• Redaksi & Kontak
  • Tentang Kami
  • Privacy Policy
Rabu, Mei 14, 2025
  • Login
No Result
View All Result
Beranda Negeri
  • HOME
  • BERITA
  • JELAJAH
  • BUMI MANUSIA
  • BIOGRAFI
  • OPINI
  • KOLOM
  • SASTRA
  • Lainnya
    • TEROPONG
    • PUSTAKA
    • PAPALELE ONLINE
    • LENSA
    • JADWAL
  • HOME
  • BERITA
  • JELAJAH
  • BUMI MANUSIA
  • BIOGRAFI
  • OPINI
  • KOLOM
  • SASTRA
  • Lainnya
    • TEROPONG
    • PUSTAKA
    • PAPALELE ONLINE
    • LENSA
    • JADWAL
No Result
View All Result
Beranda Negeri
No Result
View All Result
Home BERITA

Membangun Karakter Anak Bangsa – Membumikan Pancasila

by Redaksi
Mei 31, 2024
in BERITA
0
Membangun Karakter Anak Bangsa – Membumikan Pancasila
0
SHARES
37
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

 

Jakarta berandanegeri.com. Pancasila merupakan warisan luar biasa para pendiri bangsa yang mengacu pada nilai-nilai luhur, yang bersifat orisinil dan tahan zaman. Sungguh warisan nilai yang sangat berharga. Namun dalam perjalanan kehidupan berbangsa upaya mewujudkan nilai sila-sila Pancasila terasa sangat lemah. Bahkan dalam perjalanan kehidupan berbangsa ada juga upaya untuk menyingkirkan Pancasila dengan ideologi lain. Juga di kalangan kaum muda ada indikasi nilai-nilai luhur Pancasila seakan dilupakan. Tergerak oleh keprihatinan ini para akademisi yang terdiri dari Agus Widjajanto, S.H., M.Hum, Dr. Drs Rusdin Tahir, M.Si, CIQaR., CIQnr, Prof. Dr. H. Nandang Alamsyah Deliarnoor, S. AP., S.H., M.Hum, Prof. Dr. Drs. Samu’n Jaja Raharja, M.Si, Prof. Dr. H. Wawan Wahyudin, M.Pd, Dr. Drs. Rahman Mulyawan, M.Si, menuliskan gagasan-gagasan mereka mengenai Pancasila dalam sebuah buku Membangun Karakter Anak Bangsa – Melalui Pemahaman Falsafah Leluhur dan Nilai Pancasila.

Praktisi Hukum Agus Widjajanto, S.H., M.Hum, (salah satu penulis buku), Sabtu, 1 Juni 2024 meluncurkan buku Membangun Karakter Anak Bangsa – Melalui Pemahaman Falsafah Leluhur dan Nilai Pancasila. Peluncuran buku digelar tepat di Hari Lahir Pancasila yang diperingati setiap 1 Juni.

“Buku ini kami tulis sebagai bentuk keprihatinan yang mendalam sebagai anak bangsa atas kondisi bangsa,” kata dia kepada wartawan, Sabtu 1 Juni 2024.

Bentuk keprihatinan dimaksud didasarkan pada kondisi bangsa yang dirasa telah kehilangan jati diri sebagai sebuah bangsa. Padahal, jati diri ini adalah ruhnya Indonesia namun tergerus akibat pengaruh budaya dan doktrin asing.

Pengaruh budaya itu salah satunya terjadi karena kemajuan tekhnologi informasi. Kemajuan yang pada gilirannya membuat tidak ada lagi batas wilayah sebuah negara. Semua orang bisa dengan mudah mengakses informasi tanpa filter melalui gadget. Padahal tidak semuanya benar.

Informasi yang kadang sulit untuk disaring tapi diterima begitu saja. Akibatnya banyak nilai-nilai jati diri bangsa tergerus, juga ajaran luhur bangsa dan nilai-nilai Pancasila,” tutur Agus Widjajanto.

Pria kelahiran Kudus Jawa Tengah itu mengungkapkan, rasa kebangsaan perlahan tapi pasti luntur pada generasi muda. Banyak generasi muda saat ini mulai tidak paham dan meninggalkan budaya sendiri sebagai sebuah bangsa yang sangat minim pengetahuan atas sejarah bangsanya.

Di sisi lain, peralihan kepemimpinan nasional dari Orde Baru ke Orde Reformasi seakan memberikan kesan bahwa semua orang mendapatkan kebebasan sebebas-bebasnya. Baik dalam mengekpresikan diri maupun mengeluarkan pendapat yang memang telah dijamin oleh konstitusi.

“Tapi banyak juga yang melupakan hakekat dari kebebasan itu sendiri, terutama menyangkut rasa bertanggung jawab dan menghormati hak dari orang lain yang menjadi ajaran luhur para pendiri bangsa,” ucap Agus.

