Oleh Markus Makur
MINGGU Prapaska III, 14 Maret 2021, pagi-pagi, Pater Frumens Andi, SMM menyiapkan segala perlengkapan misa. Hari minggu itu, Pater Frumens melakukan pelayanan pastoral Minggu Prapaska III di Stasi Balus Permai, Desa Ngampang Mas, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur. Stasi Roh Kudus Perang masuk dalam wilayah pelayanan Paroki Santo Antonius Padua-Mbeling, Kevikepan Borong, Keuskupan Ruteng. Segala persiapan sudah dilakukannya, ia mengambil sepeda motor mio yang parkir di kompleks Pastoran Santo Antonius Padua. Kemudian ia mengendarai sepeda motor menuju ke arah Selatan, hingga belok di pertigaan Warat.
Perjalanannya bisa dibilang dalam setengah lingkaran. Dari Parokinya tidak bisa jalan lurus, walaupun letak stasi itu dengan posisi lurus, tapi penghalangnya adalah daerah aliran sungai (DAS) antara Desa Ngampang Mas dan Desa Gurun Liwut. Curam, jurang di daerah aliran sungai itu membuat perjalanan pastoralnya harus melingkar. Inilah fakta pelayanan pastoral di Keuskupan Ruteng. Berhadapan dengan topografi yang amat berat. Semua ini dihadapi dengan senyum, sabar, tabah karena ini merupakan tanggung jawab panggilan menjadi imam.
Bergerak dengan irama apa adanya demi menyapa umat, baik yang sehat maupun yang sakit. Saya mengutamakan pelayanan demi menyelamatkan jiwa-jiwa umat di wilayah Paroki. Pelayanan sosial karitatif juga dilakukan demi mendukung kepenuhan ekonomi dari yang kekurangan. Semua umat harus dilayani dengan kasih. Pelayanan sakramen komuni kudus dilaksanakan di dalam gedung Gereja Stasi, dan juga memberikan pelayanan kasih lewat komuni kudus di rumah-rumah bagi umat yang lanjut usia dan penderita disabilitas mental. Fakta menunjukkan bahwa ada beberapa umat di wilayah Parokinya yang menderita sakit disabilitas mental. Ada yang jalan-jalan, maupun ada yang sedang di pasung. Dipasung oleh keluarga dengan berbagai alasan dan pertimbangan. Ada yang pulih karena rutin konsumsi obat, namun ada juga di pasung ulang karena masih ada gejala-gejala kurang pulih. Tugas saya sebagai imam, melayani kebutuhan rohani karena umat yang menderita itu juga umat yang harus dilayani kebutuhan sakramennya. Mereka (baca disabilitas mental) juga sudah dibaptis, sudah komuni pertama serta mendapatkan pelayanan sakramen orang sakit. Bukan hanya saat masa prapaska ini memberikan sakramen ekaristi melainkan di hari-hari biasa selalu memberikan pelayanan rohani. Ini sudah sekian kali memberikan pelayanan komuni kudus bagi penderita gangguan jiwa di wilayah paroki ini. Tahun 2020 lalu, Pater Frumens mengelilingi wilayah Paroki atau lintas paroki bersama relawan Kelompok Kasih Insanis (KKI) Peduli Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dan Ketua DPRD Kabupaten Manggarai Timur, Heremias Dupa serta petugas medis dari Puskesmas Lebi, Desa Ngampang Mas serta Kepala Desa Ngampang Mas, Orison Songgo.
Terlibat Memulihkan Umat yang Menderita Disabilitas Mental
Saya ingat betul pada suatu malam, di 2020 lalu, relawan KKI Manggarai Timur menghubungi Pater melalui media telepon seluler. Tanggapannya sangat memberikan dukungan yang penuh bagi pelayanan Kasih bagi penderita disabilitas mental. Kisahnya, ada seorang ibu yang menderita sakit gangguan jiwa dan melahirkan. Saat ada informasi dari relawan tentang ibu yang melahirkan. Malam itu kami membawa bingkisan kasih berupa susu instans yang disumbangkan orang baik serta kami kumpulkan dari rejeki. Saat itu Pater menjawabnya dengan mengatakan dirinya menunggu di pastoran agar kita sama-sama ke rumah keluarga tersebut. Alhasil, kami bersama-sama mengunjungi satu keluarga tersebut dengan penuh kasih. Pater pernah mengisahkan bahwa selama di Ruteng, dirinya mengunjungi Panti Renceng Mose Ruteng untuk melihat dari dekat pelayanan dari bruder Caritas yang merawat orang dengan gangguan jiwa dari berbagai Kabupaten di Pulau Flores, NTT.
