah langkah berani  yang patut diapresiasi karena harkat dan penghormatan terhadap citra guru menjadi prioritas. Tanpa guru, tak seorang pun cucu Presiden maupun  Presiden bisa membaca, menulis dan pergi ke luar angkasa.

Keprihatinan muncul dalam hati setiap orang yang menyaksikan tayangan video  beberapa waktu lalu itu. Bupati Yakuhimo mengutuk para  pelaku dengan kata-kata amat vulgar. Banyak orang merasa prihatin bahwa peristiwa memalukan ini terjadi di negara yang mendekati 100 tahun merdeka, sekaligus tetap dijajah oleh amarah dan dendam kesumat .

Air mata anak-anak Papua ibarat sungai kecemasan yang menyapu kecerahan masa depannya di saat ini. Ibu guru yang memanusiakan manusia, yang  mengantar anak-anak keluar dari ketidaktahuan dan mulai mengenal huruf A, I, U, O, E, kini telah  pulang menjadi jenazah, tanpa pamit dan lambaian pisah. Apakah ini yang namanya pahlawan tanpa tanda jasa dalam jasat ibu Rosalia?

Air mata anak-anak Papua adalah tangisan atas masa depan yang kelabu dan protes masa kini atas ketidakberdayaan dan tragedi yang tidak mereka pahami. Tapi, air matanya memiliki kekuatan. Tangisan  anak-anak itu barangkali banyak mengandung ‘garam’ yang akan mengawetkan nostalgia, sekaligus  membuka pelbagai kemungkinan baru di masa depan, terkhusus dalam ranah pendidikan di bumi cendrawasih.

 

Pahlawan tanpa Tanda Jasa?

Hari Pendidikan Nasional selalu dirayakan setiap tahun dengan segala ornamen dan gaungnya di dunia nyata maupun maya. Dari kota sampai ke pelosok, nasionalisme terasa semakin kental untuk menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sudah mendekati satu abad ini, tidak ada orang yang menyangkal bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Manusia tidak mampu menciptakan robot, orang tidak sanggup ke planet di luar bumi, kalau tidak ada guru.

Tapi, seorang guru selayaknya lebih dari figur pahlawan tanpa tanda jasa! Sejatinya, seorang guru adalah pahlawan dengan jasa tak terhingga.

Bukan karena tidak ada deretan bintang di dada dan bahu, sehingga seorang guru  dijuluki pahlawan tanpa tanda jasa, melainkan dijuluki  pahlawan tanpa tanda jasa karena tidak cukup deretan bintang di dada maupun di bahu, jika guru disematkan bintang. Guru adalah pahlawan dengan jasa tak terhingga, sebab yang memiliki taburan bintang di dada dan bahu, bisa mendapatkan bintang karena guru. 

Karena itulah, sering teramat menyayat hati,  ketika kita mengenang guru sebagai pahlawan dengan jasa tak terhingga, lalu segera lenyap dalam kesunyian lembaran-lembaran sejarah.

Itulah sosok  seorang guru Rosalia Rerek Sogen almarhumah. Dia berjasa memanusiakan manusia di Papua, lalu segera meninggal sebelum menua. Ibu Rosalia pantas menjadi pahlawan pendidikan, pahlawan dengan jasa tak terhingga. 

——————–

 

*Rofinus Pati, Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara

ShareTweetSend
Next Post
Paskah dan Peziarahan Iman

Paskah dan Peziarahan Iman

Comments 2

  1. Peu Umar says:
    6 bulan ago

    Tullisan yang sangat inspiratif senior..

    Balas
  2. Kanisius Laba. says:
    6 bulan ago

    Tulisan moq o noq o Luar biasa Reu….
    Cinta bakti, dedikasinya atau pengabdian almarhumah terhadap pendidikan SD di Tanah Papua, pantas mendapatkan penghargaan Pahlawan Pendidikan. Kalau boleh tidak hanya sampai di situ, tetapi pemerintah mesti menaruh perhatian lebih bagi orang tua atau kakak adik yang ditinggalkan almarhumah. Almarhumah adalah deretan pahlawan kaum Hawa yang bertarung di dunia pendidikan hingga ajal menjemput dalam usianya masih belia. Jika RA . Kartini menulis ” Habis Gelap Terbitlah Terang” maka tulisan bagi almarhumah Roalia Rerek Sogen adalah ” Habis Terang Terbitlah Gelap.”
    Terima kasih Reu.

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recommended

Agama dan Negara

Agama dan Negara

4 tahun ago

“Theologia in Loco”, Mendengarkan Budaya, dan Globalisasi

6 tahun ago

Popular News

    Newsletter

    Beranda Negeri

    Anda bisa berlangganan Artikel Kami di sini.
    SUBSCRIBE

    Category

    • BERITA
    • BIOGRAFI
    • BUMI MANUSIA
    • Featured
    • JADWAL
    • JELAJAH
    • KOLOM KHUSUS
    • LENSA
    • OPINI
    • PAPALELE ONLINE
    • PUISI
    • PUSTAKA
    • SASTRA
    • TEROPONG
    • UMUM

    Site Links

    • Masuk
    • Feed entri
    • Feed komentar
    • WordPress.org

    About Us

    Beranda sebagai suatu tempat para penghuni rumah untuk duduk melepas lelah, bercerita dengan anggota keluarga ataupun tamu dan saudara. Karena itu pula media Baranda Negeri merupakan tempat bercerita kita dan siapa saja yang berkesempatan berkunjung ke website ini.

    • Redaksi & Kontak
    • Tentang Kami
    • Privacy Policy

    © 2023 BerandaNegeri.com - Morris by Gendis.

    No Result
    View All Result
    • HOME
    • BERITA
    • JELAJAH
    • BUMI MANUSIA
    • BIOGRAFI
    • OPINI
    • KOLOM
    • SASTRA
    • Lainnya
      • TEROPONG
      • PUSTAKA
      • PAPALELE ONLINE
      • LENSA
      • JADWAL

    © 2023 BerandaNegeri.com - Morris by Gendis.

    Welcome Back!

    Login to your account below

    Forgotten Password?

    Retrieve your password

    Please enter your username or email address to reset your password.

    Log In