Oleh Andre Atawolo, OFM
PADA tanggal 18 Mei 2020, Santo Yohanes Paulus II genap berusia 100 tahun. Karol Józef Wojtyla, demikian nama aslinya, lahir di Wadowice, Polandia 18 Mei 1920. Paus Fransiskus pun menyambut hari ini dengan antusias.
Sekretaris utama Konferensi para Uskup Polandia Menyatakan bahwa Konferensi akan mengeluarkan sebuah pesan bagi umat berdasarkan hal-hal yang relevan dengan arah magisterium Paus yang adalah seorang filsuf ini.
Sebagaimana diberitakan dalam situs www.vaticannews.va, Paus Fransiskus, pada kesempatan Doa Angelus, Minggu 17 Mei, mengumumkan bahwa pada Senin 18 Mei pagi ia akan mempersembahkan Ekaristi untuk menghormati sang Santo di altar di mana tubuhnya dibaringkan.
“Semoga dari surga, dia terus mendoakan umat Allah dan bagi perdamaian di dunia”, demikian kata paus Fransiskus, ungkapan hormat-nya pada Wojtyla, yang sejak 16 Oktober 1978 menjadi Paus, dan pada tahun 1989 mengunjungi Indonesia (juga mengunjungi Timor Leste yang waktu itu masih menjadi bagian Indonesia).
Kardinal Giovanni Battista Re, orang dekat Yohanes Paulus II selama masa kepausannya, dalam wawancara dengan Koran Italia Corriere Della Sera, memberi kesaksian bagaimana ia diminta membaca kembali terjemahan khotbah pertama Paus setelah diterjemahkan dalam bahasa Italia.
Ternyata khotbah yang dimaksud adalah seruan terkenal sang santo: “Jangan takut, bukalah pintu lebar-lebar bagi Kristus”. Kardinal Re juga membenarkan bahwa ia pernah melihat Paus berdoa begitu khusyuk sampai menelungkup di lantai, terutama ketika harus mengambil keputusan penting.
“Ya. Ketika dia sendirian, di kapel apartemennya di Vatikan, dia kadang-kadang berdoa bahkan berbaring di lantai, seperti dalam upacara pentahbisan imam dan uskup. Ini merupakan ungkapan rasa hormatnya yang begitu mendalam serta permohonan yang rendah hati di hadapan kebesaran Tuhan yang tak terbatas”.
Kesaksian menarik lainnya ialah tentang ciri mistik yang dimiliki Yohanes Paulus II, sehingga ia selalu tenang, memaafkan orang yang menembaknya, tampil energik dan penuh visi di hadapan umat, dan terutama terus menjalankan kepausan, meskipun sangat lemah karena parkinson, hingga wafat 2 April 2005.
“Melanjutkan tugas kepausannya sampai wafat, merupakan cara dia menunjukkan kepada kita bahwa hidup adalah hadiah yang harus dijalani sampai akhir, juga dengan menerima kesulitan karena penyakit. Itu adalah ajarannya yang terakhir, teladan seorang Paus”.
Santo Yohanes Paulus II doakanlah kami dan seluruh dunia agar lekas bebas dari virus korona, amin.
************
Sumber: https://andreatawolo.id