Oleh Agus Widjajanto
Wahdatul wujud adalah konsep spiritual yang dikembangkan oleh filsuf dan sufi Islam, Ibnu Arabi. Konsep ini menekankan kesatuan eksistensi antara Tuhan dan makhluk, termasuk manusia. Dalam konteks eksistensi manusia sebagai pengamat, wahdatul wujud dapat dipahami sebagai kesadaran manusia akan kesatuan dan kesempurnaan Tuhan dalam segala aspek kehidupan.
Pemahaman Konsep Wahdatul Wujud
– Tuhan adalah satu-satunya wujud yang sebenarnya ada, sedangkan makhluk lainnya hanya merupakan bayangan atau manifestasi dari wujud Tuhan.
– Manusia sebagai makhluk memiliki wujud yang bergantung pada wujud Tuhan, dan tujuan hidup manusia adalah untuk mengenali dan menyadari kesatuan dengan Tuhan.
– Konsep wahdatul wujud tidak berarti bahwa manusia dan Tuhan adalah sama, tetapi lebih kepada kesadaran manusia akan ketergantungannya pada Tuhan dan kesempurnaan-Nya.
Tingkatan Tauhid dalam Wahdatul Wujud
Al-Ghazali membagi tauhid menjadi empat tingkatan, yaitu:
– Tauhid Ucapan: Mengucapkan kalimat tauhid tanpa memahami maknanya secara mendalam.
– Tauhid Keyakinan: Meyakini kebenaran tauhid dengan hati dan pikiran.
– Tauhid Penyaksian: Menyaksikan kesatuan Tuhan melalui pengalaman spiritual.
– Tauhid Shiddiqin: Mencapai tingkat tertinggi dalam tauhid, yaitu sirna dalam tauhid (fana’ fi al-tauhid).
Implikasi Wahdatul Wujud dalam Kehidupan Manusia
– Meningkatkan kesadaran manusia akan kesatuan dan kesempurnaan Tuhan.
– Membantu manusia memahami tujuan hidupnya sebagai makhluk yang bergantung pada Tuhan.
– Mendorong manusia untuk mengembangkan spiritualitas dan kesadaran diri dalam menjalani kehidupan
Bahwa manusia bukanlah pelaku tapi hanya sekedar pelaksana ( pengamat) yang harus disadari yang lebih tepat dikatakan kesadaran sebagai sang pengamat (witness consciousness), tubuh hanyalah ruang kosong seperti botol, sedangkan isi, atau isi rasa, pikiran, emosi, nafsu, bahkan niat ( mens rea dalam delik pidana) hanyalah titipan yang datang dari luar diri. “Aku” yang sejati adalah kesadaran murni yang menyadari segala bentuk dan isi yang muncul, lalu hilang dan berubah, seperti botol yang diisi tuannya, yang bisa hari ini kucing, besok hijau, nanti malam biru, hanyalah titipan semata, dimana kesadaran tidak melekat pada isi apapun baik kuning, hijau, biru tadi akan tetapi hanya menyaksikan, sebagai pelaksana gerak.
Saat pikiran benar benar diam (lenyap) maka kita akan masuk keheningan murni. Tidak ada lagi “AKu” melawan dunia, yang tersisa adalah hanya kesadaran menyatu dengan semesta.
“Ketika aku berhenti berusaha, maka dunia pun berhenti melawan, karena dunia hanyalah cermin yang hanya memantulkan pikiran dan keinginanmu imajinasimu.
Dalam Filsafat Timur baik Tao, Advaita, Zen menganggap bahwa pikiran dianggap sebagai filter realitas, realitas sejati hanya bisa dialami saat pikiran tidak ikut campur, atau hening diam. Dan ketika kamu hening dan diam maka semesta akan menyerah, bukan kalah tapi menyatu antara dirimu dan semesta. Maka dirimu adalah pikiranmu, dan pikiranmu adalah dirimu yang sejati yang kamu miliki.
