HAJI Sulaeman L Hamzah tentu saja gundah. Rasa sedih, prihatin, terharu pasti menempel dalam dinding hatinya. Salah seorang tokoh di balik sukses Lembata menjadi sebuah daerah otonom lepas dari induknya, Flores Timur, 21 tahun lalu ini terpukul tatkala Lembata, pulau tempat ia lahir dan menghabiskan masa kecilnya, didera dua peristiwa alam yang menyayat hati ribu ratu (rakyat) di kampung halaman, lewotana, leu awuq tanah Lepanbatan. Peristiwa erupsi gunung Ile Lewotolok pada Minggu, 29 November 2020, nyaris melumpuhkan aktivitas warga. Deru kencang dari perut Ile Lewotolok memuntahkan batu, debu, dan belerang nyaris menyambangi tak hanya warga Kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur di lereng Ile Lewotolok.
Muntahan material itu juga menyasar wilayah kecamatan lain, termasuk di bagian selatan seperti Nagawutun dan Wulandoni. “Kakak perempuan sulung dan adik bungsumu sudah di rumah kami di Lewoleba. Usai mengantar pisang, alpukat, dan nenas mereka langsung pamit. Saya sempat tanyakan kondisi ruas jalan Lewoleba menuju Boto hingga Lamalera dan Lebala. Katanya memprihatinkan,” kata H. Sulaeman Hamzah, beberapa waktu setelah erupsi Ile Lewotolok pada November 2020 lalu. Di sela-sela menunaikan tugas selaku anggota DPR RI Daerah Pemilihan Papua, anggota Fraksi NasDem ini terbang ke Lembata dan menyambangi Lewotolok, kampung halamannya.
“Saya dan ama Jerry Sabah Leku dampingi orangtua (H. Sulaeman Hamzah) bertemu ina, ama, dan kaka arin (bapa, ibu, kaka, adik serta saudari) kemudian kasi bantuan sedikit sekaligus melihat langsung Lewotolok, kampung halaman. Kami semua juga bersiap untuk ikut ambil bagian dalam syukuran Masjid Babul Jannah yang dibangun bapa tua sebagai tanda cintanya kepada sesama saudara kami umat Muslim di kampung. Bapa tua baru selesai merenovasi masjid itu setelah dilanda erupsi Ile Lewotolok,” kata Matias Ladopurap, advokat sekaligus ponakan H. Sulaeman Hamzah. “Bapa tua hanya satu atau dua hari di Lembata setelah acara syukuran renovasi masjid Babul Janah Amakaka. Beliau dan ama Ariel, putra bapa tua, langsung balik Jakarta. Beliau akan menuju Papua untuk kunjungan kerja dan bertemu masyarakat di Dapilnya,” ujar Jery Sabaleku.
Minggu Kelabu
Minggu 29 November 2020 pagi dan Minggu 4 April 2021 sungguh menjadi Minggu kelabu tak hanya ribu ratu di Lembata, terutama di Ile Ape. Dua hari Minggu bersamaan itu sungguh menjadi Minggu kelabu juga untuk ribu ratu asal Lembata di rantau. Tragedi banjir lahar dingin yang menyapu desa-desa di sekitar lereng Ile Lewotolok, mengubur orang-orang terkasih dalam tanah leluhurnya. Di tengah malam, di tengah sebagian warga Kristiani bersiap merayakan Minggu Paskah, di tengah penantian mendengar lonceng Gereja, dan suara adzan subuh berkumandang dari menara masjid umat Islam, ribu ratu menyiapkan diri menghaďap kiblat di dalam masjid, petaka banjir lahar dingin itu bagai moster menakutkan. Alam murka. “Enam belas saudara dan saudari kami tertimbun tanah dan bebatuan besar. Lenyap. Ajal juga menjemput pasutri kerabat saya. Mereka baru dari Malaysia. Anaknya selamat karena masih di Lewoleba. Setelah dengar kabar belasan orang dan kampung halaman tertimbun longsor, saya langsung demam. Lama tak bisa berkata-kata. Cuma doa dalam resah dan pasrah,” ujar Yeremias Jena, warga asal Atawatun & dosen Unika Atma Jaya Jakarta.
Presiden Joko Widodo nampaknya mengubah skenario jadwal kunjungan ke Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur dan Lembata. Sebagian desa di dua pulau itu dihantam banjir dan longsor pada Minggu, 4 April 2021 dini hari. Sedianya, helikopter TNI yang membawa Presiden akan singgah di Adonara sebelum melanjutkan perjalanan menuju bandara Wunopito di Lewoleba, Lembata. Bekas Walikota Surakarta itu sedianya sholat Jumat di nusa tadon Adonara. Pada pukul 15.00 WIB, helikopter yang membawa rombongan Jokowi baru mendarat dan diperkirakan usai sholat Jumat di bandara Jokowi baru akan menuju Ile Ape meninjau warga dan situasi pasca banjir lahar dingin menambrak desa-desa di lereng Ile Lewotolok.
