Puisi-puisi Milla Lolong mengekspresikan perasaan dan makna yang mendalam dengan bahasa yang sederhana. Puisi “PERGI” menggambarkan perpisahan dengan sentuhan alam dan doa. “SALAM” adalah penghormatan kepada Maria Bundaku dengan metafora alam dan rasa kerinduan yang kuat. “DONGENG, 1” mengkritik orang-orang yang hidup dalam ketidaktahuan dan tidak mau melihat realitas sekitar mereka. “DONGENG 2” mengekspresikan kehausan akan air dalam bahasa simbolis. “KE RUMAH-MU” menciptakan gambaran tentang kehancuran alam dan perasaan kehilangan yang disertai dengan pengharapan akan kehidupan yang lebih baik.
Puisi-puisi ini menciptakan nuansa yang kuat dan mendalam dengan penggunaan kata-kata yang sederhana, namun penuh dengan makna. Milla Lolong menghadirkan suasana perasaan, keindahan alam, dan makna kehidupan dalam karyanya.
PERGI
Buat Vinsensia
Ia lalu mendekat pada langkah pertama
Angin bertiup berlalu ketakutan
Debu tanah beterbangan.
Rumput-rumput sujud mencium tanah
Pun bening yang menganak sungai di pipi
Kemudian senyum merekah: pergilah!
Di sini, di dermaga ini kami dengan tabah
Tak henti merapal doa: sampai nanti
Setabah rindu ini: sampai nanti.
Juli 2017
—————————————————
SALAM
Salam ya
Maria Bundaku
Di malam yang gigil ini
Selimutilah dingin hatiku.
Salam ya
Maria Bundaku
Di Oktober yang kering ini
Basahilah kerongkong hatiku
Yang kerontang ini.
Salam ya
Maria Bundaku
Di rosario yang kuhitung ini
Siramlah rahmatmu
Tebuslah segala mohonku.
Oktober 2018
———————————————–
DONGENG I
Di negeri para petualang
Tersebutlah para penghuninya
Selalu memakaikan kacamata hitam
Maka gelaplah mata
Pun mata hatinya
Serupa mati lampu di saban malam
Hingga tak tampak ‘lubang’ di mana-mana
Sebab kaca tutup-menutupi
Dan tertutup matanya!
September, 2018
———————————————-
DONGENG 2
Tersebutlah
Saban hari
Sejak sang jago merah berkokok
Mereka telah lama di sana
Menunggu jatah seteguk dua teguk.
Untuk membasahi dahaga kerongkong
Hingga terik membakar kulit
Mereka tengadah
Sembari berdoa:
“Berilah kami anggur”
sebagai ganti BBM
” Berilah kami air bah hari ini”
Sebab terlalu ‘kering’ negeri ini.
September, 2018
——————————————
KE RUMAH-MU
Setelah gemuruh itu pecah
Ibu-ibu meratap memeluk perih
Bapak-bapak tergelepar di tepi
Anak-anak jadi yatim-piatu.
Setelah gemuruh itu pecah
Camar-camar mengais
Tubuh berlumur lumpur.
Setelah gemuruh itu pecah
Segalanya berbondong ke rumahMU
Ke rumahMU setelah segalanya selesai.
Oktober 2018
—————————————-
*Milla Lolong, perempuan Lembata, lahir pada 13 Oktober 1997, di kampung Lewoeleng dengan nama Lengkap Maksimiliana Wua Lolong. Anak ke-empat dari enam bersaudara. Ia menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDK Lewoeleng pada tahun 2010, kemudian menempuh sekolah menengah pertama pada SMP Sinar Pelita Ledoblolong (sekarang SMP Negeri 5 Lebatukan-Lembata) dan tamat pada tahun 2013, tahun 2016 tamat pada SMA Negeri 1 Nubatukan-Lembata. Menyelesaikan studinya di Universitas Flores. Karya-karyanya dimuat dalam beberapa buku antologi puisi bersama. Juga sering dimuat pada media cetak dan media online diantaranya: Pos Kupang, Flores Pos, Kabar NTT, Cakrawala Pendidikan, Weeklyline.net, Flores Pos.co. Bergabung di komunitas sastra Rakyat Ende (SARE).
Saat ini menjadi guru di SMP St Pius X Lewoleba, Lembata. Pernah menjadi dosen tamu pada kuliah Puisi Indonesia di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta (2022).
*Sumber Puisi dari Buku Perihal Pulang Karya Milla Lolong