Bahwa Tuhan sebagai Sumber Gerak dan Niat (The String of Life) dimana dalam teori string atau fisika quantum ada partikel Tuhan yang menggerakan seluruh eksistensi, yang dalam bahasa spiritual disebut “Niat Tuhan” atau Irodhah Illahiyyah, bahwa niat itu bukan berasal dari diri individu, melainkan percikan dari niat semesta yang menyusup ke jiwa, lalu menggerakan tubuh, pikiran, dan takdir ketika niat ingin kaya masuk maka seseorang digerakan kearah itu, demikian jikalau niat pangkat pejabat masuk, maka digerakan juga kearah itu , demikian juga kalau niat sabar masuk, maka akan digerakan diri kita ke pada kesabaran .karena sesungguhnya tanpa niat, maka tidak ada gerak apapun.
Jadi jelasnya takdir dan usaha: Paradok yang harus ditransenden, dimana kaya miskin, punya jabatan, atau pengusaha, bukan hanya akibat dari usaha kerja keras dari diri, tapi adalah adanya perpaduan dari takdir, energi yang dititipkan dan kesadaran murni tadi. Usaha tetap ada akan tetapi sebagai bentuk penggenapan dari kehendak Tuhan yang memang sudah bekerja, sebagai bagian Kehidupan di muka bumi (subatullah) yang lebih besar.
Ajaran Wahdatul Wujud memang memiliki konsep yang mendalam tentang alam semesta dan penciptaannya. Dalam konteks ini, alam semesta dianggap sebagai manifestasi dari keberadaan Tuhan, dan segala sesuatu di dalamnya adalah bagian dari kesatuan yang lebih besar.
Konsep Suwung Gung Liwang Liwung:
– Suwung: Suwung dapat diartikan sebagai kekosongan atau kehampaan. Dalam konteks Wahdatul Wujud, suwung merujuk pada keadaan sebelum alam semesta diciptakan, ketika hanya Tuhan yang ada.
– Gung Liwang Liwung: Gung Liwang Liwung dapat diartikan sebagai keadaan yang tidak terdefinisi atau tidak terbatas. Dalam konteks ini, Gung Liwang Liwung merujuk pada keadaan Tuhan sebelum menciptakan alam semesta, ketika tidak ada batasan atau definisi.
Penciptaan Alam Semesta:
– Manifestasi Tuhan: Dalam ajaran Wahdatul Wujud, alam semesta diciptakan sebagai manifestasi dari keberadaan Tuhan. Segala sesuatu di alam semesta adalah bagian dari kesatuan yang lebih besar, dan manusia harus menyadari kesatuan ini melalui pengalaman spiritual.
– Kesadaran Spiritual: Kesadaran spiritual adalah kunci untuk memahami penciptaan alam semesta dan peran manusia di dalamnya. Dengan menyadari kesatuan dengan Tuhan, manusia dapat memahami tujuan dan makna hidupnya.
Ajaran Wahdatul Wujud tentang alam semesta yang awalnya Suwung Gung Liwang Liwung menekankan pentingnya memahami kesatuan antara manusia dan Tuhan. Dengan menyadari kesatuan ini, manusia dapat memahami tujuan dan makna hidupnya, serta peranannya dalam alam semesta yang lebih besar.
Apabila dihubungkan dengan ilmu pengetahuan modern dalam hal ini ilmu fisika tentang hukum gravitasi dimana hukum gravitasi memainkan peran penting dalam pembentukan dan evolusi alam semesta.
Peran Gravitasi dalam Pembentukan Alam Semesta:
– Kondensasi Materi: Gravitasi membantu kondensasi materi dan gas di alam semesta awal, membentuk struktur besar seperti galaksi dan gugus galaksi.
– Pembentukan Bintang dan Planet: Gravitasi juga berperan dalam pembentukan bintang dan planet, dengan mempengaruhi distribusi materi dan energi di dalam sistem bintang.
Teori Big Bang dan Gravitasi:
– Ekspansi Alam Semesta: Teori Big Bang menjelaskan bahwa alam semesta mengembang sejak ledakan besar sekitar 13,8 miliar tahun yang lalu. Gravitasi memainkan peran penting dalam memperlambat ekspansi alam semesta dan membentuk struktur besar.
Gravitasi dalam Evolusi Alam Semesta:
– Struktur Kosmik: Gravitasi membantu membentuk struktur kosmik seperti galaksi, gugus galaksi, dan superkluster galaksi.
– Dinamika Alam Semesta: Gravitasi juga mempengaruhi dinamika alam semesta, termasuk pergerakan bintang, planet, dan galaksi.