“Masyarakat macam dendam sekali mau lihat Jokowi. Mereka tak mampu memendam rindu melihat Jokowi dari dekat. Jalanan penuh dengan warga. Mengenakan masker mengikuti protokol kesehatan, mereka seperti tak pernah takut dengan petugas keamanan yang mengawal Jokowi. Anggota Paspampres juga ramah-ramah mengatur warga agar tetap jaga jarak dengan mobil yang membawa RI-1. Nama Jokowi dan sosok beliau sampai saat ini masih terus mengalir hingga kampung-kampung bahkan sampe kebun. Kami bangga Jokowi kunjungi juga Lembata dan Presiden RI pertama yang singgah di pulau ini sejak Indonesia. Jokowi menggandakan kebanggaan kami setelah tahun 1979 Wakil Presiden Haji Adam Malik kunjungi korban bencana Waiteba, Kecamatan Atadei di Loang, kota Kecamatan Nagawutun. Legasi Adam Malik bagi rakyat Lembata adalah TK Nely Adam Malik Loang,” kata Anton Pati Liman, warga Lewoleba asal Puor dan ayah dua putera anggota TNI Angkatan Darat.
Toleransi dari Amakaka
Lembata adalah pulau unik dalam banyak hal. Warga masyarakatnya hidup berdampingan dengan aman dan damai meski dalam kondisi serba minim. Budaya opu lake, birin breun taat dalam sanubari warganya. Mereka punya militansi bertahan hidup bahkan melangkah jauh hingga menyasar benua-benua di bawah kolong langit. Relasi sosial keagamaan lebih kuat diikat karena kawin mawin. Tak heran dalam sebuah keluarga penganut agamanya gado-gado. Dari selatan Lembata, tepatnya di kampung Muslim Lebala Leworaja kehidupan warganya sangat harmonis. Di kampung Luki, Desa Pantai Harapan, Kecamatan Wulandono, tak jauh dari Leworaja, berdiri kokoh masjid Asyamat Luki. “Saat jadi guru di SD Inpres Luki, saya ditugaskan tetua adat dan ulama Muslim menjadi Ketua Panitia Pembangunan Masjid Asyamat. Saat peresmian, saya diundang para ulama hadir tapi saya minta maaf tak bisa hadir. Saya lagi pigi (pergi) Larantuka urus saya punya anak-anak sekolah,” ujar Frans Lua Mudaj, kerabat saya di kampung Kluang, Desa Belabaja (Boto), Nagawutun.
Kisah Jokowi dan rombongan serta sebelas warga Lembata sholat Jumat berjamaah di Masjid Babul Jannah Amakaka bekin Wakil Ketua DPRD Lembata asal Lewotolok, Begu Ibrahim, Rifai Mayeli, dan Frans Ado Uran Atawolo. Begu & Rifai tak pernah menyangkah berada di lokasi bencana Amakaka berjarak tak sampai sepuluh meter dari Presiden Jokowi. Begu sering berada di Amakaka pascabencana banjir lahar dingin guna ambil bagian dalam mengurus warga korban. “Saya bahagia bisa sholat bareng Bapak Presiden Joko Widodo. Ini pengalaman yang tak pernah saya lupa,” kata Begu. “Saya berada di barisan belakang bapa Jokowi. Pengalaman jadi cerita di kampung. Nama Jokowi sungguh luar biasa. Orang cerita ràme sekali beliau begitu peduli dengan Lembata. Beliau juga berksempatan sholat di Amakaka. Bapak Gubernur menunggu di posko pengungsi didampingi Pak Bupati Lembata. Kàmi warga sipil dan warga Amakaka di lokasi yang diijinkan sholat bersama Bapak Presiden. Kami terlebih dahulu diperiksa dan baru diijinkan dengan protokol kesehatan ketat,” kata Rifai.
