Oleh Odemus Bei Witono, Direktur Perkumpulan Strada dan Mahasiswa Doktoral Filsafat STF Driyarkara – Jakarta
Pendidikan merupakan pilar utama pembangunan bangsa, dan di era yang semakin kompleks, metode pembelajaran yang para pendidik terapkan dapat menjawab tantangan zaman. Salah satu model yang mendapat perhatian khusus adalah Pembelajaran Berbasis Kompetensi atau Competency-Based Learning (CBL). Dalam analisis Erstad (2021) CBL merupakan metode pengajaran dan evaluasi yang menitikberatkan pada kemampuan siswa dalam menunjukkan penguasaan terhadap suatu mata pelajaran. Metode ini meminta para siswa “menunjukkan apa yang mereka ketahui” dengan menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam evaluasi, sehingga memastikan bahwa mereka benar-benar memahami materi tersebut.
Model CBL menawarkan berbagai keunggulan dibandingkan metode tradisional yang masih mendominasi sistem pendidikan di banyak tempat. Salah satu keunggulan utama dari CBL adalah berfokus pada pencapaian keterampilan dan pengetahuan spesifik sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Setiap siswa dipastikan menguasai kompetensi yang ditargetkan sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya. Pendekatan ini berbeda dengan metode tradisional yang seringkali lebih menekankan pada penyelesaian kurikulum dalam waktu tertentu, tanpa memastikan bahwa semua siswa benar-benar memahami materi yang diajarkan.
Keunggulan lainnya adalah kemampuan CBL mempersonalisasi pembelajaran sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing siswa. Setiap individu memiliki ritme belajar yang berbeda, dan CBL mengakomodasi perbedaan ini dengan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan ritme mereka sendiri. Hal ini tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi, tetapi juga mengurangi tekanan dan stres yang seringkali muncul akibat batasan waktu dalam metode tradisional.
Selain itu, CBL (dalam teachthought.com, 2024) memastikan bahwa siswa tidak akan melanjutkan ke topik berikutnya sampai mereka benar-benar memahami materi yang diajarkan. Pendekatan ini menjamin bahwa tidak ada konsep yang tertinggal dan setiap siswa memiliki fondasi pengetahuan yang kuat sebelum melanjutkan ke konsep yang lebih kompleks. Hal ini sangat berbeda dengan metode tradisional yang cenderung melanjutkan pelajaran meskipun ada siswa yang belum sepenuhnya memahami materi. Dengan demikian, CBL memungkinkan pemahaman materi yang lebih mendalam dan komprehensif bagi setiap siswa.
Meskipun CBL memiliki banyak keunggulan, penerapannya tetap menghadapi sejumlah tantangan. Maharani (2019) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa siswa yang menerapkan CBL perlu berupaya lebih keras dan cerdas untuk meningkatkan kemampuan komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Selain itu, mereka juga harus meningkatkan daya kritis dan berpikir solutif dalam menyelesaikan masalah, serta berusaha sungguh-sungguh menggali kreativitas dan berinovasi.
Untuk menerapkan CBL secara efektif, sekolah membutuhkan pendidik cerdas dan terlatih dan infrastruktur pendukung seperti teknologi pembelajaran. Tantangan demikian terutama dirasakan oleh sekolah-sekolah di daerah terpencil yang sering kali kekurangan akses terhadap sumber daya tersebut. Tanpa dukungan sumber daya memadai, sulit bagi mereka mengadopsi CBL dengan optimal.
Selain itu, adaptasi kurikulum juga menjadi tantangan besar dalam implementasi CBL. Kurikulum Merdeka yang sedang berlaku perlu diperkuat melalui CBL secara signifikan guna mendukung pendekatan berbasis kompetensi. Hal itu berarti merancang ulang cara penyampaian materi dan assessment yang lebih fokus pada pencapaian kompetensi daripada sekadar menyelesaikan tugas dan ujian. Proses demikian membutuhkan waktu, usaha, dan koordinasi yang baik antara berbagai pihak terkait dalam sistem pendidikan.
Ket. Foto: Guru dalam CBL mempunyai kompetensi prima sebagai pendidik. Sumber: Pexels.
Pelatihan guru adalah tantangan berikutnya yang perlu diatasi untuk keberhasilan implementasi CBL. Guru perlu mendapatkan pelatihan memadai dalam memahami dan mengadopsi metode CBL. Mereka harus belajar cara menilai kemajuan siswa berdasarkan kompetensi serta merancang dan menyampaikan materi yang sesuai dengan pendekatan ini. Tanpa pelatihan yang tepat, sulit bagi guru untuk menerapkan CBL secara efektif, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kualitas pendidikan yang diterima oleh siswa.
Untuk mengatasi berbagai tantangan dalam penerapan CBL, investasi dalam infrastruktur pendidikan menjadi langkah pertama yang sangat kompleks. Pemerintah dan pihak swasta perlu berkolaborasi dalam menyediakan akses teknologi dan bahan ajar berkualitas yang memadai. Infrastruktur yang baik akan memastikan bahwa sekolah-sekolah di seluruh negeri dapat mengadopsi CBL dengan lebih mudah, sehingga kesenjangan pendidikan dapat diminimalkan dan setiap siswa mendapatkan kesempatan belajar yang setara.
Langkah strategis berikutnya adalah pengembangan kurikulum yang fleksibel dan adaptif. Kurikulum yang dirancang ulang untuk mendukung CBL harus mencakup modul-modul pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kecepatan belajar siswa. Alat evaluasi yang tepat juga diperlukan guna menilai sejauh mana siswa telah mencapai kompetensi yang diharapkan. Dengan kurikulum yang lebih personal dan efektif ini, pembelajaran dapat berlangsung secara lebih mendalam dan bermakna, memastikan setiap siswa memiliki fondasi pengetahuan yang kuat sebelum melangkah ke tahap berikutnya.
Selain itu, memberikan pelatihan dan dukungan berkelanjutan bagi guru adalah kunci keberhasilan implementasi CBL. Guru perlu mendapatkan pelatihan yang berfokus pada aspek-aspek praktis dari CBL, termasuk cara merancang modul pembelajaran, teknik penilaian kompetensi, dan penggunaan teknologi dalam proses belajar mengajar. Dengan dukungan yang tepat, guru akan lebih siap dan percaya diri dalam menerapkan metode CBL, sehingga dapat menciptakan pengalaman belajar lebih efektif dan menyenangkan bagi siswa.
Sebagai catatan akhir, CBL menawarkan solusi yang menjanjikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan fokus pada pencapaian keterampilan dan pengetahuan spesifik, serta memberikan fleksibilitas bagi siswa untuk belajar sesuai dengan ritme mereka sendiri, CBL dapat mengatasi beberapa kelemahan utama dari metode tradisional. Namun, untuk mewujudkan potensi penuh dari pendekatan ini, diperlukan investasi yang signifikan dalam infrastruktur pendidikan, pengembangan kurikulum, dan pelatihan guru. Dengan langkah-langkah strategis ini, kita dalam hal ini para pendidik dapat menciptakan sistem pendidikan lebih adaptif, inklusif, dan efektif dalam mempersiapkan generasi masa depan.
CBL membantu siswa untuk menggali kompetensinya secara individu sehingga berperan besar dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia…..terima kasih atas opini/artikelnya….tambah ilmu tambah kesempatan untuk belajar..
Terima kasih artikel/opninya…nambah pengetahuan dan ilmu…