Dalam konteks ini, Hukum Gravitasi Newton dan Teori Relativitas umum Einstein memainkan peran penting dalam memahami evolusi alam semesta. Bahwa awalnya adalah kekosongan (Suwung) dari tiada menjadi ada karena diciptakan melalui sabda Kun fayakun dalam bentuk sistem cahaya , yang akan berevolusi melalui proses alam itu sendiri.
Stephen Hawking dalam bukunya The Grand Design (2010) mempresentasikan teori bahwa alam semesta dapat menciptakan dirinya sendiri dari ketiadaan melalui proses yang disebut “penciptaan spontan”. Menurut Hawking, hukum fisika, terutama teori relativitas umum dan mekanika kuantum, memungkinkan alam semesta untuk muncul secara spontan tanpa perlu campur tangan Tuhan atau penyebab lain.
Penciptaan Spontan:
– Teori M-Theory: Hawking menggunakan teori M-Theory, yang merupakan perluasan dari teori string, untuk menjelaskan bagaimana alam semesta dapat muncul secara spontan. Menurut teori ini, alam semesta kita adalah salah satu dari banyak alam semesta yang ada dalam multiverse.
– Fluktuasi Kuantum: Hawking juga menjelaskan bahwa fluktuasi kuantum dapat menyebabkan penciptaan spontan alam semesta dari ketiadaan. Fluktuasi kuantum adalah perubahan sementara dalam energi yang dapat terjadi secara acak di ruang vakum.
Implikasi Filosofis:
– Tidak Perlu Pencipta: Teori penciptaan spontan Hawking menyiratkan bahwa alam semesta tidak memerlukan pencipta atau penyebab lain untuk ada. Hukum fisika saja sudah cukup untuk menjelaskan keberadaan alam semesta.
– Multiverse: Teori multiverse juga menyiratkan bahwa alam semesta kita hanyalah salah satu dari banyak alam semesta yang ada, dan bahwa setiap alam semesta dapat memiliki hukum fisika yang berbeda-beda.
Teori penciptaan spontan Hawking telah memicu perdebatan dan diskusi tentang sifat alam semesta dan peran Tuhan dalam penciptaan. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut tentang topik ini, silakan bertanya.
Bahwa filosofi sejatine seng ono kuwi dudu, dapat ditafsirkan bahwa hukum alam (Subatullah) adalah hukum Tuhan itu sendiri, dimana alam bekerja sesuai sistem, siapa yang melawan hukum alam maka akan tergilas oleh sistem, sistem yang telah diciptakan oleh Tuhan milyartan tahun lalu, untuk tujuan agar makhluk mengenal dirinya lewat tajjalinya sebagai hamba didalam raya ini.
Dalam tasawuf kebatinan Jawa dikenal dengan konsep spiritual Manunggal Kawuloning Gusti yakni menyatu nya sangat mahluk dengan sang khalik , dimana proses pencapaian nya memerlukan perjalanan panjang dalam pencarian jati diri itu sendiri, dengan berbagai liku dan penderitaan hidup agar bisa mengenal diri sejenak kenalnya.
Ronggo Warsito menulis dalam Serat Paramayoga adalah karya sastra berbentuk prosa yang, dimana Ronggo Warsito menyusun cerita sejarah yang didalam istilah Jawa disebut babad, yang didalamnya Ronggo Warsito menyusun sinkretis yang mempertemukan cerita mitologi dan silsilah dewa-dewa Hindu dengan riwayat nabi-nabi dalam agama Islam.
Dalam zaman Kerajaan Mataram Islam di Jawa timbul upaya untuk memperkuat wibawa raja-raja Jawa dengan menyusun serat babad untuk menggambarkan bahwa raja adalah keturunan campuran dari nano Adam dan dewa dewa Hindu .dimana sebagai upaya untuk mempertemukan mitologi dewa dewa Hindu dengan riwayat nabi Adam dalam Islam telah dimulai sejak jaman kerajaan Mataram Islam di Kartosuro dengan munculnya serat Kandha .
