Oleh Agus Widjajanto
Wawancara dilakukan di Cikini, Jakarta Pusat dimana Bung Besar ( Soekarno ) dengan ciri khasnya memakai peci hitam dan tongkat komandonya duduk di sudut sofa sebuah kamar hotel bintang 4, dan Ki Ageng Soerjo Projo duduk berhadapan untuk wawancara meminta pandangan Bung Karno selaku Pendiri Bangsa, Proklamator dan Penggali Pancasila, yang dapat dirangkum sebagaimana berikut dibawah ini :
Selamat sore Bapak Besar Revolusi. Bagaimana pandangan bapak tentang satu tahun yang dicapai oleh kabinet Merah putih, dari kepemimpinan Presiden Prabowo saat ini secara garis besar, apakah bisa memberikan pandangan sebagai Pendiri Bangsa, Proklamator dan Penggali Pancasila?
Selamat sore juga cucuku Soerjo Projo putra wayah dari para leluhur Nusantara. Gaya kepemimpinan anak ideologis saya Prabowo Soebijanto, memang mirip-mirip saya saat menggelorakan keadilan dan perdamaian dunia, sesuai amanat Pembukaan UUD 1945, seperti hal nya saat saya mencanangkan gerakan non Blok dulu.
Saya bangga anak ideologis saya Prabowo bisa membawa nama harum bangsa ini di kancah global dimana dia sebagai tokoh sentral yang difasilitasi Amerika Serikat (Presiden Donald Trump) soal perdamaian di Gaza untuk tujuan berdirinya negara Palestina. Memang secara astral saya selalu dorong untuk bagaimana bisa menjadi motor perdamian dunia, dimana kita hidup di bumi dan langit yang sama, dan tentu jangan pernah meninggalkan nilai nikai luhur bangsa sendiri. Jadi saya rasa cukup memuaskan untuk politik luar negeri dalam masa penerintahan Prabowo.
Pertanyaan selanjutnya Bapak Proklamator, bagamaina soal kondisi bangsa ini yang korupsi sudah secara masif meraja lela, apa yang harus dilakukan oleh Presiden Prabowo?
Begini, saat pemerintahan saya tidak ada korupsi, karena saya memberikan contoh yang baik, hingga sampai wafat pun saya tidak punya rumah yang ada adalah amanah pengabdian kepada bangsa ini, disaat penghujung pemerintahan ada menteri saya urusan Bank Sentral yakni Teuku Yusuf Musa Dalam saya perintahkan untuk diadili dan dihukum mati pada bulan september tahun 1966, artinya korupsi adalah bahaya laten yang harus diberantas hingga akar akarnya, namun ingat para penegak hukum juga harus bersih jangan berharap menyapu lantai bisa bersih dengan sapu yang kotor, anak ideologis saya prabowo harus berani bertindak tegas tanpa pandang bulu, beri mereka contoh terlebih dahulu bahwa sebagai pemimpin harus bersih, dan berani ambil kebijakan kalau perlu merubah sistem hukum dengan cara Tranpalasi Hukum dengan sistem Anglow Saxon, dan Hukum Progresif, generasi sekarang banyak anak-anak pintar cerdas tapi sayang bermental bobrok hanya cari keuntungan.
Lalu bagaimana pandangan Bung Karno soal fenomena saat ini dimana kehidupan rakyat makin sulit sementara yang kaya bertambah kaya?
Saya selalu bilang bahwa imperalisme modern bisa berubah wujud dan bentuk, tapi wataknya tetap imperalis, musuh yang akan kita hadapi saat setelah merdeka adalah rakyat dan bangsa kita sendiri, yang berbau borjuis ingin cari keuntungan, mabuk agama dan budaya luar itu sudah saya katakan berkali-kali dan itu telah terbukti saat ini. indonesia di merdekakan untuk membentuk negara yang bisa melindungi seluruh rakyat, bukan golongan bukan segelintir orang, tapi seluruh rakyat. Maka saya bersama rekan-rekan seperjuangan ingin negara ini mencapai adil makmur Gemah Ripah Loh Jinawi, bukan sebagai negara Sosialis juga bukan sebagai negara Liberal, tapi sebagai Negara Pancasila yang berkultur kegotong royongan berdasarkan ekonomi kerakyatan, yang kaya bantu yang miskin, yang susah harus bejerja keras, memanfaatkan sumber daya alam untuk kemakmuran bersama. Itu sesungguhnya tujuan negara ini didrikan bukan berkiblat kepada negara Liberal.
Lalu bagamana mengatasi ketimpangan ini dan agar bisa mencapai Indonesia Emas pada tahun 2045 nanti, menurut Bung Besar?
