Oleh Petrus Lakonawa, S.S., M.TH, Ph.D
Silsilah Penyelamatan
Silsilah Yesus dalam Injil Matius 1:1-17 adalah silsilah penyelamatan dan pembebasan, peneguhan dan pemberdayaan. Tergambar di dalamnya bahwa genetika Yesus merangkul orang-orang lemah, yang terkucilkan, terpinggirkan dalam masyarakat, orang-orang yang dianggap hina, berdosa serta terbuang dan tertindas.
Pada zaman di mana orang-orang yang latar belakangnya berbeda dianggap tidak murni, kafir, najis, tidak selamat dan ditolak, teristimewa perempuan-perempuan yang lemah diperlakukan secara tidak adil dan diperdaya, berita gembira dalam Injil Matius membeberkan semangat dan bukti perlawanan Yesus atas budaya yang eksploitatif, diskriminatif, sektarian, etnosentrik, seksis, patriarkal dan penuh kekerasan.
Litani nama-nama leluhur Yesus dalam silsilah-Nya sangat inklusif dan menohok. Ia mengangkat ke tempat yang tinggi orang-orang yang umumnya direndahkan di masyarakat.
Dari semua figur leluhur Yesus yang disebut dalam silsilah-Nya, yang paling mencolok adalah disebutkannya perempuan dalam silsilah tersebut. Ada empat perempuan yang disebut yakni Tamar, Rahab, Rut, dan Batsyeba. Keempatnya memiliki track record yang tidak lazim sehingga menimbulkan pertanyaan dan perdebatan serta tidak jarang menimbulkan rasa malu akan aib yang hendak ditutup-tutupi. Ada 4 pertimbangan yang umumnya dijadikan penyebab untuk mengesampingkan mereka dari daftar silsilah: pertama, dalam budaya patriarki biasanya hanya laki-laki yang disebut; kedua, mereka yakni Tamar, Rahab dan Rut adalah orang dari suku lain sedangkan Batsyeba menikah (‘tercampur’) dengan orang asing sedangkan orang Israel cenderung menganggap rendah etnis, ras, budaya dan agama orang lain; ketiga, mereka orang-orang lemah, miskin, janda yang tidak punya pegangan hidup; keempat, kecuali Ruth, mereka bukan perempuan yang baik-baik menurut standar dan ukuran umum penilaian moral manusia.
Siapakah Mereka dan Apa Cerita Mereka?
Pertama, Tamar, seorang perempuan yang dirundung malang karena ditinggal mati oleh dua suaminya tanpa keturunan serta kemudian diabaikan oleh calon suaminya yang ketiga serta keluarga suaminya hingga akhirnya ia melacurkan diri dengan ayah mertuanya demi mendapatkan anak dan hak sebagai isteri yang sah.
Dalam Kitab Kejadian 38:1-30 dikisahkan bahwa Tamar semula menikah dengan Er putra sulung Yehuda namun Er meninggal dunia. Menurut tradisi Yahudi yang disebut sebagai perkawinan levirat, saudara laki-laki dari almahrum suami berhak dan wajib menikahi isteri yang ditinggalkannya. Karena itu, adik laki-laki Er bernama Onan harus mengambil Tamar sebagai isterinya namun Onan tidak mau menghamilinya karena tidak ingin kakaknya memiliki keturunan sampai akhirnya Er pun meninggal. Tamar sekali lagi menjanda dan belum mempunyai anak. Harusnya putera ketiga Yehuda menggantikan kedua kakak laki-lakinya untuk menikahi Tamar. Namun Yehuda menunda-nunda untuk memberikan putranya yang ketiga itu kepada Tamar dengan alasan belum cukup umur. Karena itu, Tamar mencari jalan untuk mendapatkan haknya sebagai isteri dan untuk mendapatkan anak yang sah. Ia kemudian menyamar menjadi seorang pelacur untuk menggoda Yehuda menggaulinya dan dengan cerdik mengambil cincin meterai, tali, dan tongkat Yehuda sebagai jaminan. Sewaktu Yehuda tahu bahwa Tamar hamil, ia menyuruh untuk merajam dan membakar Tamar. (Bdk. Yos 7:15, 25.) Tetapi Tamar membuktikan bahwa Yehudalah ayah dari sang bayi tersebut. Yehuda kemudian menyesal dan mengaku bersalah serta menjadikan Tamar sebagai isterinya yang sah. Tamar kemudian melahirkan anak kembar bernama Perez dan Zerah. Perez, menjadi salah satu mata rantai silsilah Yesus.
