Oleh Agus Widjajanto
Amor fati adalah konsep filosofis yang berasal dari bahasa Latin, yang berarti “mencintai takdir” atau “menerima takdir dengan cinta”. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh filsuf Jerman, Friedrich Nietzsche.
Amor fati adalah sikap mental yang menerima dan mencintai segala sesuatu yang terjadi dalam hidup, baik itu baik maupun buruk, sebagai bagian dari takdir atau kehendak Tuhan. Ini berarti menerima segala sesuatu yang terjadi dalam hidup dengan lapang dada, tanpa perlawanan atau penolakan, dan melihatnya sebagai kesempatan untuk belajar dan tumbuh.
Amor fati bukanlah berarti pasrah atau tidak berbuat apa-apa, melainkan menerima apa yang tidak dapat diubah dan berfokus pada apa yang dapat diubah. Ini adalah sikap mental yang kuat dan positif, yang memungkinkan seseorang untuk menghadapi tantangan hidup dengan keberanian dan ketenangan.
Nietzsche mengatakan, “Amor fati: itulah rumus dasar bagi individu yang kuat dan berani.” Dengan Amor fati, kita dapat mencapai kebebasan dan kebahagiaan yang sejati, karena kita tidak lagi terikat oleh ketakutan, kekecewaan, atau penyesalan.
Pendapat Frederich Nietzsche tersebut sejalan dengan konsep semesta Hukum alam. Bahwa semesta tidak memihak pada yang baik ataupun yang buruk/jahat. Semesta hanya merespon dan memancarkan vibrasi, getaran yang bisa dipahami oleh mereka yang memahami cara bekerjanya alam, mengalir dengannya dan selaras dengan kehendaknya.
Sampai seberapa dalam kita mampu memahami hukum hukum yang menggerakan Kehidupan, dimana alam semesta tidak menilai, tidak menghukum, serta tidak pernah mengasiani, dia hanya merespon energi yang dipancarkan oleh setiap manusia, dengan kekuatan pikiran, perasaan dan tindakan kita dengan ketepatan yang sempurna, berputar sangat presisi sesuai hukum mereka.
Maka apapun keputusan kita disitulah alam semesta merespon energi dan vibrasinya, dan itulah takdir yang sudah kita tulis sendiri, sesuai dituntun oleh semesta. Jikalau memahami bahwa setiap peristiwa adalah hasil dari vibrasi yang kita bawa, maka kita akan berhenti menyalahkan keadaan dan mulai mengambil alih kendali atas takdir itu sendiri. Satu-satunya cara adalah dengan memahami tanda-tanda alam dan belajar menyelaraskan diri dengan hukum-hukum alam dan tidak melawan arus melainkan menjadi bagian dari aliran itu sendiri.
Filsuf Jerman Friedrich Nietzshe, menjabarkan lewat kosep Wille Zur Macht. Wille zur Macht (Kekuatan Kehendak) adalah konsep sentral dalam filsafat Friedrich Nietzsche. Berikut adalah penjabaran tentang konsep ini:
Definisi: Wille zur Macht adalah kekuatan dasar yang mendorong manusia untuk mencapai kekuasaan, keunggulan, dan kebebasan. Ini adalah kekuatan yang mendorong manusia untuk mengatasi keterbatasan dan mencapai potensi yang lebih tinggi.

Aspek-aspek Wille zur Macht:
- Kekuatan Kehendak: Wille zur Macht adalah kekuatan kehendak yang memungkinkan manusia untuk membuat pilihan dan mengambil tindakan untuk mencapai tujuan.
- Kekuasaan: Wille zur Macht adalah kekuatan yang mendorong manusia untuk mencapai kekuasaan dan keunggulan.
- Kebebasan: Wille zur Macht adalah kekuatan yang memungkinkan manusia untuk mencapai kebebasan dan mengatasi keterbatasan.
- Kreativitas: Wille zur Macht adalah kekuatan yang mendorong manusia untuk menciptakan nilai-nilai dan makna hidup sendiri.
Tujuan Wille zur Macht:
- Mencapai Kekuasaan: Tujuan utama Wille zur Macht adalah mencapai kekuasaan dan keunggulan.
- Mengatasi Keterbatasan: Wille zur Macht mendorong manusia untuk mengatasi keterbatasan dan mencapai potensi yang lebih tinggi.
- Menciptakan Nilai-nilai: Wille zur Macht memungkinkan manusia untuk menciptakan nilai-nilai dan makna hidup sendiri.
Implikasi Wille zur Macht:
- Individualisme: Wille zur Macht menekankan pentingnya individualisme dan kebebasan individu.
- Kompetisi: Wille zur Macht mendorong kompetisi dan perjuangan untuk mencapai kekuasaan dan keunggulan.
- Kritik terhadap Moralitas: Wille zur Macht menantang moralitas tradisional dan mendorong manusia untuk menciptakan nilai-nilai sendiri.
Dalam keseluruhan, Wille zur Macht adalah konsep yang kompleks dan multifaset yang menekankan pentingnya kekuatan kehendak, kekuasaan, dan kebebasan dalam mencapai potensi yang lebih tinggi.
Bahwa apapun keputusan kita itulah pilihan dengan segala konsekuensinya, berhasil dan tidaknya tergantung dari kemampuan dan kemauan pada diri kita sendiri sesuai potensi yang kita Gerakan.
