Oleh Agus Widjajanto
Semesta tidak pernah memihak pada yang baik maupun yang jahat, semesta selalu berpihak kepada manusia yang memahami caranya semesta bekerja, yang mengalir denganya, dan hidup selaras dengan kehendaknya.
Hidup bukanlah tentang seberapa baik atau buruk kita dinilai oleh manusia, melainkan seberapa dalam diri kita memahami tentang hukum hukum yang menggerakan kehidupan di alam semesta ini, alam semesta tidak menilai dan tidak menghukum serta tidak mengkasiani. Alam semesta hanya merespon vibrasi energi yang kita pancarkan, dari kekuatan pikiran, perasaan di hati, dengan sebuah tindakan yang terfokus pada ketepatan yangbsempurna.
Kebanyakan diri kita karena hidup dalam ketidak tahuan dan ketidak pahaman hukum-hukum kehidupan dalam semesta maka berakibat merasa tidak adil dan keberuntungan hanya berpihak pada orang-orang tertentu saja.
Namun ketika kita memahami bahwa setiap peristiwa di muka bumi ini adalah hasil dari vibrasi yang kita bawa, maka diri kita akan berhenti pemahaman untuk menyalahkan keadaan beralih pada pegang kendali pada diri kita untuk menentukan langkah kedepan.
Hukum alam bekerja tanpa pengecualian, hukum alam bekerja atas sebab akibat, atas vibrasi, hukum keseimbangan, semua berjalan dan beroperasi berdasarkan hukum keadilan yang tidak tergoyahkan.
Jika kita menabur kebaikan yang tulus, bukan hanya dipermukaan maka semesta akan memberikan kebaikan yang tak terduga berdasarkan vibrasi yang terpancar. Demikian juga jikalau diri kita memancarkan vibrasi keraguan ketakutan maka alam akan merespon dengan ketidak pastian dengan jalan memperkuat apa yang kita pikirkan dan dari batin qolbu yang kita pancarkan jadi kenyataan.
Maka tugas kita sesungguhnya bukan meminta agar semesta berpihak pada kita akan tetapi harus bisa memahami dan menyelaraskan diri kita dengan alam semesta itu sendiri agar tidak terjadi pertentangan hukum hukum yang telah semesta terapkan dalam hukum kausitas sebab akibat tadi. Sebab siapapun yang sudah bisa memahami berjalanya hukum alam sesuai sunatullah maka dia akan menyelaraskan hidup nya dengan tanda tanda alam tidak akan melawan kodrat alam tapi menyatu sebagai bagian dari alam .
Alam dan Hukum Karma
Hukum Karma adalah konsep yang berasal dari agama Hindu, Buddha, dan Jainisme. Hukum Karma menyatakan bahwa setiap tindakan manusia akan memiliki konsekuensi, baik dalam kehidupan ini maupun kehidupan berikutnya. Berikut beberapa poin penting tentang Hukum Karma:
– Kausalitas: Hukum Karma berdasarkan pada prinsip kausalitas, yaitu bahwa setiap tindakan akan memiliki konsekuensi yang sesuai.
– Tindakan dan Konsekuensi: Setiap tindakan manusia, baik itu baik maupun buruk, akan memiliki konsekuensi yang sesuai. Tindakan baik akan menghasilkan konsekuensi baik, sedangkan tindakan buruk akan menghasilkan konsekuensi buruk.
– Reinkarnasi: Dalam agama Hindu dan Buddha, Hukum Karma juga terkait dengan konsep reinkarnasi, yaitu bahwa jiwa manusia akan bereinkarnasi ke dalam kehidupan baru berdasarkan pada karma yang telah dilakukan di kehidupan sebelumnya.
– Pengampunan: Meskipun Hukum Karma menekankan pada konsekuensi tindakan, banyak tradisi agama juga menekankan pentingnya pengampunan dan penebusan dosa.
Hukum Karma dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan:
– Menjadi lebih sadar: Menjadi lebih sadar akan tindakan kita dan konsekuensi yang mungkin terjadi.
– Bertanggung jawab: Bertanggung jawab atas tindakan kita dan menerima konsekuensi yang terjadi.
– Mengembangkan kesadaran spiritual: Mengembangkan kesadaran spiritual dan memahami bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi yang lebih besar daripada yang kita sadari.