Begini, kaum Reformis tahun 1998 telah keblablasan, ini yang saya katakan yang mabuk jabatan, mabuk ideologi luar, mabuk harta dan tahta hingga negara ini kehilangan arah dan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia. Dulu saat saya mengalami kesalahan membentuk kabinet 100 menteri maka saya rubah melalui Keputusan Pesiden, membentuk tiga partai politik yang sebenarnya cita-cita awal saya harusnya hanya ada dua partai politik yakni partai nasionalis dan partai agamais, namun karena perkembangan dunia saat itu secara Geo Strategis dan Geo Politis terjadi Perang Dingin maka saya setujui ditambah satu partai yakni partai sosialis hingga saya sebut disingkat NASAKOM, ini kalian harus belajar dari sejarah jangan sekali-kali melupakan sejarah ya nak, benar Soeharto yang menggantikan saya dibentuk tiga partai yakni Partai agamais dan partai nasionalis serta golongan karya saat itu, untuk lebih fokus dan konsolidasi secara nasional, namun oleh kaum yang mabuk tadi seluruh sendi-sendi berbangsa dan bernegara dirobohkan menjadi multi partai dan pemilu langsung lagi dimana pemilu langsung tidak pernah dikenal di negeri ini karena negeri ini dibentuk berdasarkan musyawarah untuk mufakat, itu keblinger namanya.
Lalu bagaimana Bung melihat arah pembangunan saat ini dimana setiap ganti presiden ganti kebijakan?
Ini lebih parah lagi ya tadi yang saya katakan, kaum imperialis borjuis dari rakyat sendiri , yang menghancurkan tatanan bangsa dan negara. Kan jelas dalam UUD 1945 pasal 1 ayat 2, bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) adalah mewakili kedaulatan rakyat, yang terkoneksi dengan sila ke empat dari Pancasila, dimana berbunyi Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permustawaratan Perwakilan, yang artinya demokrasi kita ini Demokrasi Pancasila, bukan Demokrasi Liberal, dimana segala keputusan merupakan kebijaksanaan dalam perwakilan dengan cara musyawarah dan mufakat. Makanya oleh pemerintahan Soeharto sudah tepat, tugas dan wewenang MPR adalah termasuk membentuk GBHN ( Garis-Garis Besar Haluan Negara) agar negara ini ada kompas ada petunjuk kemana arah yang mau dituju ke depan baik untuk jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang, siapapun presidennya ya harus dan wajib menjalankan Garis Garis Besar tersebut.
Untuk mencapai, pendidikan , pangan sandang papan murah seperti jaman orde baru dulu, menurut Bapak Proklamator dan Pendiri Bangsa apa yang harus ditempuh?
Lakukan swasembada pangan , upayakan pupuk tersedia dengan cukup, hidupkan lagi Koperasi Unit Desa, dan Bumdes Desa sebagai sentral pinjaman para petani, seperti jaman Soeharto dulu, lalu tingkatkan produksi pertanian , efisiensi kementerian yang tidak perlu, harus dipangkas, beri para petani , nelayan , modal, biar bisa bekerja, dan disini saya kritik anak ideologis saya, tidak perlu makan bergizi bagi putra-putri pelajar, beri orang tuanya lapangan kerja otomatis mereka akan memberikan makan yang sehat kepada putra-putri mereka, cari profesional dibidangnya untuk mengisi pos-pos yang bisa menunjang pertumbuhan ekonomi, dan jangan lupa belajar dari China Tiongkok, kirim ribuan pelajar mahasiswa berprestasi keluar negeri biar saat lulus kembali ke negeri sendiri mengabdi untuk kemajuan bangsa dibidang tekhnologi, yang intinya harus dilakukan revolusi undustri, dengan begitu akan tumbuh dan secara otomatis dengan pengendalian inflasi maka sandang, pangan dan papan akan murah dan terjangkau , kasih pendidikan yang memadai dan murah biaya, jangan seperti saat ini biaya pendidikan sangat mahal yang berakibat orang miskin tidak mampu menyekolahkan anaknya, yang tentu sudah tidak sesuai cita-cita proklamasi dan kontitusi kita nencerdaskan kehidupan bangsa.
Lalu apa pesan terhadap Presiden Prabowo ke Depannya dari Bapak selaku Pendiri Bangsa?
Pesan saya jelas, kembalikan lagi Sistem Ketatanegaraan yang dibangun berdasarkan negara Kesatuan Pancasila tadi, kembalikan kewenangan MPR, hapus sistem pemilu langsung, dan terapkan dwi partai, serta bangun kembali karakter anak bangsa yang berorientasi adat budaya bangsa sendiri yang cinta tanah air.
Dan yang terahir saya pesan sebagai orang tua dan Pendiri Bangsa, saya menggali Pancasila terinspirasi dari Kitab Negara Kertagama, pada pupuh ke 43, yang mengatur lima kaidah laku utama, untuk bangsa, untuk itu membangun stabilitas negara bukan hanya secara fisik tapi juga secara batin, lakukan kegiatan budaya seperti halnya nenek moyang jaman raja-raja besar di Nusantara dulu, dan selalu ayomi rakyat, jangan abaikan rakyat bahwa anak ideologis saya Prabowo adalah pelayan rakyat bukan ndoro raja bagi rakyat, buat mereka gemuyu ( tertawa senang) dengan kemakmuran , dan keadilan maka namamu akan dikenang baik hingga ribuan tahun nanti.
Demikian wawancara berakhir, semoga bermanfaat.
Cikini – 22 Oktober 2025
———————-
Penulis adalah Pemerhati Masalah-masalah Sosial, Budaya, Hukum, Politik dan Sejarah Bangsanya






