Oleh Paus Yohanes Paulus II
Saudara dan saudariku terkasih….. Renungkanlah banyak-banyak tentang masa depanmu sebagaimana kita merenungkan kerabat-kerabat tercinta yang telah pergi mendahului kita dalam imannya dan beristirahat dalam damai. “Sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak” (I Yoh. 3:2). Kini masih ada jurang antara keadaan kita sekarang dan keadaan kita kelak. Di antara kedua kutub ini kita menanti dan harapan kita sudah mengatasi maut, karena kita tahu bahwa kematian hanyalah merupakan suatu transisi menuju pertemuan definitif dengan Tuhan, agar kita “menjadi sama dengan Dia, karena kita akan melihat Dia dalam keadaanNya yang sebenarnya” (I Yoh. 3:2).
Kini kita dipanggil untuk menghayati hubungan khusus dengan saat kematian kita. Dalam iman dan doa, kita menjalin kembali hubungan keluarga kita dengan mereka; mereka sedang menantikan kita, melindungi serta membantu kita. Mereka telah melihat Allah “dalam keadaanNya yang sebenarnya.” Mereka meyakinkan serta memberi kita semangat untuk bertekun meneruskan perjalanan serta peziarahan kita yang masih tinggal di dunia ini. “Sebab di sini kita tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap; kita mencari kota yang akan datang” (Ibr. 13:14). Jangan cemas, tetapi tengadahkanlah pandanganmu ke tujuan akhir hidupmu; itulah yang terpenting bagi kita. Kerabat-kerabat kita yang sudah meninggal dunia sudah berada di sana, ke tempat kita akan berada pula. Sesungguhnya di sanalah tanah air kita bersama dengan mereka, sehingga mereka menjadi sesama kita. Di sini pula kita akan memasuki misteri tritunggal Bapa, Anak, dan Roh Kudus, karena kita dibaptis dengan baptisan yang sama. Kita saling bergandengan tangan, karena maut sudah tidak ada lagi di sana, selain kehidupan kekal.
****************************
Sumber: Buku Doa dan Devosi – Paus Yohanes Paulus II – Penerbit Erlangga 1995