Aku dan Tabula Rasa
pada awalnya saja,
aku dan kau hanyalah serpihan debu;
tempat rumput ilalang berkembang;
serpihan dari jiwa leluhur yang mati
seketika aku menjelma menjadi tubuh
dan kau menjelma sebagai aku
atas dasar perjanjian lama dan baru
aku dan kau kini menyatu
bagai sepasang sayap siap mengepak
mencari dan menemukan apa yang hilang
jiwa yang kini bertaut
hanya dapat dipisahkan oleh maut
pada akhirnya nanti,
aku dan kau kembali terpisah
entah aku berakhir di dunia
atau kau yang menjadi fana
tubuh dan darah pada satu jiwa
kini hidup, mengalir berbeda arah
+++++++++++++++++++++++++++++++
N a t a l
Surat: Maria-Elisabeth
Natal;
hari ini telah lahir bagimu
seorang Juru Selamat
dari rahim yang kudus,
seorang perawan
yang bernama Maria
Maria kepada Elisabeth
Elisabeth,
hari ini,
burung-burung menari riang
bunga-bunga bermekaran
segala makhluk tersenyum senang
aku,
seorang wanita, menjadi seorang ibu
bagi Ia, seorang bayi mungil
dengan mata indah, dengan senyum sempurna
yang lahir di kandang domba,
Noel, Noel namanya…
Elisabeth,
Para ibu ntah dari mana
datang menemui-Nya dengan suka cita
raja-raja dari timur membawa hadiah:
emas, bintang, dan segala isinya
mereka memuja-Nya
mencium kaki-Nya, membelai kening-Nya
mereka bersenandung merdu di telinga-Nya
sampai lelaplah Ia, begitu teduh senyum-Nya
Elisabeth kepada Maria
Maria,
sahabatku, saudariku..
hari ini,
lonceng gereja berdenting tiada henti
lantunan rohani bergema sana sini
menyambut Ia yang tlah diberi nama
oleh mu seorang ibu mulia..
Ia kan menjadi raja
meski tanpa tahta, meski tanpa istana
Ia ‘kan merendah pada setiap langkah-Nya
Ia ‘kan tetap teguh pada pendirian-Nya
Maria,
saat Ia dewasa,
aku ‘kan ikut membasuh kaki-Nya
setia melayani dan menyembah diri-Nya
sebab Ia terang bagi dunia
sebab Ia jalan menuju kerajaan bapa-Nya
Maria,
Terpujilah engkau diantara wanita,
melahirkan sang Mesias dengan penuh cinta
++++++++++++++++++++++++++++++++++
R u m a h
apalah arti sebuah rumah
jika tanpa pintu dan jendela
tiada jiwa yang hendak tinggal
embun dan hujan pun enggan singgah
apalah arti sebuah ruang
jika tanpa sudut dan sisi
tiada tangis tawa berisik
tiada jejak kaki riang berpijak
tak mengapa bila tiada taman
pun rumput masih kian bisa hidup
tak mengapa bila sendirian
langit biru, kicau burung
kian tampak dan terdengar
yang kau sebut itu rumah
ialah jiwa yang bersuka dan berduka
yang kau sebut itu rumah
ialah jiwa yang senang dan berkenang
yang kau sebut itu rumah
ialah jiwa bernyawa yang berangan
yang kau sebut itu rumah
ialah jiwa yang bertubuh
yang kau sebut itu tubuh
itu aku
++++++++++++++++++++++++++++++++
B i a r a w a t i
Biarawati;
seorang manusia, seorang wanita
ia yang terpilih, bukan dipilih
mengikrarkan janji suci dihadapan Ia, Tuhannya
berjanji, bersumpah menjadi pelayan-Nya
ia yang melepas kebebasannya
tinggalkan indahnya dunia fana
mengabdi pada Ia, Tuhannya
hidup dalam kesederhanaan,
tanpa harta tanpa tahta
ia seorang pendosa
dengan beribu gejolak di dadanya
terkadang ia gundah, terkadang ia goyah
terkadang ia lelah, terkadang ia pasrah
ia dengan hati sebagai hamba
yang kan selalu taat setiap saat
dalam roh dan kebenaran
dalam kebajikan dan kebijakan
ia seorang yang tak sempurna
sosok bunda layaknya Maria,
yang tak ternoda, yang tak tercela
yang bahagia dalam naungan bapa-Nya
——————————————————————-–
Tentang Penulis
”puisi hidup dari jiwa-jiwa yang tlah mati”
Demikianlah dari seorang gadis
pecinta kopi pahit yang keluar dari
tubuh wanita luar biasa pada bulan
maret 2001 lalu saat planet bumi
sedang asri-asrinya.
Sekarang ia menjabat sebagai mahasiswa Sastra Indonesia di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan
virus corona. Sejauh ini kehidupannya
sederhana; asal ada kopi, hujan rindu, dan
juga kamu..
penulis bisa disapa di instagram : rikayiu/ email : yiurikaretanubun7@gmail.com
Keren bngt! Maknanya begitu dalam 🥺
Semangat terus buat penulis 💖💖💖
Keren bngtt! Maknanya dalem banget 🥺
Semangattttt buat penulis n karyannya ❤❤