KIDUNG MALAM HARI
kusalin kidung-kidung terluka-
tanpa rebana
nyanyian mezbah
makin rebah
tak berdaya
matahari terbenam
dalam dingin
cuaca kering
lalu kulihat di matamu
katarak amarah
membara
selalu terbesit
persungutan berair
tak juga mencair
bernyanyilah untukku
kesunyian apel malam
mengeja kitab suci
mari kita bermazmur
sampai dinihari
hari-hari sendiri lagi
malam menjelma
jadi hujan
jadi kekelaman
hanya menghitung bintang-bintang
sampai langit ketiga
nada nyanyiannya
makin sendu
tersedak
oi, aku kembali
jadi batu
Jakarta, Senin, 25 September 2023
*************************************
TANGISKU UNTUK PULAU REMPANG
tangisku untuk pulau rempang
dulu hidup damai dengan bertani, berkebun, dan melaut
di atas hamparan lahan
ribuan hektare
kini terhempas keji
kejam
tak bisa dibendung
senjata dan gas air mata
tangisku untuk pulau rempang
mengalir amat deras
dari wajah ibu dan anak di tanah adat melayu
tergusur dari hunian yang dibangun di atas hamparan samudera raya
menjelma jadi pabrik kaca
tajam dan berdarah
jeritan kesakitannya
karena telah kehilangan rumah, masa depan, dan tanah air sendiri
sampai juga
ke pintu istana emas dan gudang-gudang persenjataan
membawa duka kemiskinan
tipuan triliunan rupiah
mulut-mulut berapi
investor omong kosong
dengan gigi kekerasan
mengigit rakus matahari
bahkan mereka hanya mau menawarkan semangkuk sup-
racun tumbuhan
lihatlah,
nelayan tak mampu lagi
berenang dengan kail dan ikan
sebab lautan telah berubah
jadi ratusan dajal
menyelam liar
membawa tangisan histeris untuk penduduk pulau rempang
ini duka kita semua
berakhir dengan kepiluan
kesedihan di tanah kuburan kematian yang dipaksakan
memanjang sampai akhir
kehidupan kehilangan mata pencaharian
dalam penderitaan
ujian iman dan doa syafaat
harus segera dilayangkan
sangat keras
sekeras batu karang
walaupun berakhir bentrok
membara
kaki-kaki yang muntah
rambut panjang yang pecah
tak lagi menerbitkan seberkas cahaya
airmata putus asa
Jakarta, Kamis, 28 September 2023
**************************************
SEPTEMBER MENGERIKAN
seribu peluru persungutan liar-
dimuntahkan
dari genting rumah
jatuh di dasar sumur
air tanah makin memuakkan
bahkan suara ledakannya
tak mampu tembus
cakrawala garis jingga
ditelan minyak jelantah
dikunyah bau busuk
mulutnya
siapa lagi awal bulan ini
mau memberi sepotong daging segar
jelang hari ketujuh mengetuk pintu
tannyamu
seperti suara kidung
putus asa
mari,
tetap kita nyalakan obor
berjalan dengan tiang api
di atas mezbah sajakku
pesta kelaparan
mau digelar
hambar
ingat, teriakmu
tak ada hawa napsu birahi
dikunci tiap dinihari
menebar benih kesakitan
sangat membosankan
pergilah ke gurun pasir
tusuk tenggorokanmu
pecah
berdarah
tak ada hujan
september telah datang
makin mengerikan
kembali dihadirkan
lewat tangisan bayi dalam kandungan
karena doa deras dilayangkan tiap malam
tak mampu lagi membendung pikiran
dan ramalan
digenapi
sungguh menyakitkan
Jakarta, 20 September 2023
*********************************
PENYAIR BERMATA BATU
penyair bermata batu
masuk usia suntuk
seharian menyalin meditasi
agar ada sajak-sajak suci
mengalir dari mata air sungai
kehidupan anak domba
yang disembelih
tanpa tulisan
suara sunyi
terus berbisik
berguguran
benih matahari
supaya jangan ada lagi
amarah meledak
bau busuknya
menyusup
dalam perutmu kian mengecil
aku suka berkelamin
penyair bermata batu
ikut kecewa
anaknya senang berhala
tak lagi pandai berucap sedap
ia terjebak di pulau-pulau terluar
sambil terus berdansa
menghisap mimpi tidurnya
bermalam di padang kelam
penyair bermata batu
lalu melarikan sajaknya
ke gedung kesenian rakyat
di sini ia bertemu para pujangga
punya lidah tajam
seperti pisau cukur tua
mereka lalu bertukar wajah
dengan presiden penyair
tak lagi mabuk anggur
dipetik dari ribuan bintang
sampai langit ketiga
aku sendiri mau menyendiri
lantaran tak sanggup
menatap penyair bermata batu
keluh kesahnya semakin terluka
memerah
dalam sajaknya
yang kelaparan ini
Jakarta, Juli 2023
***************************
SEPTEMBER MENGERIKAN, OKTOBER MAKIN MENCEMASKAN
september mengerikan
oktober makin mencemaskan
sudah berjalan perlahan-lahan
keras
menegangkan
tangisan terulang
jadi nafas kematian
di ranjang kusantap
sperma menjijikkan
ditiup angin kemarau panjang
selesai di bukit-bukit memanjang
september mengerikan
oktober makin mencemaskan
aku ketakutan
dalam kamar khayalan
menjelma jadi ribuan mata uang
hujan tak bisa hapuskan
kegelisahan disebar pepohonan
yang tak pernah disiram
sampai matang
setelah melalui perjalanan
paling memalukan !
akhirnya tibalah para pejalan malam
beristirahat dalam alur sungai
membusuk diterjang
bangkai binatang
diam-diam menyusup
dalam bulan telanjang
Jakarta, Senin 2 Oktober 2023
Tentang Penyair
Pulo Lasman Simanjuntak, menulis puisi pertama kali berjudul “Ibunda” dimuat di Harian Umum Kompas pada bln Juli 1977.Setelah itu sejak tahun 1980 sampai tahun 2023 ini berturut-turut karya puisinya dimuat (dipublish) diberbagai media cetak, media online, dan majalah digital di Indonesia dan Malaysia.
Karya puisinya juga telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi tunggal, dan saat ini tengah persiapan untuk penerbitan buku antologi puisi tunggal ke-8 diberi judul Meditasi Batu. Selain itu juga puisinya terhimpun dalam 26 buku antologi puisi bersama para penyair seluruh Indonesia.
Saat ini sebagai Ketua Komunitas Sastra Pamulang (KSP), anggota Sastra ASEAN, Dapur Sastra Jakarta (DSJ) Bengkel Deklamasi Jakarta (BDJ) Sastra Nusa Widhita (SNW) ,Pemuisi Nasional Malaysia, Sastra Sahabat Kita (Sabah, Malaysia), Komunitas Dari Negeri Poci (KDNP), Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI), Kampung Seni Jakarta, Penikmat Seni Budaya, Storia Sastra, Bengkel Narasi, Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, Sastra Reboan dan anggota Sastra Indonesia. Bekerja sebagai wartawan dan rohaniawan, bermukim di Pamulang, Kota Tangerang Selatan.
Kontak Person : 08561827332 (WA