BNC,- Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio (Menparekraf) mengajak anak muda generasi Z dan milenial untuk tetap optimistis menghadapi perubahan perilaku manusia (new normal) termasuk perubahan perilaku berwisata.
Menparekraf Wishnutama saat konferensi virtual I’M Milenial dan Genersi Z dengan tema “Tantangan, Harapan dan Masa Depan New Normal” Minggu (10/5/2020) menjelaskan situasi pandemi memang tidak mudah bagi pariwisata untuk bertahan atau berkembang, apalagi seluruh dunia merasakannya. Menurutnya, sektor pariwisata paling terdampak karena pariwisata tergantung pada kunjungan orang. Sedangkan saat ini tidak memungkinkan dilakukan kunjungan.
“Yang terpenting, adalah kita harus optimistis pada masa depan kita. Kita meyakini pascapandemi masa depan pariwisata kita akan luar biasa. Untuk jadi pemenang jangan ada sifat pesimistis. Pemenang mencari kesempatan, bukan kekurangan. Buat generasi muda, ayo cari apa kesempatan yang ada. Hal ini tidak bisa dipelajari, tapi harus dicari sendiri,” katanya.
Wishnutama Kusubandio menjelaskan, sebetulnya sebelum pandemi COVID-19, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah menyusun berbagai skenario strategis yang sifatnya sangat dasar dalam rencana kerja tahun 2020 seperti fasilitas wisata yang sesuai standard higienitas, kebersihan toilet, keselamatan, keamanan. Namun dalam masa pandemi ini, pihaknya berkoordinasi dengan K/L sekuat tenaga mencari cara untuk mempercepat langkah pemulihan sektor parekraf. Karena negara lain juga akan berusaha keras untuk mendatangkan wisatawan.
“Untuk tahap awal kita akan coba mendorong wisatawan nusantara dulu, baru kita datangkan wisatawan mancanegara,” katanya.
Seperti diketahui, pandemi COVID-19 telah membuat perilaku manusia yang baru (new normal) yang berbeda dan berubah dari perilaku sebelumnya. Perilaku yang jauh lebih peduli terhadap kesehatan dengan selalu menggunakan masker, rutin mencuci tangan, menjaga kekebalan tubuh, olahraga, makan makanan bergizi, hingga selalu menjaga jarak aman untuk menghindari rantai penularan Covid-19. Perubahan perilaku tersebut juga kemungkinan besar akan terjadi pada wisatawan saat berkunjung ke destinasi.
“New normal tersebut ternyata inline dengan apa yang sudah dipersiapkan Kemenparekraf. Sangat dasar, ditambah dengan protokol-protokol kesehatan yang sedang kita persiapkan. Seperti protokol kesehatan di bandara, restoran, hotel, tempat hiburan, bioskop, juga terus dipersiapkan. Karena kita juga ingin perekonomian harus tetap berjalan, harus tetap sustainable. Untuk itu antisipasi kebutuhan menghadapi new normal, yang harus dipersiapkan salah satunya adalah kebutuhan dasar,” kata Wishnutama.
New normal berikutnya, lanjut Wishnutama, adalah era digital. Dimana era digital saat ini sangat terakselerasi dengan cepat. Ia menjelaskan, dalam kondisi seperti ini semua orang dipaksa melakukan aktivitas secara digital. Yang artinya, ada potensi digitalisasi yang jauh lebih besar dibandingkan sebelumnya.
“Di sektor parekraf banyak potensi itu. Dan kita akan membuka ruang-ruang diskusi untuk itu. Yang penting di era digital, adalah bagaimana bangsa Indonesia menguasai ekosistem digital, itu yang bisa membuat kita menang. Yang juga penting adalah data. Bahkan menurut saya, saat ini data sangat berharga dibandingkan minyak. Minyak bisa habis digunakan, sedangkan data terus berkembang dan bisa dipakai sampai kapanpun,” katanya.
Virtual Meeting yang dihadiri lebih dari 100 peserta tersebut dipandu Stella Nau dan juga menghadirkan Anggota DPR RI Komisi VII Maman Abdurrahman dan Chief Executive I’M Gen Z Budi Setiawan.
Dalam kesempatan yang sama, Maman Abdurrahman juga mengakui dalam menghadapi pandemi COVID-19 tidaklah mudah. Ia menjelaskan negara maju seperti Amerika saja kewalahan. Untuk itu langkah yang diambil pemerintah harus diapresiasi. Banyak sektor yang terdampak. Tapi memang sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang paling terimbas.
“Kita semua harus memikirkannya. Semua harus bisa mendukung Kemenparekraf, minimal dengan menyampaikan hal-hal positif. Tidak hanya itu, anak-anak muda juga harus mampu menciptakan platform media sosial lokal Indonesia untuk bersaing dengan dunia. Karena, sudah saatnya Indonesia mendorong industri digital dalam negeri untuk mampu bersaing,” kata Maman.(*Che)
11 Mei 2020 –