Ajaran yang mengajarkan secara bijak sesuai dengan nilai nilai luhur bangsa ini sebagai bangsa yang besar dan berbudaya tinggi. Fenomena degradasi moral disampaikan dia bukan hanya menyangkut budaya tapi seluruh aspek kehidupan baik politik, ekonomi, hukum serta sosial.

“Buku ini memuat ajakan agar segenap anak bangsa, di samping mengejar kemajuan dengan hal-hal baru, tapi juga jangan melupakan etika luhur dan budaya bangsa sendiri, agar tercipta keselarasan di semua lini kehidupan,” kata Agus Widjajanto.

Diingatkan pula bahwa menjaga nilai-nilai luhur bangsa bukan hanya tanggungjawab pemerintah melainkan seluruh pihak. Baik kaum pendidik, agamawan, budayawan dan setiap insan sebagai warga negara.

Ia berharap upaya membangun kembali karakter bangsa terus digalakkan agar bangsa ini kembali jati dirinya sesuai warisan leluhur dan para pendiri bangsa serta raja-raja nusantara yang agung dimasa lalu.

Dalam buku itu juga ditekankan pula bahwa hidup sejatinya adalah agar bisa memberikan pencerahan kepada sesama sebagai lilin penerang kehidupan (urip kuwi sejatine urup). Diharapkan semua pihak kembali membumi kepada Ibu Pertiwi dan tidak pernah lupa budaya dan adat istiadat sendiri sebagai bangsa timur.

Tentunya sesuai nilai luhur Pancasila bukan hanya berkedudukan sebagai Dasar Negara saja, akan tetapi juga sebagai falsafah dan pandangan hidup bangsa yang telah mulai dilupakan oleh generasi muda anak bangsa. Karena budaya kita adalah paternalistik, semuanya harus dimulai dari para pemimpin yang memberikan suri tauladan sekaligus panutan bagi semua anak bangsa. Yakni dengan perilaku yang menjunjung tinggi etika, moral, nilai-nilai agama, dan hukum.

“Tiada gading yang tak retak, tapi setidaknya buku ini sebagai upaya mengembalikan  pemikiran terhadap sesama anak bangsa agar tidak melupakan jati dirinya sebagai bangsa yang berbudaya besar. Semoga bermanfaat!,” demikian Agus Widjajanto.

ShareTweetSend
Next Post
Anno 2020, Kumpulan Sajak Alois A. Nugroho

Anno 2020, Kumpulan Sajak Alois A. Nugroho

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recommended

Sapardi dan Puisi yang Mampus

Sapardi dan Puisi yang Mampus

5 tahun ago
Ciut, Tapi Tidak Ciut!  (Mengenang ‘Ngopi’ Bareng Pater Lipus Panda Koten SVD)

Ciut, Tapi Tidak Ciut! (Mengenang ‘Ngopi’ Bareng Pater Lipus Panda Koten SVD)

4 tahun ago

Popular News

  • “Leva”, “Knato” dan Harapan akan Belas Kasih Allah

    “Leva”, “Knato” dan Harapan akan Belas Kasih Allah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Musibah Tiga “Peledang” Lamalera, Semana Santa dan Tuhan yang Menggetarkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Newsletter

Beranda Negeri

Anda bisa berlangganan Artikel Kami di sini.
SUBSCRIBE

Category

  • BERITA
  • BIOGRAFI
  • BUMI MANUSIA
  • Featured
  • JADWAL
  • JELAJAH
  • KOLOM KHUSUS
  • LENSA
  • OPINI
  • PAPALELE ONLINE
  • PUISI
  • PUSTAKA
  • SASTRA
  • TEROPONG
  • UMUM

Site Links

  • Masuk
  • Feed entri
  • Feed komentar
  • WordPress.org

About Us

Beranda sebagai suatu tempat para penghuni rumah untuk duduk melepas lelah, bercerita dengan anggota keluarga ataupun tamu dan saudara. Karena itu pula media Baranda Negeri merupakan tempat bercerita kita dan siapa saja yang berkesempatan berkunjung ke website ini.

  • Redaksi & Kontak
  • Tentang Kami
  • Privacy Policy

© 2023 BerandaNegeri.com - Morris by Gendis.

No Result
View All Result
  • HOME
  • BERITA
  • JELAJAH
  • BUMI MANUSIA
  • BIOGRAFI
  • OPINI
  • KOLOM
  • SASTRA
  • Lainnya
    • TEROPONG
    • PUSTAKA
    • PAPALELE ONLINE
    • LENSA
    • JADWAL

© 2023 BerandaNegeri.com - Morris by Gendis.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In