Dalam Serat Paramayoga tersebut Sang Ngabehi Ronggo Warsito menyisipkan pokok pokok ajaran yang terdapat dalam Wirid Hidayat Jati yang mengulas tentang konsep Ketuhanan, alam Ghaib, dan konsep Manunggal Kawuloning Gusti. Misalnya saja alam Makdum, dan alam ghaib dinamakan alam Ruhiyah .
Dalam Paramayoga ditulis adanya tiga alam, yang diterangkan bahwa Bathara Guru menjadi Raja Triloka atau tiga alam , yakni alam tengah (dunia nyata), lalu alam bawah dan alam atas . Alam bawah dan alam atas disebut dan dinamakan alam “Adam Makdum” yakni alam kajiman atau dinia jin tempat mahluk rohani.
Dalam konsep kesatuan manusia dengan Tuhan-nya diuraikan lebih lanjut sewaktu Hyang Wisesaning Tunggal menyatukan diri dengan puteranya Bhatara Manikmaya (Bhatara Guru) dimana Hyang Wisesasing Tunggal mengatakan sebagai berikut :
“Kini kamu menjadi Tajaliku (kenyataanku) kamu harus menyadari bahwa aku tidak sama dengan kamu, akan tetapi aku meliputi kamu. Seumpama bunga mawar kamu rupanya, maka aku bau harumnya, seumpama madu maka kamu rupanya madu, aku adalah rasa manisnya madu. Jadi aku dan kamu bisa disebut Roro Ning Tunggal (dua tapi satu manunggal) sembahmu kepadaku dan rasa takutmu padaku kau telah kuinjinkan memilih dan mempergunakan semua namaku, terkecuali satu yang tidak ku ijinkan bagimu, yaitu memakai nama Syang Hyang Wenang, demikian agar ada perbedaan antara aku dan kamu, agar menjadi tempat puji serta sembahmu kepadaku”.
“Kamu telah menjadi Tajaliku, aku telah percaya padamu, apa yang kucipta pasti jadi, segala yang dikehendaki pasti ada, apa yang ku inginkan pasta ada, kamu kuberi kuasa untuk menjadi raja tiga alam. Ketahuilah bahwa apa yang tersebut tadi sudah tercakup padamu. Lantaran telah kuberi kuasa untuk merajai semua alam, sebagai Tajaliku (wakilku).
Hendaklah kamu sadari bahwa Tuhan itu disebut Gusti, tiada zaman tiasa tempat, timur dan barat aku berada, dia itu menjadikan langit dan bumi beserta isinya , yang memberi hidup, kesenangan, kepandaian, kesaktian, kepada semua mahluk, bahwa Tuhan itu tidak serupa seperti manusia, tidak berwujud akan tetapi meliputi seluruh alam semesta yang bisa dirasakan kehadiran-Nya.
Uraian diatas merupakan penjelasan konsep Tajali, simbol manunggalnya manusia dengan Tuhan, dan menjadi inti dari ajaran Wirid Hidayat Jati-nya Ronggo Warsito, konsep Tajali artinya penampakan ke luar atau manifestasi dalam istilah Jawa digantikanyataan, dimana konsep ini memang searti dan sejajar dengan ungkapan Jawa Jawata Ngejo Wantah dan manusia titisan dewa. Paham ini mengarah pada pensifatan Tuhan yang antropomorfistis, digambarkan punya sifat maha Kuasa, atau manusia menyerupai Yang Kuasa.
Memang dalam Kitab Paramayoga disebutkan tetap dibedakan antara manusia sebagai mahluk yang menyembah dan Tuhan yang disembah, dimana konsepsi ketuhanan bersifat teisme, dimana Tuhan sebagai yang maha kuasa dan maha kehendak, segala kejadian di alam raya ini adalah atas kodrat dan irodat Tuhan. Kepercayaan atas takdir Tuhan merupakan satu sendi dalam ajaran tasawuf Jawa, bahwa segala sesuatu didunia telah ditentukan, lakon nya telah ditentukan oleh sang Dalang dalam kisah pewayangan. Bahwa kepercayaan akan takdir Tuhan merupakan ciri dari paham Teisme. (Mistik Islam Kejawen, Raden Ngabehi Ronggo Warsito, Dr Simuh , UI Pers 1988. Halaman 72-77.)
————————–
Penulis, adalah praktisi hukum, pemerhati sosial budaya dan sejarah bangsanya