Kisah Tamar dengan demikian adalah kisah yang penuh intrik dan drama berisi perjuangan perempuan untuk merdeka dan merebut pengakuan akan hak serta harkat dan martabat kemanusiaannya.
Kedua, Rahab, seorang pelacur di Yerikho (beretnis non-Yahudi) yang bertobat dan berbalik kepada iman akan Yahweh karena perjumpaan dengan mata-mata Israel yang pada saat itu sedang mengemban tugas dari Yosua untuk mempersiapkan serangan atas Yerikho.
Mereka menginap di rumah seorang pelacur bernama Rahab. Waktu itu Raja kota Yerikho mendengar tentang mereka maka ia mengutus orang kepada Rahab untuk memerintahkan agar Rahab mengusir mereka dari rumahnya. Rahab berkelit dan menyembunyikan mereka di bawah tumpukan jerami di loteng rumahnya.
Rahab meminta kepada mata-mata tersebut agar mereka akan melindungi keluarganya ketika mereka menyerang Yerikho suatu saat nanti. Kedua mata-mata itu mengiyakan dan berjanji akan menepatinya. Rahab menyelamatkan mereka dengan cara menurunkan mereka melalui jendela rumahnya yang terletak di tembok kota.
Ketika Israel menyerang dan menghancurkan Yerikho, Rahab dan keluarganya dilindungi dan diselamatkan oleh orang-orang Israel. Ia kemudian ikut bersama orang-orang Israel dan menikah dengan Salmon. Salmon memperanakkan Boas yang kemudian menikah dengan Rut, perempuan ketiga yang disebut dalam silsilah Yesus menurut Injil Matius.
Adapun Rut, seorang janda yang berasal dari Moab yang ditinggal mati tanpa anak oleh suaminya dan terpaksa bertahan hidup bersama ibu mertuanya bernama Naomi, yang juga merupakan seorang janda sebatang kara tanpa anak karena suami dan kedua anaknya telah meninggal dunia. Kisah hidup Ruth penuh lika-liku. Dari harus memilih bertahan di negerinya atau harus merantau mengikuti ibu mertuanya ke Israel. Demi mendampingi ibu mertuanya yang juga hidup seorang diri tersebut, Ia rela meninggalkan kampung halamannya dan mencoba peruntungan hidup baru di negeri orang. Ia berusaha bertahan hidup sebagai pekerja kebun, tekun bekerja hingga memikat hati Boas, pemilik kebun garapannya yang pada akhirnya menikahinya. Itu semua dijalaninya dengan penuh intrik: mulai dari bekerja keras dan tekun di kebun, hingga dengan sengaja menyelinap ke kamar Boas yang sedang minum anggur sampai mabuk, tidur di kaki Boas dengan maksud untuk merayu Boas agar bisa menghampiri dirinya dan menikahinya.
Keempat, Batsyeba isteri dari seorang prajurit setia dan berintegritas tinggi bernama Uriah orang Het. Batseba adalah seorang yang cantik dan seksi. Ia adalah tetangga Raja Daud. Suatu sore ketika Raja Daud sedang mencari angin di atas rumahnya, Ia melihat Batsyeba sedang mandi. Hatinya terpikat. Ia tergoda.
Waktu itu, suami Batsyeba sedang bertugas di medan perang. Raja Daud memanggil Batsyeba ke istana dan mulai berselingkuh dengan Batsyeba hingga akhirnya Batsyeba mengandung di luar pernikahan.
