Memori Hati
Dikala langit jingga nan indah sore itu
Kembali menyegarkan kenangan akan hadirmu
Begitu manis namun juga pahit
Layaknya secangkir kopi yang ku racik dan ku seduh
Tak pernah ada rasa sesal dalam raga dan jiwa ini
Akan segala kasih dan sayang yang kucurahkan padamu
Meskipun semua berakhir berbeda dari apa yang kuyakini
Tetaplah kau sang dewi pujaan hati ini
Tak kusangka kau tinggalkan daku dengan penuh sejuta angan
Dan tak lupanya rasa sakit yang begitu menyiksa raga dan batin kau hadirkan
Dalam diam ku tak berkutik, dalam hati ku menangis
Hanya satu yang dapat kulakukan, merelakan kepergianmu dengan ikhlas.
Dengan cinta yang tak berbalas ini
Kuyakinkan diri bahwa suatu hari nanti,
dari luka yang kau torehkan ini
Muncul kembali seribu bunga penguat diri yang menghiasi hari hari ku esok hari
November 05, 2021
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sang Pejuang Penyendiri
Mentari yang menyinari dunia
Embun segar tercipta diatas hamparan rumput hijau
Semerbak aroma bunga mawar yang mekar menghiasi hari
Segelas kopi hitam dan sepuntung rokok tersaji di hadapan
Senyum kecut tersimpul di bibir
Secercah harapan tersimpan dalam sanubari
Meski duka nestapa memeluk diri dengan erat
Menorehkan resah dan gundah dalam pikiran
Auman sang binatang buas bergema ke seluruh penjuru arah
Namun dengan lembut berbisik pada telinga ini
Tarian para dewi yang memukau hati
Tapi tak dapat dimiliki oleh diri ini
Berada di tengah keramaian namun tetap saja terasa sepi
Berjuang dan terus berjuang melawan rasa kesepian yang tak ada habisnya
Sehalus sutra namun setajam bilah pisau, beribu luka tertoreh di batin ini
namun apalah daya hanya bisa tersenyum palsu dan menguatkan diri
November 10, 2021
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Inikah Keadilan?
Mengapa?
Mengapa Kau mengambil orang yang paling kusayangi didunia ini?
Mengapa tidak mereka yang kubenci, memusuhiku dan memperlakukanku layaknya sampah
Inikah yang Kau sebut dengan keadilan?
Inikah yang kau sebut dengan kasih sayang kepada hamba Mu?
Pagi, siang dan malam
Tak henti-henti nya ku panjatkan doa kepada-Mu
Untuk memanjangkan umur, memberikan kesehatan lebih kepada mereka yang kusayangi
Dengan sabar, semua cobaan yang Kau berikan kulalui dengan ikhlas dan tabah
Mengapa orang yang kusayangi dan kupanggil dengan “ayah” Kau rebut dariku Tuhan?
Apakah harus seperti ini?
Ia yang selalu bersujud dan berdoa kepada-Mu
Ia yang selalu berbuat baik dan tak henti bersyukur hari demi hari
Mengapa ia orang pertama yang Kau panggil untuk menghadap-Mu?
Persetanlah dengan semua perintah dan larangan-Mu
Tak seharusnya aku berharap kepada-Mu
Jika sedari awal Kau berlaku tak adil seperti ini kepadaku.
Oktober 17, 2021
=====================================
Tentang Penulis
Friagung Aditya Kusuma atau biasa dipangil Aditya, salah satu mahasiswa Universitas Sanata Dharma,
Jurusan Sastra Inggris , Yogyakarta yang gemar bersepada dan mendengarkan musik.
Aditya terbiasa membaca karya puisi ringan atau sajak yang berbentuk antologi dan kumpulan-kumpulan
puisi di berbagai media. Di waktu senggang nya Aditya mencoba untuk menulis puisi ataupun cerpen
untuk melatih dan juga mendalami kemampuannya di bidang karya sastra
Aditya bisa dijumpai di sosial media:
Instagram : @otisedmun
E-mail: Friagung@gmail.com