Kisah Rifai Mayeli dan iparnya, Frans Atawolo unik. Mereka berdua berboncengan menuju lokasi bencana di Ile Ape dan Ile Ape Timur. “Sejak erupsi Ile Lewotolok, kami anak muda dari Desa membentuk relawan mencari donasi dari rumah ke rumah dan pihak lain ikut membantu korban. Bencana kedua pada Minggu awal April lalu, saya dan ama naik satu motor. Saya rasa mau demam juga berada dekat Presiden Jokowi saat berada di Amakaka,” ujar Rifai, penjaga kios lulusan jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Nusa Cencana. Rifai bersama Begu juga berkesempatan sholat bersama Presiden Joko Widodo dan rombongan dari Jakarta. Warga asal Lebala ini berharap juga agar bisa diangkat jadi ASN. “Usai kuliah saya buka usaha warung kecil di kampung sambil menunggu ada lowongan PNS dari Pemerintah Pusat,” kata Rifai.
Kisah Frans Atawolo berbeda. Ia menjauh dari Rifai saat sepeda motor berada di lokasi bencana. Frans mencoba mengambil posisi di belakang anggota Paspampres agar bisa melihat dari dekat Jokowi, sang idola. Tukang kayu dan batu musiman rupanya paham medan bencana. Ia fasih “jalan tikus” mana di tengah lumpur dan batu-batu besar bakal dilewati Jokowi, Gubernur NTT Viktor Laiskodat. Frans memilih berdiri di atas batu di ketinggian. “Saya teriak sekeras-kerasnya. ‘Bapa Jokowi, saya dan kami orang kampung sayang bapa. Terima kasih su datang di kita pu kampung. Terima kasih, Tuhan. Tuhan sudah antar dan jaga bapa Jokowi di sini. Terima kasih, Tuhan’. Itu teriakan saya dari atas batu,” kata Frans.
Sandal swallow dan celana agak kotor tak ia peduli. “Saya ka, bapa Presdiden? Saya ka, bapa Presiden?,” tanya Frans melihat Jokòwi menunjuk tangan ke arah ia dan teman-teman relawan. “Ya, kamu. Kamu,” kata Frans mengulang omongan anggota Paspampres. “Saya turun dekat bapa Jokowi. Saya dikasi jaket yang beliau kenakan. Air mata saya tumpah. Doa saya bertemu bapa Jokowi dijawab Tuhan. Orang-orang minta jaket dorang pake sekadar foto. Ada yang tawarkan beli dengan harga 10 juta rupiah. Saya tolak. Jumat, 9 April, malam orang kampung saya datang sekadar pake jaket Jokowi. Sabtu pagi, ada tetangga datang kasi saya kopi dan pisang goreng. Mereka rasa macam bapa Jokowi ada di rumah saya. Beliau sungguh orang hebat, rendah hati dan peduli sesama. Uang 1000 rupiah ďi jaket bapa Jokowi saya kasi Rifai kerna dia nikah dengan sudari kami,” kata Frans.
Masjid Babul Jannah Lewotolok, Desa Amakaka terbilang unik. Panitia Pembangunan Masjid Babul Jannah lebih banyak diisi warga penganut Katolik. Ketua Panitia Pembangunan Masjid adalah Thomas Tuto Langoday. Sedangkan sekretaris panitia adalah Krens Witak Ladopurap, bendahara adalah Karel Kaba Ladopurab dan Bernardus Hena Ladopurap yang kala itu menjabat Kepala Desa Amakaka. “Masjid ini diresmikan Pak Sarwono Kusumaatmaja saat beliau menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Beliau sempat menitikkan air mata. Kaget karena beliau baru tahu panitia pembangunan masjid kebanyakan saudara-saudari umat Katolik. Pancasila sesungguhnya sudah lama lahir dan tumbuh di Amakaka,” ujar Jery Sabaleku.
Kehadiran Sarwono Kusumaatmaja kala itu sekaligus meresmikan puluhan perahu nelayan yang disumbang Pak Haji Sulaeman Hamzah selaku anak tanah Lewotolok untuk para nelayan di sekitar lereng Ile Ape dan beberapa wilayah di Lembata. Nah, kisah kehadiran Jokowi di Lembata dan melakukan sholat Jumat di Masjid Babul Jannah Amakaka adalah kisah yang akan mengalir sampai jauh: menyapa warga hingga pantai, sungai, gunung, rumah-rumah penduduk hingga kebun para petani di bawah lereng gununt di pedalaman selatan Lembata. Nama Jokowi mengalir sampai jauh: kisah pada sosok seorang Presiden dan pemimpin negeri yang menyambangi Lembata dalam lawatan resminya. Terima kasih, Bapak Presiden. Doa kami ribu ratu: semoga bapa keluarga sehat selalu dan penuh keberkahan. Selamat siang. Tuhan berkati. Salamalaikum.
Jakarta, 11 April 2021
Ansel Deri
Orang udik dari kampung;
Catatan dari kunjungan Jokowi di Lembata.