Demi menutup aib mereka, Raja Daud menggunakan berbagai cara licik. Pertama, ia memerintahkan Uriah pulang ke rumah dari medan perang supaya kembali ke rumahnya dan tinggal sebagai suami isteri dengan Batseba agar dapat mengelabui Uriah bahwa anak yang dikandung oleh Batseba adalah anaknya namun cara ini tidak berhasil karena Uriah, seorang yang sangat berintegritas dan loyal memegang janji keprajuritannya untuk tidak bersenang-senang bersama isterinya di rumah sementara rekan-rekannya menyabung nyawa di medan perang. Kedua, karena Uriah tidak mau pulang ke rumah maka Daud menyuruh dia kembali ke medan perang dan menyuruh Yoab, panglima perang, untuk menempatkan Uriah ditempatkan di barisan paling depan di medan perang yang paling berbahaya agar Uriah terbunuh. Dan akhirnya berhasil. Uriah wafat di medan perang sedangkan isterinya diambil oleh Daud.
Pesan dan Pembelajaran
Dari silsilah Yesus dalam Injil Matius ini kita dapat melihat bahwa sejarah leluhur Yesus tidak lepas dari kelemahan manusia. Hidup mereka diwarnai dengan kelicikan, kekerasan, pembunuhan, nafsu dan dosa. Silsilah-Nya mengandung ketidaksempurnaan dan keberdosaan manusia sebagaimana silsilah manusia pada umumnya. Dari sana kita dapat memetik sebuah pembelajaran iman bahwa tanpa Tuhan manusia tidak bisa lepas dari dosa. Manusia membutuhkan rahmat keselamatan dari Tuhan.
Silsilah Yesus itu berbicara juga tentang pribadi kita masing-masing yang tidak luput dari dosa. Bahwasanya tidak ada keluarga atau leluhur yang sempurna. Latar belakang keluarga Yesus pun tidak sempurna. Tidak murni. Tidak ideal. Namun cinta Allah melampaui keberdosaan, cacat cela, kekurangan manusia. Allah menebus. Allah menyelamatkan. Allah membebaskan manusia dari dosa menuju hidup yang baru. Keberdosaan masa lalu ditransformasikan menjadi kemuliaan karena rahmat dan pertolongan Tuhan. Dari carut marut masa lalu telah lahir sang Juru Selamat, Allah yang hidup di antara manusia untuk menyelamatkan manusia dari kungkungan kuasa dosa.
Rahmat kasih Yesus maha Luas. Ia menyelematkan semua orang, tidak memandang suku, agama, ras, ataupun golongan. Ia datang untuk seluruh alam ciptaan. Kasihnya bersifat universal. Penyelamatannya menyeluruh.
Di kala masyarakat Yahudi masih berwawasan sempit dan eksklusif, cenderung memandang rendah orang lain, dari suku lain dan meremehkan orang-orang yang dipandang hina, Injil Matius menunjukkan bahwa Yesus mencintai dan menghargai semua orang. Ketika orang Yahudi pada masa itu menolak keselamatan bagi orang-orang di luar kalangannya, Injil Matius menampilkan cinta Yesus yang sangat inklusif. Yesus datang untuk semua orang. Ia datang dan semua jadi baru. Cinta-Nya mentransformasi hidup manusia. Kasihnya membebaskan semuanya.
Silsilah Yesus adalah silsilah yang memanusiakan manusia. Ia membela orang-orang lemah. Ia menolak mendiskriminasikan orang-orang ‘lain’ yang berbeda dengan-Nya. Ia pun melawan eksploitasi dan penindasan terhadap orang-orang lemah. Kasih yang universal! Itulah pesan utama hidup Yesus dan ajaran inti iman Kristen.
______________________________________
*Artikel ini sudah pernah dipublikasikan dalam Wacana Biblika No. 2 (2020)
*Petrus Lakonawa, Ph.D adalah seorang pengajar di BINUS University, Jakarta, Indonesia. Dia adalah seorang Research Fellow di DePaul University, Chicago, Illinois, Amerika Serikat yang menyelesaikan studi doktoral teologi di St. Vincent School of Theology, Adamson University, Manila Philippines dan studi S1 di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta dan S2 di Maryhill School of Theology, Manila, Filipina serta di Sekolah Tinggi Teologi Bethel Indonesia, Jakarta.
*Referensi:
McKenna, Megan. Not Counting Women and Children: Neglected Stories from the Bible. Maryknoll, New York, USA, Maryknoll, New York, USA: Orbis Books, 1994.
Bellis, Alice Ogden. Helpmates, Harlots, and Heroes. Lousville, Kentucky: Westminster John Knox Press, 2007.