• Redaksi & Kontak
  • Tentang Kami
  • Privacy Policy
Minggu, Mei 25, 2025
  • Login
No Result
View All Result
Beranda Negeri
  • HOME
  • BERITA
  • JELAJAH
  • BUMI MANUSIA
  • BIOGRAFI
  • OPINI
  • KOLOM
  • SASTRA
  • Lainnya
    • TEROPONG
    • PUSTAKA
    • PAPALELE ONLINE
    • LENSA
    • JADWAL
  • HOME
  • BERITA
  • JELAJAH
  • BUMI MANUSIA
  • BIOGRAFI
  • OPINI
  • KOLOM
  • SASTRA
  • Lainnya
    • TEROPONG
    • PUSTAKA
    • PAPALELE ONLINE
    • LENSA
    • JADWAL
No Result
View All Result
Beranda Negeri
No Result
View All Result
Home LENSA

Misa Lefa, “Lefa Alep” dan Teologi Harapan

by Redaksi
Agustus 24, 2022
in LENSA
0
Misa Lefa, “Lefa Alep” dan Teologi Harapan
0
SHARES
50
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

 

LAMALERA  sebuah kampung kecil di selatan Lembata sudah lama menghidupi spirit bahwa laut adalah sumber kehidupan, serentak mereka juga mengalami  bahwa laut  adalah ‘seorang ibu’ (ina lefa). Tanggal 1 Mei setiap tahun dipandang oleh orang-orang Lamalera sebagai Tahun Baru, dimana mereka memasuki kalenderium mereka melaut, yang mana kelenderium ini bersamaan pula dengan kalenderium liturgi gereja Katolik, bulan Mei sebagai bulan Maria. Pembukaan musim melaut ini ditandai dengan upacara perayaan ekaristi di pantai Lamalera. Perayaan Ekaristi 1 Mei ini dinamai Misa Lefa.

Misa Lefa bagi lefa alep adalah kepasrahan, penyerahan diri, kegiatan melaut mereka kepada Yang Kudus dan sekaligus permohonan kepada Tuhan agar Ia berkenan memberikan berkat-Nya agar laut memberikan hasil yang berlimpah. Para lefa alep juga meyakini bahwa laut dengan murah hati memberikan seluruh ikan, baik ikan yang kecil-kecil sampai ke ikan Paus (kotoklema) sebagai kiriman dari leluhur dan Tuhan (knato). Ikan Paus (kotoklema) menjadi sangat penting bagi lefa alep karena hasil tangkapan ikan Paus diperuntukan untuk seluruh kampung, seluruh pulau. Cara pandang ini yang menumbuhkan pada mereka spirit untuk terus berharap (mengaji pole). Mengaji (berdoa) dan pole (berharap) sungguh menjadi nafas mereka.

Pada diri lefa alep selalu terpancar h a r a p a n besar bahwa laut akan memberikan kelimpahan bagi mereka.   Bagi lefa alep laut adalah rahim yang menyimpan sejuta kekayaan. Laut di mata lefa alep juga dipandang sebagai  sebuah ruang perjumpaan dengan Tuhan. Kesulitan di laut adalah ujian iman dan panggilan untuk bertobat dan melakukan rekonsialisasi.

Dalam kosmologi masyarakat Lamalera, leluhur juga menduduki peran penting. Leluhur dalam pandangan  masyarakat Lamalera adalah orang tua serta nenek moyang yang telah meninggal secara fisik tetapi roh atau jiwanya tetap hidup. Para leluhur ini diyakini akan menjaga dan melindungi laut. Dari leluhur, orang Lamalera belajar tentang keberanian, kejujuran, kemurahan hati, bela rasa, serta kasih sayang.

Santo Agustinus menggambarkan manusia sebagai peziarah di dunia (homo viator). Selama masih di dunia manusia sedang melintasi jalan sambil mengarahkan pandangan kepada tujuan akhir. Dalam karyanya, De Civitate Dei St. Agustinus menggambarkan bahwa dambaan manusia yang paling dalam ialah damai yang paling utuh dan pasti (pax plenissima atque certissima). Maka, dalam peziarahannya di dunia, hendaknya manusia tak mencari ikatan pada hasrat alami dan badani, tetapi mengarahkan diri kepada kepenuhan adikodrati: ia melakukan aktivitas di dunia sekarang (actio), dengan mata batin yang terarah kepada masa depan (contemplatio).

Bagi Agustinus, damai akhirat itu bukan alasan bagi manusia untuk lari dari dunia. Manusia tetap aktif di dunia dalam kesadaran bahwa ia memang berada di dunia, tetapi bukan dari dunia. Kerinduan manusia akan kesatuan dengan Allah tercetus dalam kata-kata Agustinus dalam buku Confessions: “Engkau telah menjadikan kami bagi-Mu, dan jiwa kami belum berdiam sebelum ia beristirahat dalam Engkau”. Para lefa alep tentu menghidupi dalam diri mereka perkataan St. Agustinus ini “melakukan aktivitas di dunia sekarang (actio), dengan mata batin yang terus mengarah ke masa depan (contemplatio). (Paskalis Liko Bataona)

 

 

 

 

 

 

 

ShareTweetSend
Next Post

Program REHAB, Solusi Tepat atasi Tunggakan Pembayaran Iuran JKN-KIS

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recommended

Sampah yang Berputar di Luar Rahasia

Sampah yang Berputar di Luar Rahasia

1 bulan ago
Inkubator Literasi Pustaka Nasional, Hidupkan  Iklim Kepenulisan

Inkubator Literasi Pustaka Nasional, Hidupkan Iklim Kepenulisan

5 tahun ago

Popular News

  • “Leva”, “Knato” dan Harapan akan Belas Kasih Allah

    “Leva”, “Knato” dan Harapan akan Belas Kasih Allah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Newsletter

Beranda Negeri

Anda bisa berlangganan Artikel Kami di sini.
SUBSCRIBE

Category

  • BERITA
  • BIOGRAFI
  • BUMI MANUSIA
  • Featured
  • JADWAL
  • JELAJAH
  • KOLOM KHUSUS
  • LENSA
  • OPINI
  • PAPALELE ONLINE
  • PUISI
  • PUSTAKA
  • SASTRA
  • TEROPONG
  • UMUM

Site Links

  • Masuk
  • Feed entri
  • Feed komentar
  • WordPress.org

About Us

Beranda sebagai suatu tempat para penghuni rumah untuk duduk melepas lelah, bercerita dengan anggota keluarga ataupun tamu dan saudara. Karena itu pula media Baranda Negeri merupakan tempat bercerita kita dan siapa saja yang berkesempatan berkunjung ke website ini.

  • Redaksi & Kontak
  • Tentang Kami
  • Privacy Policy

© 2023 BerandaNegeri.com - Morris by Gendis.

No Result
View All Result
  • HOME
  • BERITA
  • JELAJAH
  • BUMI MANUSIA
  • BIOGRAFI
  • OPINI
  • KOLOM
  • SASTRA
  • Lainnya
    • TEROPONG
    • PUSTAKA
    • PAPALELE ONLINE
    • LENSA
    • JADWAL

© 2023 BerandaNegeri.com - Morris by Gendis.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In