Dalam konteks modern, Hukum Karma dapat diinterpretasikan sebagai:
– Konsekuensi tindakan: Setiap tindakan kita akan memiliki konsekuensi, baik itu dalam bentuk fisik, emosi, atau spiritual.
– Pertanggungjawaban: Kita bertanggung jawab atas tindakan kita dan harus menerima konsekuensi yang terjadi.
Lalu bagaimana peran Tuhan yang dalam konsep agama agama besar dari Agama Samawi dimana Tuhan merupakan cental yang mengatur dan memberikan rahmat setiap mahluk serta menghukum bagi yang berbuat jahat Jika dihubungkan dengan pancaran Vibrasi setiap mahluk dalam.alam semesta?
Pertanyaan yang sangat mendalam! Agama dan hukum semesta pancaran vibrasi memiliki hubungan yang kompleks dan multifaset. Berikut beberapa perspektif yang mungkin dapat menjelaskan hubungan antara keduanya:
– Agama sebagai Panduan: Agama dapat dilihat sebagai panduan untuk membantu manusia memahami dan mengikuti hukum semesta yang lebih besar. Dengan mengikuti ajaran agama, manusia dapat meningkatkan kesadaran diri dan memahami cara untuk hidup yang lebih harmonis dengan semesta.
– Hukum Semesta sebagai Manifestasi Tuhan: Beberapa agama percaya bahwa hukum semesta adalah manifestasi dari Tuhan atau kekuatan ilahi yang lebih besar. Dalam hal ini, agama dan hukum semesta pancaran vibrasi dapat dilihat sebagai dua sisi dari koin yang sama, yaitu sebagai cara untuk memahami dan mengikuti kehendak Tuhan.
– Kesadaran Diri dan Pertumbuhan Spiritual: Agama dan hukum semesta pancaran vibrasi dapat membantu manusia meningkatkan kesadaran diri dan pertumbuhan spiritual. Dengan memahami dan mengikuti hukum semesta, manusia dapat meningkatkan kesadaran diri dan memahami cara untuk hidup yang lebih harmonis dengan semesta.
– Keseimbangan dan Harmoni: Agama dan hukum semesta pancaran vibrasi dapat membantu manusia mencapai keseimbangan dan harmoni dalam hidup. Dengan mengikuti ajaran agama dan memahami hukum semesta, manusia dapat mencapai keseimbangan antara aspek material dan spiritual dalam hidup.
Dalam konteks ini, agama dapat dilihat sebagai cara untuk membantu manusia memahami dan mengikuti hukum semesta pancaran vibrasi, sehingga dapat mencapai kehidupan yang lebih harmonis dan seimbang. Namun, perlu diingat bahwa hubungan antara agama dan hukum semesta pancaran vibrasi dapat berbeda-beda tergantung pada kepercayaan dan perspektif individu.
Konsep semesta memancarkan vibrasi seringkali dikaitkan dengan hukum tarik-menarik (Law of Attraction) dan spiritualitas. Menurut konsep ini, semesta merespons energi yang kita pancarkan, termasuk niat dan pikiran kita.
Pengaruh Niat Jahat dan Baik:
– Niat Baik: Ketika kita memiliki niat baik, seperti kasih sayang, empati, dan kepedulian, kita memancarkan energi positif. Semesta diyakini merespons energi ini dengan cara yang positif, membawa kebaikan dan keberuntungan dalam hidup kita.
– Niat Jahat: Sebaliknya, ketika kita memiliki niat jahat, seperti kebencian, iri hati, atau keinginan untuk menyakiti, kita memancarkan energi negatif. Semesta diyakini merespons energi ini dengan cara yang negatif, membawa kesulitan dan ketidakseimbangan dalam hidup kita.
Bagaimana Semesta Merespons:
– Hukum Tarik-Menarik: Semesta diyakini bekerja berdasarkan hukum tarik-menarik, di mana energi yang serupa akan menarik energi yang serupa. Jadi, jika kita memancarkan energi positif, kita akan menarik energi positif, dan sebaliknya.
– Getaran Energi: Setiap pikiran, emosi, dan niat memiliki getaran energi yang unik. Semesta merespons getaran energi ini dan mengembalikan apa yang kita pancarkan.
Praktik untuk Meningkatkan Energi Positif:
– Pikiran Positif: Fokus pada pikiran positif dan berusaha untuk mengganti pikiran negatif dengan yang lebih positif.
