Oleh JB Kleden
“Hanya atas kasih-Nya/ Hanya atas kehendak-Nya/ Kita masih bertemu matahari… “ (Ebiet G. Ade – Masih Ada Waktu)
Cuaca yang buruk dan cenderung ekstrim dengan hujan lebat serta angin kencang membuat saya melewatkan malam pergantian tahun dengan duduk-duduk di rumah bersama keluarga di gang kami, sambil mendengarkan musik. Opereter memutar lagu Ebiet G. Ade “Masih Ada Waktu”.
Musikaliasi puisi yang ditawarkan Ebiet G. Ade dengan gaya bernyanyi mirip Jese Feliciano dari Italia itu sungguh menyentuh. “….. Kita mesti bersyukur/ bahwa kita masih diberi waktu/ entah sampai kapan/ tak ada yang bakal menghitung. Kita mesti bersykur/ bahwa kita masih diberi waktu/entah sampai kapan/tak ada yang bakal dapat menghitung… “
Ya kita musti bersyukur, bahwa kita masih diberi waktu. Hari ini, Sabtu, 31 Desember 2022 pakl. 23.30 Wita. Tinggal 30 menit lagi pkl 24.00 kita mengakhir tahun 2022 dan itu sama dengan pkl. 00 tahun 2023.
Menghitung tahun, itu buatan manusia. Pada waktu tertentu dan pasti kita melihat matahari. Kita bilang itu siang. Lalu pada waktu lain kita tidak lihat matahari lagi. Dan kita bilang itu malam. Satu siang dan satu malam kita anggap satu hari. Kita bagi satu hari dalam 24 jam. Kita hitung sekian hari genap dan menyebutnya minggu, bulan, tahun. Sekali lagi, itu buatan manusia.
Semua hitungan hari kita kaitkan dengan matahari. Begitu teratur kelihatannya. Kita hanya bisa menghitung dengan angka. Tetapi semesta tercipta sudah bermilyar-milyard tahun. Sejak diciptakan bulan si perjaka kurus kering terus menari asmara mengitari bumi ayu tanpa boleh mendekapnya. Sekian milyar tahun tata galaksi Bima Sakti bergerak pada lintasannya. Semuanya begitu teratur, tak ada yang keluar dari orbitnya.
Dosen Filsafat Ketuhanan saya dulu di Seminari Tinggi Ledalero mereflekaikan fakta ini dengan pertanyaan filosofis: Siapa di balik keteraturan ini. Dia pasti jauh lebih teratur dan megah dari pada yang Dia atur ini. Maka sang pemazmur hanya sujud merendah, “Langit mewartakan keagungannya dan cakwala karya TanganNya.”
Cuma sekali kita tahu bahwa matahari terus kelihatan. Itu atas permintaan Yosua panglima tentara Israel. Matahari jangan dulu terbnam sebelum Yeriko jatuh. Dan jadilah demikian. Dan itu jadi atas perintah Yahwe Allah Israel yang kuat kuasa. Dari segi ilmiah, itu tidak mungkin, itu tidak benar. Tapi Kitab Suci tidak mengajarkan ilmu tetapi iman bahwa ada yang memegang dan mengatur matahari.
Matahari terakhir tahun 2022 sore tadi lenyap di ufuk barat tanpa ada yang ketahui karena mendung. Mungkin hanya sedikit orang memburunya untuk mengambil foto. Dan hampir pasti tak seorangpun di antara kita merasa kuatir dan bertanya, akankah besok matahari akan kembali? Sebab memang pasti matahari akan kembali.
Adalah Ebiet G. Ade yang mengakui bahwa hanya atas kasih-Nya, hanya atas kehendak-Nya, kita masih bertemu matahari. Berulang kali dan masih terus kita bertemu matahari, hanya atas kasih-Nya dan hanya atas Kehenda-kNya. Dan selama itu banyak kasih-Nya atas kita selain sekedar melihat matahari. Ada gembira, ada sedih.
Kita syukuri bahwa kita masih bertemu matahari dan berharap masih lagi bertemu matahari. Tetapi juga mari kita sadari bahwa ada waktu yang berlalu sia sia. Kita tidak jadikan itu rahmat bagi orang lain. Kita kurang bakti. Mari kita tunduk sujud memohon ampun dari Dia. Kerahiman-Nya jauh melampaui kedosaan kita.
Besok kita akan melihat matahari tahun 2023. Hari harinya siap kita jalani. Apa yang bakal kita temukan? Tak dapat dijawab pasti. Tetapi kita harus tetap menjalani. Tidak bisa tidak mau karena tidak pasti itu. Soe Hok Gie, seorang tokoh mahasiswa. Dia mati muda di kesunyian Gunung Pangrango ketika bersama teman temanya mendaki gunung. Di saku bajunya di temukan sebuah kertas bertulis syair. Sepenggal syair itu berbunyi….. “Hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya dan teka teki, tanpa dapat kau elaki. Terima lah dan hadapi lah”..…
Akan kembalikah matahari? Ya matahari pasti akan kembali. Dan kita juga pasti memasuki tahun 2023. Tapi perjalanan hidup kita tak sepasti matahari. Apapun itu, mari kita hadapi tahun 2023 dengan berani, bukan asal berani, tetapi berani karena Tuhan bersama kita. Mulailah lagi dengan harapan akan Allah dan dengan keyakinan diri. Sebab apa jawaban Tuhan kepada kita masing-masing di tahun 2023 bergantung pada apa pertanyaan kita kepadaNya di awal fajar. (*)
*Kupang, Gang Damai 12 Liliba, Permenungan disaat pergantian tahun 2022-2023