Oleh Josef Bataona
“I would never read a book if it were possible for me to talk half an hour with the man who wrote it.” (Woodrow Wilson)
BUKU baru telah diluncurkan. Ada syukuran kecil di tengah keluarga. Moment untuk berterima kasih kepada kedua inspiratorku, Lena istriku dan Eka putriku. Dan Bersama kami memanjatkan Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Rahim, karena hanya dengan perkenanNya, buku Leader as MEANING MAKER bisa mengunjungi pembaca.
Buku ini menghantarkan berbagai pemikiran positif, yang ingin saya sebarkan melalui pembaca. Merekalah yang diharapkan, setelah mendapat inspirasi dari buku ini, akan membagi juga kepada yang lain. Berikut foto syukuran sederhana di rumah, saat peluncuran buku Leader as MEANING MAKER.
Menempah Pribadi yang Tahan Banting
Perjalanan meluncurkan buku, diawali dengan buku pertama yang hadir di tahun 2015, dengan judul, Kisah Rp 10.000 yang Mengubah Hidupku. Ada yang melihatnya sebagai kisah perjalanan hidupku. Mereka benar. Tapi ada juga yang melihatnya sebagai sharing pengalaman hidup dan professional dalam meniti karier, mulai dari desa yang hingga saat ini masih banyak yang tidak mengenalnya. Itulah desa Lamalera, Lembata, Nusa Tenggar Timur. Dan pemahaman inipun benar. Saya suka story telling. Saya suka mengangkat berbagai pengalaman keseharian, termasuk hal yang kecil sekalipun. Sebut saja makna penting di balik kartu ucapan terima kasih yang saya tulis tangan dan menandatanganinya.
Di keluargapun tidak lupa saya mengangkat cerita bagaimana anakku yang masih SD mengajarkan cara libur yang benar. Atau pengalaman seorang ayah yang memberi contoh berpikir kreatif, menentang arus. Dan lain-lain. Banyak sisi human yang melatar-belakangi semua cerita ini, termasuk didalamnya, ketulusan untuk mengakui bahwa saya melakukan kesalahan dan meminta maaf serta mengambil langkah solusinya. Jadi buku ini diharapkan untuk memberikan inspirasi bagaimana menempah diri menjadi pribadi yang tangguh, siap menerima berbagai panggilan tugas yang lebih besar lagi.
Mendengarkan dengan Hati
Banyak diantara kita yang ingin menjadi pemimpin. Untuk itu berbagai persiapan dilakukan, termasuk belajar dari berbagai sumber, termasuk dari pengalaman setiap hari. Namun sering orang lupa, kalau sebelum dia mampu memimpin orang lain, dia harusnya yakin bahwa dia bisa memimpin diri sendiri.
Salah satu skill yang dibutuhkan baik dalam memimpin diri sendiri atau memimpin orang lain adalah “Listening Skill”. Banyak pemimpin yang sangat yakin mereka memiliki skill ini. Dan ini membuat saya tergelitik untuk mengajak follower twitter saya untuk diskusi selama 6 bulan, setiap hari Kamis selama sejam. Tema awal yang saya lontarkan adalah” Boss yang asyik itu kayak apa sih?”
Hasil diskusi itu menggelitik saya untuk menerbitkannya di buku dengan judul, #CURHATSTAF Seni Mendengarkan bagi Para Pemimpin. Melalui buku ini kami mengangkat berbagai kemungkinan untuk mengajak para Pemimpin untuk membuka Hati, karena siapa tahu suara yang disampaikan melalui diskusi twitter ini boleh jadi suara anak buahmu yang tidak terdengarkan, karena mereka tidak berkesempatan untuk menyampaikan. Atau kesempatan itu ada tapi entah mengapa mereka takut menyampaikannya. Layak dipercaya, merupakan syarat penting seorang pemimpin yang tangguh. Sampai disini, karyawan atau tim memutuskan untuk menjadi anggotanya, selain karena mereka meyakini apa yang dikerjakan sang pemimpin untuk organisasi, juga apa yang dilakukan untuk membuat teamnya tumbuh berkembang. Diharapkan melalui buku ini, pembaca akan terus mengasah listening skillnya. Cukupkah sampai disini? Mari kita mencoba menarik benang merah kedua buku tersebut dengan buku ketiga: Leader as MEANING MAKER.
Menemukan MAKNA Hidup
Bila kita mencermati jumlah pekerjaan yang dilakukan setiap hari, terkadang kita kewalahan sendiri. Ada yang bangga karena banyak yang dikerjakan, ada yang cemas karena melihatnya sebagai beban. Namun berapa sering kita mengajukan pertanyaan pada diri sendiri: Mengapa saya melakukan pekerjaan tersebut. Jawaban tersebut bisa beragam tergantung sudut pandang:
- Ada yang menganggapnya sebagai pelaksanaan tugas dalam job description, karena dia digaji untuk itu.
- Ada juga yang melihatnya sebagai bagian dari pelajaran dalam membangun kariernya
- Ada juga yang melihat lebih jauh lagi, sebagai Langkah memenuhi Panggilan Hidupnya.
Kelompok ketiga, telah berhasil untuk menemukan apa MAKNA dibalik apa saja yang dia kerjakan. Bila ini ditemukan maka akan memotivasinya dalam bekerja. Apalagi kalau yang bersangkutan adalah seorang pemimpin, yang merasa terpanggil untuk juga membantu teamnya dalam menemukan MAKNA di balik pekerjaan mereka. Buku ketiga yang baru saja diluncurkan, Leader as MEANING MAKER, diharapkan bisa menginspirasi pembacanya untuk menyimak perjalanan hidup dan perjalanan profesionalnya untuk menemukan makna di balik apa saja yang dia kerjakan. Kemudian membantu teamnya untuk juga menemukan makna hidup mereka. Semoga ini bisa menjadi bagian dari pemenuhan panggilan hidup sang pemimpin.
“We learn something from everyone who passes through our lives. Some lessons are painful, some are painless.. but, all are priceless.” (Unknown).
Sumber Tulisan: https//www.josefbataona.com