Alam ada berjuta juta hukum, yang melingkupinya, diantaranya adalah Hukum Tarik menarik dimana yang kita fokuskan itulah yang kita dapatkan, lalu hukum Sebab Akibat dimana setiap tindakan pasti ada konsekuensinya dan inilah sebenarnya yang dikenal dengan karma atau hukum karma, diri kita lah yang terhukum atas tindakan kita sendiri.
Lalu ada hukum getaran dimana semua bergetar sesusi frekwensi tertentu. Dan hukum Polaritas dimana semua hal mempunyai sisi berlawanan, saling bertabrakan inilah yang membuat frekwensi tidak stabil dan tidak nyambung, karena hukum polaritas atau ketidak cocokan.
Filsafat dan Agama
Filsafat dan agama seringkali dianggap sebagai dua hal yang berbeda, namun ada beberapa kesamaan dan hubungan antara keduanya. Dalam konteks ini, kita dapat membahas apakah filsafat juga dapat menjadi sumber petunjuk Tuhan dalaml dogma agama.
Filsafat sebagai pencarian kebenaran: Filsafat adalah pencarian kebenaran dan pemahaman tentang alam semesta, manusia, dan Tuhan. Dalam proses ini, filsafat dapat membantu kita memahami konsep-konsep agama dan mencari kebenaran yang lebih dalam.
Agama sebagai Wahyu: Agama, di sisi lain, adalah Wahyu dari Tuhan yang disampaikan kepada manusia melalui nabi-nabi dan kitab-kitab suci. Agama menyediakan petunjuk dan pedoman bagi manusia untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Hubungan antara filsafat dan agama: Dalam sejarah, filsafat dan agama seringkali berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Banyak filsuf besar, seperti Plato, Aristoteles, dan Thomas Aquinas, yang juga merupakan pemikir agama. Mereka menggunakan filsafat untuk memahami dan menjelaskan konsep-konsep agama.
Filsafat sebagai alat untuk memahami agama: Filsafat dapat menjadi alat yang berguna untuk memahami dan menjelaskan konsep-konsep agama. Dengan menggunakan filsafat, kita dapat menganalisis dan memahami lebih dalam tentang sifat Tuhan, alam semesta, dan manusia.
Petunjuk Tuhan dalam filsafat: Namun, perlu diingat bahwa filsafat bukanlah sumber utama petunjuk Tuhan. Petunjuk Tuhan yang utama adalah Wahyu yang disampaikan melalui nabi-nabi dan kitab-kitab suci. Filsafat dapat menjadi sumber petunjuk sekunder yang membantu kita memahami dan menjelaskan konsep-konsep agama.
Kesimpulan, filsafat dapat menjadi alat yang berguna untuk memahami dan menjelaskan konsep-konsep agama, namun bukan sumber utama petunjuk Tuhan. Petunjuk Tuhan yang utama adalah Wahyu yang disampaikan melalui nabi-nabi dan kitab-kitab suci.
Filsafat memang dapat menjadi alat yang berguna untuk memahami dan menjelaskan konsep-konsep agama, namun bukan sumber utama petunjuk Tuhan. Petunjuk Tuhan yang utama adalah Wahyu yang disampaikan melalui nabi-nabi dan kitab-kitab suci.
Saya hanya ingin menambahkan bahwa, dalam beberapa tradisi agama, filsafat juga dapat menjadi cara untuk mendekati Tuhan dan memahami kebenaran yang lebih dalam. Namun, ini harus dilakukan dengan hati-hati dan dengan kesadaran bahwa filsafat bukanlah sumber utama petunjuk Tuhan.
Ronggo Warsito, seorang pujangga Jawa terkenal, memiliki pandangan yang menarik tentang takdir dan pilihan hidup. Menurutnya, hidup adalah kombinasi antara takdir dan pilihan. Takdir adalah sesuatu yang telah ditentukan oleh Tuhan, sedangkan pilihan adalah keputusan yang kita buat sendiri.
Ronggo Warsito percaya bahwa kita memiliki kebebasan untuk membuat pilihan, tetapi ada batasan-batasan yang ditentukan oleh Takdir. Kita tidak dapat memilih keluarga atau lingkungan tempat kita dilahirkan, tetapi kita dapat memilih bagaimana kita membangun kehidupan kita.
Dalam pandangan Ronggo Warsito, Takdir bukanlah sesuatu yang mutlak dan tidak dapat diubah. Sebaliknya, Takdir dapat berubah sesuai dengan tindakan dan pilihan kita. Oleh karena itu, kita harus berusaha untuk membuat pilihan yang bijak dan bertanggung jawab.
Ronggo Warsito juga menekankan pentingnya menerima Takdir dengan lapang dada. Kita tidak dapat mengubah apa yang telah terjadi, tetapi kita dapat memilih bagaimana kita meresponsnya. Dengan demikian, kita dapat menemukan makna dan tujuan hidup kita sendiri.
Dalam keseluruhan, pandangan Ronggo Warsito tentang Takdir dan Pilihan Hidup adalah bahwa kita memiliki kebebasan untuk membuat pilihan, tetapi kita juga harus menerima Takdir yang telah ditentukan oleh Tuhan. Dengan demikian, kita dapat menjalani hidup dengan lebih bijak dan bermakna.
_________________
Penulis adalah advokat, pemerhati masalah sosial budaya, politik, filsafat dan sejarah