– Meditasi: Praktik meditasi dapat membantu menenangkan pikiran dan meningkatkan energi positif.
– Keterbukaan Hati: Membuka hati untuk kasih sayang, empati, dan kepedulian dapat membantu meningkatkan energi positif.
– Tindakan Baik: Melakukan tindakan baik dan membantu orang lain dapat membantu meningkatkan energi positif.
Dengan memahami konsep ini, kita dapat lebih sadar akan pengaruh niat dan pikiran kita terhadap hidup kita sendiri dan orang lain.
Lalu apakah Alam semesta yang memantulkan vibrasi setiap mahluk adalah wujud Tuhan Allah ?
Menurut para sufi, wujud Allah dapat dipahami melalui beberapa konsep, antara lain:
– Wahdatul Wujud: Konsep ini menyatakan bahwa hanya ada satu wujud yang hakiki, yaitu wujud Allah. Alam semesta dan makhluk lainnya dianggap sebagai penampakan atau manifestasi dari wujud Allah.
– Wujud yang Mutlak: Allah adalah wujud yang mutlak dan tidak dapat dibandingkan dengan wujud makhluk-Nya. Wujud Allah tidak terikat oleh ruang dan waktu.
– Transenden: Allah berada di luar batas-batas yang dapat dipahami oleh manusia. Wujud Allah tidak dapat dijangkau oleh pikiran atau indera manusia.
– Kesatuan Wujud: Beberapa sufi percaya bahwa Allah adalah satu-satunya wujud yang ada, dan makhluk lainnya hanyalah bayangan atau manifestasi dari wujud Allah.
Dalam memahami wujud Allah, para sufi seringkali menggunakan pendekatan spiritual dan pengalaman pribadi, seperti meditasi dan introspeksi, untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang hakikat wujud Allah.
Ronggowarsito, seorang pujangga Jawa ternama, memiliki pandangan tentang wujud Allah yang mendalam dan kompleks. Ia percaya pada konsep Wahdatul Wujud, yang menyatakan bahwa hanya ada satu wujud yang hakiki, yaitu wujud Allah. Berikut beberapa poin penting tentang pandangannya:
– Wujud Mutlaq: Ronggowarsito percaya bahwa Allah adalah Wujud Mutlaq, yaitu wujud yang tidak terikat oleh ruang dan waktu. Wujud Allah tidak dapat dibandingkan dengan wujud makhluk-Nya.
– Kesatuan Wujud: Ia percaya bahwa segala sesuatu di alam semesta ini adalah bagian dari kesatuan wujud yang lebih besar, dan manusia harus menyadari kesatuan ini melalui pengalaman spiritual.
– Tajalli: Ronggowarsito menggunakan konsep Tajalli untuk menjelaskan bagaimana Allah memanifestasikan diri-Nya dalam berbagai bentuk dan tingkatan, sehingga terciptalah alam semesta dan manusia.
– Martabat Tujuh: Ia juga menggunakan konsep Martabat Tujuh untuk menjelaskan proses penciptaan manusia dan alam semesta, yang terdiri dari tujuh tingkatan, yaitu Hayyu, Nur Muhammad, Mir’at al-Haya, Ruh Idhafi, Kandil, Dzarrah, dan Hijab.
Dalam pandangannya, Ronggowarsito berusaha menyatukan ajaran Islam dengan tradisi spiritual Jawa, sehingga terciptalah suatu sintesis yang unik dan mendalam tentang wujud Allah dan hubungan-Nya dengan manusia dan alam semesta.
Kesimpulannya adalah, hukum alam atau semesta adalah netral, perbuatan baik dan jahat akan kembali kepada setiap niatan yang ada, dimana hukum alam.dan semesta itulah yang akan menghukum atas kelakukan kita yang dalam Hindu dan Budha disebut hukum Karma dimana Karma akan perbuatan yang kita tanam yang menghukum diri kita sendiri, sedangkan sifat Tuhan adalah Rohman Rohim penuh kasih dan sayang, yang keberadaannya meliputi seluruh alam semesta ini, yang menggerakan hukum alam (Sunatullah) yang juga hukum Tuhan yang tidak ada sifat menghukum, dimana kelakuan diri kitalah yang terhukum atas segala tindakan kita kepada sesama dan alam semesta.
———————
Penulis adalah Pemerhati Masalah Sosial Budaya dan Spirutual Jawa, Tinggal di Jakarta