Jalan Kaki demi Menyapa Umat yang Menderita
Kasihlah yang terus mendorong imam ini memberikan pelayanan kasih. Semua umat harus dilayani, entah saat sehat maupun sakit. Bahkan suatu ketika imam dan relawan KKI berhadapan dengan topografi yang belum terjangkau dengan kendaraan roda dua, akhirnya kami memutuskan jalan kaki melewati pematang sawah karena seorang umatnya yang sakit tinggal di pondok reyot di sekitar areal persawahannya. Di situ kami berdoa dan Pater memberikan pelayanan sakramen komuni kudus. Kemudian, kami jalan menurun di sebuah lembah untuk menyapa seorang umat yang derita gangguan jiwa dan tinggal di pondok reyot, beratapkan bilahan bambu. Saat itu kami merasakan kekuatan doa melalui perantaraan seorang imam yang mampu menggugah hati penderita tersebut. Setiap kali Pater menyapa umat yang sakit selalu menginformasikan di group whatsapp KKI Manggarai Timur. Saat sama-sama mengunjungi umat yang sakit, kami selalu diskusi lepas, saling menguatkan. Meneguhkan satu sama lain. Saling memotivasi. Bahkan merefleksi tentang berbagai macam sakit yang dialami manusia.
Tata Layanan Pastoral Kasih
Saat ini sudah dimulai dengan Tata Pelayanan Pastoral Kasih Keuskupan Ruteng dari Uskup Ruteng, Mgr Siprianus Hormat. Misa pembukaan sudah dilaksanakan secara serempak di seluruh Paroki di Keuskupan Ruteng, Januari 2021.
Pater menginformasikan bahwa salah satu bentuk pelayanan pastoral kasih adalah pelayanan murah hati bagi orang-orang rentan seperti orang dengan gangguan jiwa (ODGJ),migran dan lain-lainnya. Sebagaimana kita ketahui bahwa 2020 lalu, relawan Kelompok Kasih Insanis Kabupaten Manggarai Timur berdialog dengan Uskup Keuskupan Ruteng, Mgr Siprianus Hormat. Saat itu Uskup memberikan pesan kepada anggota relawan bahwa lakukan semua pelayanan dengan kasih. Bahasa kasih selalu dikedepankan saat menyapa sesama, baik yang sehat maupun yang sedang menderita. Menyapa dengan kasih. Melayani dengan kasih.
Romo Hermen Sanusi, Pr
Sejak 2019, Romo Hermen Sanusi, Pr, Kepala Sekolah SMAK Pancasila Borong, Kabupaten Manggarai Timur melakukan pelayanan Kasih dengan komuni kudus bagi penderita disabilitas mental di seluruh Manggarai Timur. Di tengah kesibukan sebagai kepala sekolah, Romo Hermen selalu menyisihkan waktu untuk melayani umat yang sakit. Baik sakit gangguan jiwa maupun sakit lainnya untuk memberikan pelayanan komuni kudus. Romo Hermen memegang teguh panggilan imamat untuk melayani sakramen Ekaristi, baik di meja altar maupun pelayanan langsung di rumah-rumah yang sakit.
Saya ingat bahwa pada 2019, Romo Hermen melakukan misa khusus bagi penderita gangguan jiwa yang sudah dan sedang pulih di Kapela Sakramen Mahakudus di Paroki Santo Gregorius Borong. Kemudian, mengunjungi langsung bersama siswa dan siswinya, guru-gurunya bagi seorang umat yang sakit gangguan jiwa di Desa Pong Ruan, Kecamatan Kota Komba. Selanjutnya melakukan pelayanan di beberapa desa di Kecamatan Borong dan Ranamese. Romo bergerak pasca mengikuti Seminar Nasional Kesehatan Jiwa (Keswa) di Aula Kevikepan Borong, Oktober 2019. Selanjutnya Romo mengunjungi seorang penderita gangguan jiwa yang tinggal di gua di pinggir Kali Wae Musur. Waktu itu bersama Sekretaris Uskup Ruteng, Romo Agustinus Manfred Habur, Pr serta relawan KKI, siswa dan siswa SMAK Pancasila Borong, dan wartawan. Selain itu, Mensi Anam juga ikut dalam kunjungan tersebut karena bertepatan dengan Merayakan Dirgahayu RI ke 75.
