Oleh Stephie Kleden-Beetz
SEORANG Polisi lalu lintas sedang bertugas di suatu perempatan yang ramai. Pada siang hari yang terik itu, seorang pengendara yang iseng mengejek, “Aduh, hidupmu seperti anjing, ya: jaga sana, awasi sini. “Dengan tenang polisi itu menjawab, “Mungkin saja hidup saya begitu. Tetapi hari ini saya udah menyelamatkan tiga nyawa. Sudah berapa nyawa yang kauselamatkan.
Di sebuah kota, seorang Wali Kota berjalan-jalan menemui warganya. Tiba-tiba ia melihat warganya yang baru dilepas dari penjara beberapa hari sebelumnya. Dengan ramah Wali Kota menyapa, “Halo, apa kabar? Senang melihatmu Kembali.”
Tahun-tahun berlalu, di sebuah kota lain, secara kebetulan Wali Kota berjumpa dengan orang tersebut. Orang itu menghampiri Wali Kota dan berkata, “Pak, terima kasih untuk kebaikan yang telah Bapak buat terhadap saya. “Wali Kota dengan heran bertanya, “Perbuatan baik apa?” Jawab orang itu, “Andalah orang pertama yang menyapa saya dengan ramah. Sejak itu, semangat hidup saya datang Kembali.”
Kebaikan adalah bahasa yang dapat dilihat oleh orang buta dan dapat dapat didengar oleh si tuli.
Charles Fulton Oursler (jurnalis-pengarang drama-penulis) asal Amerika Serikat berkata, “Bersikaplah ramah dan berbuat baik kepada siapa saja. Sebab, barangkali di balik pakainnya yang sederhana, mereka menyimpan sayapnya yang perkasa.” Lalu ia bercerita bagaimana seorang petugas hotel yang biasa tiba-tiba menjadi manajer sebuah hotel terkenal di Amerika Serikat, yaitu Hotel Waldorf-Astoria.
Suatu malam di sebuah kota di Philadelphia, sepasang suami-istri yang sudah tua masuk ke sebuah hotel kecil. Terjadilah percakapan antara tamu dan pengurus hotel:
Tamu: Masih ada kamar untuk saya dan istri saya?
Petugas: Maa, Pak. Penuh semua. Di kota ini kebetulan ada tiga pertemuan besar, sehingga semua hotel penuh. Tetapi tidak mungkin saya menolak Bapak dan Ibu dan menyuruh pergi tengah malam begini, sementara di luar hujan dan badai. Kalau Anda mau, Anda boleh menginap di kamar saya. Akan segera saya bereskan kamar saya.
Pagi harinya, ketika hendak membayar, tamu itu berkata, “Kamu seharusnya bukan menjadi pegawai biasa begini, melainkan menjadi manajer hotel besar bertaraf internasional. Mungkin saya akan membangun hotel tersebut dan kamu menjadi manajernya.” Si petugas tersenyum.
Dua tahun kemudian, ia seperti disambar petir ketika mendapat undangan untuk datang ke New York dan menerima kunci hotel terkenal, tempat ia menjadi manajernya: Hotel Waldorf-Astoria. Pak tua yang telah menginap di kamarnya ternyata tak lain adalah William Waldorf Astor, hartawan masyhur itu.
Jika engkau mencintai, berbuatlah baik, jika engkau berbuat baik, engkau akan mencintai. Mencintai dan dicintai adalah dua sisi yang berbeda dari mata uang yang sama.
****************************
Sumber: dari Buku Cerita Kecil Saja, Stephie Kleden-Beetz, Kanisius 2009
Luar biasa sangat menginspirasi