Inisiatif Dialog dengan Anggota DPRD NTT
Romo Hermen juga melakukan inisiatif untuk mengadakan dialog dengan Anggota DPRD NTT Daerah Pemilihan (Dapil) Manggarai Raya, Yohanes Rumat di Cafe di sekolahnya untuk membahas masalah penanganan dan pencegahan bagi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Kabupaten Manggarai Timur. Banyak hal didiskusikan dengan melibatkan staf Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Timur, relawan KKI Manggarai Timur. Saat ini menunggu hasil dari dialog tersebut. Khusus penanganan dan pencegahan ODGJ, relawan KKI, Imam Keuskupan Ruteng sudah berupaya keras dari level tinggi sampai ke tengah keluarga di seluruh Manggarai Timur. Bahkan Desember 2020, Romo Hermen tampil sebagai moderator saat diskusi terbatas dengan Kementerian Kesehatan RI, Kementerian Sosial RI, Komisi Informasi Publik (KIP) RI, Dinas Sosial Provinsi Nusa Tenggara Timur, Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Timur dan Manggarai di Aula Missio Universitas Katolik Indonsia (UKI) Santo Paulus Ruteng pada Desember 2020. Kini menunggu program prioritas untuk penanganan dan pencegahan ODGJ di Nusa Tenggara Timur. Advokasi yang dilakukan relawan KKI Manggarai Timur sudah melibatkan pimpinan DPRD Manggarai Timur untuk melihat langsung kondisi penderita disabilitas mental.
Kini kita semua menunggu kebijakan program prioritas khusus bagi ODGJ. Ada yang memberikan masukkan kepada relawan KKI bahwa stakeholder yang memegang kekuasaan di Manggarai Timur sudah terlibat langsung di lapangan dengan mengunjungi penderita gangguan jiwa di rumah-rumah. Sesungguhnya stakeholder yang memiliki kekuasaan mengambil satu kebijakan prioritas khusus bagi penanganan dan pencegahan ODGJ. Penanganan dan pencegahan ODGJ oleh kita untuk mereka (baca ODGJ) demi pemulihan mereka (baca ODGJ) dari hari ke hari, dari minggu ke minggu, bulan ke bulan dan tahun demi tahun. Kita wujudkan bebas pasung yang sudah diatur oleh regulasi di Negara ini. Saya ingat pesan pendiri KKI NTT, Pater Avent Saur, SVD, tugas kita mengunjungi. Melayani. Menyapa mereka (baca ODGJ) yang sedang menderita. Biarlah Tuhan Allah yang memulihkan dan menyembuhkan mereka. Sejauh pengamatan saya, pastoral Kasih bagi penderita disabilitas mental sudah dilayani oleh sejumlah Pastor Paroki di wilayah Keuskupan Ruteng. Seperti Pastor Paroki Santo Josef Freinademetz Wajur, Romo Ardy Santa, Pr, Kevikepan Labuan Bajo, Pastor Paroki Lengko Sepang, Romo Ferdinandus, Pr dan Pastor Paroki Santo Agustinus Mok, Romo Fransiskus Martinus Perik, Pr memberikan pelayanan sakramen komuni kudus. Selain itu, Komisi Caritas Keuskupan Ruteng sudah membangun beberapa pondok yang layak bagi penderita gangguan jiwa serta pelayanan sosial karitatif.
Di masa pandemi Covid19, 2020, Komisi Caritas bersama dengan tim tanggap Covid19 Keuskupan Ruteng memberikan bantuan sosial berupa sembako bagi kelompok-kelompok rentan, termasuk keluarga penderita disabilitas mental. Ada juga pelayanan dari Ordo Camelus De Lellis di Maumere membangun rumah layak bagi penderitaan gangguan di Pulau Flores belum ada rumah sakit Jiwa. Yang ada dua panti rehabilitasi yakni Panti Dympha Maumere dan Panti Renceng Mose Ruteng.
Saya berpendapat, apabila mereka sedang sakit, itu berarti kita semua sakit. Jikalau mereka (baca ODGJ) sudah pulih. Itu berarti kita semua sehat. Salam Sehat Jiwa. Salam Belum Kalah. Mari kita bongkar stigma. Satukan tekad dan hati untuk memulihkan mereka (baca ODGJ) yang sangat membutuhkan sentuhan kasih. Mari kita wujudkan bebas pasung di daerah kita tercinta.
*************
Penulis adalah wartawan dan koordinator KKI Kab. Manggarai Timur, NTT